***
"Ye-Jun, di mana Appamu?" tanya Ryeowook ketika kembali ke hotel dan tidak menemukan Kyuhyun di mana-mana. Ia hanya melihat Ye-Jun di depan televisi, berselonjor manis di karpet bulu tebal sambil mengemil, fokus pada acara kartun yang ditontonnya. Anak itu menunjuk ke arah pintu kamar Kyuhyun.
"Aku mengurungnya bersama Eomma di dalam," jawabnya dengan enteng.
Ryeowook menatap syok ke pintu kamar itu.
"Mengurung?" tanyanya tak percaya. "Maksudnya mengurung bagaimana?"
"Eomma tidak mau tinggal di sini jadi aku mengurungnya bersama Appa."
"Benarkah?" Wajah Ryeowook langsung berubah penuh binar. Ia menghampiri Ye-Jun dan duduk di sebelahnya. "Apa benar yang kau katakan itu?"
"Tentu saja."
"Bagus!" Ryeowook mengangkat telapak tangan untuk melakukan tos dengan Ye-Jun. "Kau benar-benar mirip Appamu, Ye-Jun, cerdas!"
"Cerdas dan tampan," ralat Ye-Jun.
"Tapi apa mereka sudah makan?"
"Aku menyiapkan buah-buahan di dalam."
"Hanya buah?"
"Memangnya apalagi?"
"Tentu saja harus ada daging bakar! Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan mereka?"
Tiba-tiba terdengar suara Kyuhyun dari dalam kamar.
"Ye-Jun, cepat buka pintunya atau appa akan marah! Kasihan Eommamu!"
Ye-Jun menatap Ryeowook sambil tangan mungilnya menunjuk kamar Kyuhyun. "Kalau Appa masih bisa mengomel seperti itu, berarti mereka baik-baik saja. Biarkan saja mereka tetap di sana."
Ryeowook nyengir tak habis pikir. "Benar-benar anak setan," komentarnya.
"Jangan panggil aku anak setan atau Ahjussi aku pecat!"
Ryeowook menganga takjub. Heran sekaligus ngeri.
"Tapi ngomong-ngomong," lanjut Ye-Jun. "Benar apa yang Ahjussi katakan, aku tidak perlu bersedih dengan pertengkaran mereka. Kalau mereka masih tak mau bersama, aku tinggal kerjain biar mereka tahu rasa." Ye-Jun mendekatkan wajah lalu berbisik. "Lain kali kita harus bekerja sama untuk mengerjai mereka, Ahjussi mengerti?"
"Mengerti, Bos!"
"Bagus. Kalau begitu, nih makan." Ye-Jun memberikan salah satu camilannya pada Ryeowook kemudian kembali fokus pada tayangan televisi.
***
Malam itu Taehyung sedang termenung di balkon kamarnya, memikirkan keputusan Hyun-Ra pagi tadi dengan perasaan sedih. Haruskah ia menuruti keinginan perempuan itu untuk tidak bertemu dalam beberapa waktu? Bagaimana kalau ia begitu merindukannya? Bahkan sekarang saja ia sudah merasa tak tahan untuk turun ke jalan dan mendatangi rumah Hyun-Ra. Karena biasanya di jam segini ia sedang menikmati makan malam nikmat bersama kakak-beradik itu dengan masakan spesial dari Hyun-Ra, kemudian ia akan pulang dalam keadaan mabuk kepayang yang semakin menambah desakan cintanya. Hyun-Ra benar-benar tipe calon istri yang Taehyung inginkan di dalam hidupnya.
Tiba-tiba suara dering ponsel mengejutkan Taehyung yang sedang melamun, entah sejak kapan semangatnya hilang, ia bahkan tampak letih hanya untuk meraih benda hitam itu dari atas meja.
Taehyung melihat Si penelepon.
"Ya, Hyun-Jin? Ada apa?" sapa Taehyung ketika sudah mengangkat panggilan di ponselnya. Apakah Hyun-Jin akan menanyakan kenapa malam ini ia tidak datang kesana? Lalu apa yang harus dijawabnya? Haruskah ia jujur kalau Hyun-Ra meminta dirinya untuk menjauhinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
After Five Years
RomanceKisah kasih klasik Tentang cinta segitiga yang berujung derita Tentang perasaan ingin bersama yang terhalang luka Tentang sebuah penyesalan yang tak mendapat belas kasihan A Novel by ChoWirfania