Kisah kasih klasik
Tentang cinta segitiga yang berujung derita
Tentang perasaan ingin bersama yang terhalang luka
Tentang sebuah penyesalan yang tak mendapat belas kasihan
A Novel by ChoWirfania
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Cukup, Eonni, hentikan tangisanmu! Sudah empat bulan kau selalu menangisi pria tidak bertanggung jawab itu! Sampai kapan kau akan seperti ini?! Lupakan pria berengsek itu, lupakan dia!" Shin Hyun-Jin, adik Shin Hyun-Ra, yang berbeda empat tahun dari kakaknya, akhirnya mengomel tidak tahan. Sudah cukup ia menjadi saksi mata bagaimana kesedihan kakaknya setelah pria bernama Cho Kyuhyun meninggalkannya. Ditambah dengan hinaan atau bahkan cacian yang mereka terima dari para tetangga karena Hyun-Ra hamil tanpa suami, dianggap sebuah aib yang sangat memalukan. Belum lagi kondisi Hyun-Ra yang sering sakit-sakitan semenjak memasuki kehamilan, muntah-muntah hingga tubuhnya kurusan, semua membuat Hyun-Jin merasa harus mencari pria bernama Kyuhyun itu untuk memenggal kepalanya.
Sehebat apa sih laki-laki itu sampai berani memberi penderitaan pada seorang wanita?
Hyun-Jin melepas ranselnya lalu melemparnya dengan asal ke atas sofa. Baru saja ia pulang dari bekerja dan langsung disuguhkan tangisan pilu kakaknya, membuat hatinya tersayat dan berdarah-darah. Ia duduk di samping kakaknya yang membisu.
"Dengar, Eonni, tidak ada gunanya kau mengingat lagi laki-laki biadap bernama Kyuhyun itu! Tidak ada gunanya kau membuang air matamu karena memikirkan dia!"
"Aku tidak memikirkan dia ...."
"Lalu apa yang kau pikirkan kalau memang bukan dia? Kesehatanmu dan bayimu? Kau bahkan tidak menyentuh susu untuk kandunganmu!" Hyun-Jin menarik bahu Hyun-Ra agar berhadapan, melihat bagaimana sembabnya mata kakaknya. "Aku tahu kau merasa kecewa, marah pada dirimu sendiri. Tapi tolong perhatikan kandunganmu. Kau boleh menghukum dirimu karena penyesalan, tapi anak yang ada di perutmu tidak bersalah, jangan siksa dia."
Air mata Hyun-Ra kembali mengalir, karena benar kata adiknya, anak ini tidak bersalah, anak ini anugerah. Karena ia melakukan dengan Kyuhyun dengan suka rela, bukan karena terpaksa.
Tapi kenapa Kyuhyun begitu tega meninggalkannya?
Hyun-Ra menunduk dan bahunya mulai bergetar, menahan isakan yang akhirnya menyembur keluar. Hyun-Jin langsung mendekap kakaknya erat-erat, merasa pedih dengan nasib yang harus dijalani orang tersayangnya.
"Bangkitlah, Eonni, lepaskan semua kesedihanmu," gumam Hyun-Jin dengan penuh perhatian. "Di dunia ini aku hanya memiliki dirimu, aku tidak ingin kau terus terpuruk karena laki-laki itu. Hidup kita masih panjang, hidup kita masih penuh dengan perjuangan. Jangan menangis lagi, jangan membuat orang tua kita di surga tidak bahagia."
Hyun-Ra mengangguk di bahu Hyun-Jin, berusaha meredam tangisannya yang tak terbendungkan. Beruntung ia masih memiliki seorang adik yang selama ini merawat dan menenangkannya. Karena kalau tidak, sudah dari kemarin ia mati bunuh diri ditindas penderitaannya.
"Sekarang minum susumu." Hyun-Jin melepas pelukan lalu meraih gelas susu yang ada di atas meja.
Hyun-Ra meraihnya dengan patuh, meneguknya sampai tandas lalu membiarkan Hyun-Jin membantunya beristirahat.
Ia lelah. Selalu ada beban yang tak kunjung berakhir di atas pundaknya. Dan itu semua karena seorang pria yang pernah mengisi hatinya,
Cho Kyuhyun.
***
Shin Hyun-Jin seharusnya masih kuliah, tetapi karena kejadian buruk yang mendadak dialami kakaknya, ia memutuskan untuk berhenti demi merawat sang kakak. Kini ia bekerja di sebuah toko roti, baru beberapa bulan, demi menyambung hidup bersama kakaknya.
Sebelumnya Hyun-Ra adalah pegawai di sebuah hotel dengan gaji yang lumayan sehingga bisa menyekolahkan Hyun-Jin di universitas. Tetapi karena daya tahan tubuhnya yang sering menurun, Hyun-Jin memaksanya berhenti dari pekerjaannya.
Awalnya Hyun-Ra menolak dan bersikeras untuk tetap bekerja, karena selain ia harus menamatkan kuliah Hyun-Jin, ia juga harus menabung untuk biaya persalinan serta kebutuhan bayinya nanti. Namun ternyata, semakin keras Hyun-Ra dengan keputusannya, semakin keras juga Hyun-Jin melarangnya. Hyun-Jin bilang ia mampu menjadi tulang punggung dan Hyun-Ra hanya perlu di rumah menjaga kandungannya. Meski sebenarnya Hyun-Ra tidak tega, tapi memikirkan keadaan dirinya yang sering buruk, lebih baik ia menuruti Hyun-Jin dari pada merepotkan adiknya dengan selalu tumbang dan jatuh sakit.
Karena aku bukan Hyun-Jin kecil yang haus belaian dan manjaan lagi, Eonni, aku sekarang sudah dewasa. Kini giliran tugasku untuk menopang dan menjagamu.
Percayalah, aku lebih kuat dari yang kau kira. Aku akan melindungimu dari siapapun yang berniat jahat seperti Kyuhyun brengsek itu.
Hyun-Jin menarik selimut kakaknya hingga sebatas dada, mengelus keningnya sebentar, kemudian bergumam; "Aku pergi bekerja dulu, jangan lakukan apapun di rumah, cukup makan dan istirahat. Biar aku nanti yang membersihkan semuanya."
Hyun-Ra menatap sedih. "Hyun-Jin, aku- "
"Jangan membantah," potong Hyun-Jin. "Jaga kesehatan dan keponakanku. Ingat, jangan abaikan susu itu lagi. Besok aku akan menemanimu ke Dokter kandungan."
Dan bisakah aku tidak selalu merepotkan adikku? Hyun-Ra mengamati Hyun-Jin yang melangkah keluar dari kamar, merasa sedih. Perlahan tangannya merayap mengelus perut buncitnya. Ia menunduk dan berkata; kenapa kau nakal dan sering membuat eomma sakit, Nak? Kenapa kau tidak membiarkan eomma tenang? Kasihan Imomu ... eomma harus membantunya ....
Hyun-Ra bangkit dari rebahan lalu menuang air di meja samping, meminum vitamin yang disediakan Hyun-Jin. Setidaknya kalau badannya tidak bisa fit seperti dulu, bayinya harus sehat dan bahagia di dalam sana.
Dan bagaimanakah reaksi Kyuhyun saat nanti mengetahui ada darah dagingnya yang lahir dari rahimnya? Apakah pria itu mau mengakuinya? Ataukah justru ... Kyuhyun akan berpikir kalau bayi ini anak pria lain?
Ya Tuhan ... seberat inikah yang harus aku jalani?
Kenapa aku?
Kenapa harus aku yang menderita sedangkan dia mudah meninggalkan?
Kenapa harus aku yang mendamba sementara dia mudah bersikap kejam?
Kenapa alam tidak adil padaku?
Aku ingin melupakannya, Tuhan ... tolong bantu aku ....