3. AWAL MULA

197 49 201
                                    

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!

Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa

Udah belomm??

Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?

Pakai love “💛” di lapak ini, ya!

Happy reading, Men <3

***

Tanggung jawab itu bukan beban, melainkan sebuah keharusan.

Kita & Mesin Kopi

☕☕☕

Dunia memang terkadang suka kejam. Pilih kasih pada makhluk yang tinggal di dalamnya.

Tidak semua bernasib beruntung, tidak semua juga bernasib buruk. Ada yang memiliki hidup mewah, namun sukar dalam mencari kebahagiaan. Ada yang hidup dalam kesederhanaan, namun di setiap harinya selalu disapa oleh canda tawa.

Ditto adalah contoh dari opsi terakhir. Dimana dia hidup dalam kesederhanaan, namun penuh dengan kebahagiaan.

Selama hidup bersama ibunya, Ditto tak pernah mengeluh barang sedetik pun. Ia menjalani kehidupannya dengan penuh suka cita.

Ibunya tidak bekerja, maka dari itu Ditto bekerja menjadi barista untuk membayar biaya sekolahnya dan keperluan hidupnya.

Ditto menghela napas panjang ketika uang tabungannya masih belum cukup untuk membayar uang semesteran sekolahnya. Sedangkan batas akhir pembayaran itu adalah besok. Tepat di hari pertama ujian kenaikan kelas dimulai.

Sebagian uang tabungannya ia gunakan untuk membayar biaya pengobatan ibunya dan membeli obat. Sisanya untuk kehidupan sehari-hari juga sekolahnya.

Ditto menyandarkan kepalanya di pinggiran ranjangnya. Ia terduduk dengan kaki bersila, beralaskan lantai yang dingin di kamarnya.

Pandangannya mengedar ke seluruh sudut kamar. Ditto tidak boleh mengeluh. Sudah tujuh belas tahun ia hidup tanpa figur seorang ayah, dan itu bukan suatu hal yang mudah. Apalagi setelah ibunya sakit. Ditto harus menjadi tulang punggung keluarganya.

Sebenarnya Ditto tidak mempermasalahkan bagaimana takdir menulis kehidupannya. Ditto tahu, tanggung jawab yang ia pikul ini bukanlah beban. Melainkan sebuah keharusan.

Ia memejamkan matanya sejenak. Memikirkan bagaimana kedepannya nanti. Bagaimana jika uang tabungannya belum terkumpul untuk membayar uang sekolah?

KITA & MESIN KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang