Hai!
Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!
Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa 😍
Udah belomm??
Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?
Pakai love "💛" di lapak ini, ya!
Happy reading, Men <3
***
Manusia suka lupa sama tiga hal ini. Kata tolong, maaf, dan terima kasih. Padahal semua itu sangat penting dalam kehidupan.
— Kita & Mesin Kopi
☕☕☕
26 Desember 2004.
"Mas, anak kita perempuan. Cantik, ya?" Mei meraba wajah mungil bayi perempuan yang ada di gendongannya.
Halim tersenyum menatap wajah sang putri. Bayi perempuan dengan mata yang masih terpejam, terlihat sangat cantik.
Matanya persis seperti Mei. Hidung dan mulutnya persis seperti Halim.
"Cantik. Kayak mamanya," ujar Halim.
Mei tersipu. "Hidungnya mancung, kayak kamu," katanya.
"Mata sama alisnya kayak kamu," balas Halim.
"Sempurna," celetuk Halim kala bibir mungil sang putri sedikit menyunggingkan senyuman.
Mei mengangguk setuju. "Sifabella," sebutnya.
Halim menatap sang istri dengan satu alis yang terangkat. Sementara Mei malah tersenyum padanya.
"Sifabella, artinya sempurna. Gimana?" usul Mei.
"Cantik." Halim menyetujuinya.
"Sifabella ...," Halim tampak berpikir sejenak. "Reanna Sifabella."
"Reanna Sifabella. Gimana?" Ia bertanya pada sang istri.
Mei mengangguk setuju. "Bagus! Nama yang bagus!"
"Reanna Sifabella. Seorang ratu dengan kehidupan yang sempurna," jelas Halim.
"Semoga anak Ayah sama Mama akan punya kehidupan yang sama seperti namanya," harap Mei seraya mencium kening Reanna.
Mei mengusap album foto lamanya. Album yang berisi foto-foto Reanna ketika masih bayi.
Putrinya itu memang sudah cantik dari lahir. Mungkin karena mamanya juga cantik, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA & MESIN KOPI
Teen Fiction"Katanya ratu sekolah, tapi kok tinggal kelas? Sekolah mana? Tadika mesra?" Begitulah kalimat pada pertemuan pertama dari Ditto untuk Reanna. Reanna Sifabella, gadis dengan berbagai julukan. Mulai dari ratu bullying hingga ratu sekolah. Kecantikann...