39. TERIMA KASIH, IBU

82 26 130
                                    

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!

Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa 😍

Udah belomm??

Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?

Pakai love "💛" di lapak ini, ya!

Happy reading, Men <3

***

“Aku mulai merasa takut berjalan. Bagaimana bisa aku berjalan tanpa adanya pijakan?”

— Faraditto Arialana ; Kita & Mesin Kopi

☕☕☕

"Jam berapa, nih? Kok tumben Ditto belum dateng," celetuk Alfarez.

Barat mengedik. "Biasanya dia nggak pernah telat."

"Assalamualaikum, Selamat pagi. Pengumuman! Turut berduka cita—"

"Siapa yang meninggal?" tanya Stefani.

"Atas meninggalnya ibunda dari salah satu siswa kita dari kelas 12 IPA 1, yaitu Faraditto Arialana."

Sejenak mereka tercengang mendengar pengumuman itu. "Di— Ditto?"

"Ibunya Ditto?" ulang Barat.

"Beliau telah berpulang malam tadi pukul 17.57 WIB karena sakit. Pukul sepuluh setelah ujian selesai, para murid diharapkan bisa melayat ke rumah Faraditto."

"Sekian pengumuman ini, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi!"

Reanna sedikit terkejut. Baru kemarin Ditto bercerita tentang ibunya, tapi sekarang ....

Entah atas dasar apa, namun Reanna merasa khawatir. Tanpa basa-basi lagi, ia berlari keluar sekolah. Mengabaikan teriakan teman-temannya.

"RE, MAU KE MANA? HABIS INI BEL, LOH!" teriak Karmelia.

Reanna tak mengindahkannya. Ia menelepon supirnya, lalu pergi ke rumah Ditto saat itu juga.

***

Ditto bersimpuh lemah di hadapan jenazah sang ibu. Jenazah Citra sudah dipakaikan kain kafan. Pukul sepuluh nanti, jenazah akan dimakamkan di TPU terdekat.

KITA & MESIN KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang