(Name) POV
.
Tak terasa, berhari - hari sudah berlalu, dan meski aku takut akan segala kemungkinan apapun itu yang akan terjadi kali ini---akhirnya tiba juga hari itu.
Hari pertama study tour.
Seperti biasa, pagi - pagi maid-ku sudah membangunkanku(karena kalau aku yang bangun sendiri pasti bakal kebablasan). Segera melaporkan sarapan sudah siap dan sebaiknya aku langsung mandi atau kalau tidak aku akan terlambat. Meski aku tergoda untuk menarik selimut lagi dan berusaha koma kalau perlu, tapi instingku berkata kalau aku tak bangun sekarang juga semuanya akan kacau. Jadi dengan setengah terkantuk - kantuk, kuseret kakiku ke kamar mandi dan segera kuguyur kepalaku dengan seember air dingin.
Hari ini Ayah juga sepertinya akan berangkat kerja lebih siang, sehingga ia menawarkan diri untuk mengantarku. Aku mengiyakan saja, hitung - hitung untuk menghabiskan waktu bersamanya. Sudah lama kami tidak jalan bersama atau sekadar bersantai di rumah sebagai keluarga. Tapi entah kenapa, pagi ini Ayah lebih diam dari biasanya. Mungkin pekerjaannya sedang banyak. Matanya tampak tidak fokus dan dia bahkan tidak mengajakku bicara sama sekali.
Aku mengaduk sarapanku dengan bosan. Sepiring nasi uduk spesial buatan Ayah yang tentu saja keasinan. Gak habis pikir kenapa masakan Ayah selalu keasinan. Tahu - tahu ponselku bergetar, ada pesan masuk. Kuintip sedikit, dan nama yang muncul di layarnya membuatku langsung menyambarnya.
2 new messages
Hokuto-kun: Jangan lupa hari ini study tour (Name). Kuharap kau sudah bangun dan bersiap menuju stasiun sekarang.
Hokuto-kun: (Name), kebetulan hari ini Ayahku juga akan ke stasiun yang sama. Kami akan pergi bersama, d-dan---mungkin kalau kau tak keberatan, m-m-m-maukah kau b-bb-be-ber-berangkat bersama kami?? Jangan salah paham, Ayahku yang minta ingin bertemu denganmu. Dan jangan mikir yang aneh - aneh tentang kenapa dia mau bertemu denganmu!!
Aku menyeringai tanggung membaca pesannya yang kelewat OOC itu. Pertama, untuk pesan pertamanya. Tahu saja dia kalau aku takkan bisa bangun dengan usahaku sendiri. Lalu pesannya yang kedua, kenapa pula dia sengaja menulisnya seolah dia gagap begitu. Dan sejak kapan sahabat berwajah datarku ini jadi tsundere. Sepertinya pagi ini semuanya lagi dalam mode OOC. Aku segera mengetik balasannya, sambil melirik Ayah yang masih duduk khusyuk dengan tampang kuyunya.
(Name): Maaf Hokuto-kun, hari ini Ayahku yang akan mengantarku. Kurasa kita bertemu langsung saja di stasiun.
Hokuto: O-ooh... begitu.... yasudah kalau memang begitu jadinya. Baiklah, hati - hati (Name). Jangan sampai ada yang tertinggal. Sampai jumpa di stasiun.
Seketika alisku berkerut setelah membaca pesannya. Kenapa dia terdengar kecewa??
"(Name), sudah sarapannya nak?? Sebaiknya kita berangkat sekarang kalau kau tak mau menyusul dengan kereta berikutnya." Kata Ayah, padahal piringnya sendiri belum tersentuh sama sekali. Aku segera melirik jam, memang benar, tinggal setengah jam lagi sebelum waktu berkumpul. Berhubung stasiun keberangkatan memang agak jauh dari rumahku, buru - buru aku menyuap nasi uduk itu dan berusaha menelannya.
Ayah memerhatikanku makan dalam diam, pandangannya jatuh ke ponselku yang masih tergeletak di meja makan.
"Tadi siapa yang meneleponmu?? Maeda??" Tanya Ayah, tumben - tumbennya menyinggung topik itu. Aku menelan nasi udukku, menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I ??!! (Ensemble Stars Chara x Reader)
FanfictionKau, gadis cantik idola di sekolahmu. Seorang leader dari sebuah grup School Idol yang kau mulai sendiri. Seorang gadis yang beruntung mendapatkan tunangan yang sempurna. Seorang gadis yang terlahir di keluarga bangsawan. Kau merasa seolah semuanya...