SW - 07 || Bayar hutang

55.5K 6.8K 565
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena sudah kelelahan, Shava akhirnya memilih untuk pulang saja kerumahnya. Shava dengan telaten mengobati sendiri luka yang ada di tangan dan lututnya. Walaupun ia memiliki uang untuk pergi ke rumah sakit, tetapi ia memilih untuk mengobatinya sendiri. Percayalah, Shava sangat benci dengan rumah sakit. Tentu itu ada alasannya.

"Oh iya, uangnya kenapa enggak buat bayar hutang ke Kenzo aja, ya?" Shava meraih tas sekolahnya untuk mengambil amplop pemberian wanita baik tadi.

"Lho? Banyak banget anjir!" Bola mata Shava melebar melihat isi amplop itu yang berisikan uang yang cukup banyak. "Ini mah bukan untuk biaya pengobatan lagi. Ck, ck, ck."

Setelah dihitung-hitung, uang yang ada didalam amplop tadi sekitar 10 juta. Bagaimana bisa segini banyaknya? Shava kira hanya berisikan uang sekitar 500 ribu.

Sesegera mungkin Shava langsung mengirimi message kepada Kenzo.

Kenzo

Ken, ketemuan di tmpt biasa. Ditunggu, jngn lama.

Setelah selesai mengirimkan pesan, Shava bersiap-siap untuk pergi ke taman tempat pertemuannya dengan Kenzo. Tak lupa, Shava menyembunyikan sisa uangnya agar tak ketahuan oleh Kevin maupun Anneth.

"Mau ke mana lagi kamu?" Belum juga menutup pintu kamarnya, suara Anneth mampu membuat Shava urung menutup pintu itu.

"Berapa kali Mama bilang, jangan pernah temui Kenzo Rea! Budeg kamu, hah?!"

Shava membalikkan badan, menatap balik Anneth. "Siapa yang mau ketemuan sama Kenzo?" tanyanya dengan santai.

"Terus kamu ngapain mau keluar lagi? Padahal kan baru aja kamu keluar."

Shava mendesah berat, ia tunjukkan lengan dan lututnya pada Anneth. "Mama lihat tangan aku luka, 'kan? Nah, aku mau ke apotek, mau beli obat Ma. Please deh, jangan apa-apa Mama libatin Kenzo mulu."

Anneth menatap lutut Shava sebentar, setelahnya ia mendelik karena melihat luka itu hanya sedikit.

"Gausah lebay kamu! Jangan buang-buang uang hanya untuk membeli obat untuk luka ga penting seperti itu."

"Dari kemaren aja diem mulu, sekarang ga berhenti-berhentinya ngebacot," gumam Shava pelan agar tak terdengar oleh Mak Lampir mengerikan itu.

Shava's World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang