SW - 32 || Keributan

32.7K 3.9K 42
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Turun." Kenzo menghentikan laju motornya kemudian menyuruh seseorang yang dia bonceng dari sekolah untuk turun.

"Kenapa, Ken?" tanya Retha belum mengerti.

"Gue bilang turun."

Retha mendengus kemudian dia mulai turun dari motor Kenzo. "Apa?"

"Apa lo bilang? Setelah apa yang lo lakuin ke Shava, masih berani nanya?"

"Aku enggak ngapa-ngapain dia ya! Jangan asal nuduh kamu!"

Kenzo tersenyum miring mendengar jawaban Retha. "Nuduh lo bilang? Gue enggak sebodoh itu, Tha. Gue tau, lo sama Bang Elvan sekongkol, kan?"

Retha menggeleng cepat. "Bang Elvan sendiri yang mau bully Shava, aku enggak ikut-ikutan masalah itu. Lagi pula aku udah janji sama Shava, kalau Shava putus sama kamu, aku enggak bakalan ganggu dia lagi."

"Omong kosong. Lo sama bang Elvan sama aja, Tha. Sama-sama enggak bisa pegang omongan sendiri! Gue putusin Shava, bukan karena gue benci sama dia. Justru gue putusin dia, karena gue sayang sama dia! Gue enggak mau dia selalu di perlakukan buruk sama lo dan Bang Elvan. Tapi nyatanya apaa? Mau gue putus atau enggak sama dia, dia tetap mendapatkan perlakuan buruk sama kayak sebelum-sebelumnya."

"Ken .... ? Bukan aku. Kamu harus percaya dong. Aku juga udah bilang sama Bang Elvan, supaya dia berhenti gangguin Shava. Tapi mau aku bilang ke dia sampai mulut aku berbusa pun, dia tetap enggak mau dengerin aku, Kenzo."

"Gue ga perduli, ya, Tha. Perlu lo ketahui, sekarang gue enggak akan perduliin lo lagi maupun Bang Elvan. Mau kalian berdua enggak setuju sama hubungan gue sama Shava, gue enggak perduli. Intinya gini. Lo .... Jangan kaget kalau sampai gue balikan lagi sama dia."

Selepas mengucapkan itu, Kenzo mendelik sebelum akhirnya pergi meninggalkan Retha di pinggir jalanan.

"Awas lo Shav!" Geram Retha sembari menatap kepergian Kenzo yang mulai menjauh dari penglihatannya.

****

Shava berjalan begitu pelan menghampiri Zidan. Perasaannya tiba-tiba merasa bersalah atas kejadian tadi siang.

Duh, semoga dia enggak tau deh.

"Zid!"

Zidan tersenyum. "Peluk sini!"

Shava menurut saja kemudian dia segera membuka handphonenya. Semoga saja Zidan tidak membahas bekal yang dia buatkan tadi pagi.

"Makanannya enak ga?"

Nah, kan? Dugaannya ternyata benar jika Zidan akan menanyakan hal ini.

Shava menjadi bingung sekarang harus menjawab apa.

Shava's World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang