17. TENTANG HIDUP

109 30 185
                                    

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!

Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa 😍

Udah belomm??

Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?

Pakai love “💛” di lapak ini, ya!

Happy reading, Men <3

***

Jangan terlalu menuntut dalam hidup. Ibaratkan jika sekolah memiliki tata tertib untuk para warganya, maka hidup memiliki peraturannya sendiri untuk manusianya. Itulah mengapa tidak semua yang terjadi, akan berjalan sesuai kehendak kita.

Kita & Mesin Kopi

☕☕☕

Ditto duduk di lantai kamar ibunya. Citra sedang memasak di dapur untuk makan malam.

Tangannya membuka lemari kecil yang berdiri di sebelah ranjang Citra. Merogoh guna mencari sesuatu yang ingin ia ketahui.

Saat tiba tangannya menyentuh sebuah dokumen, ia mengeluarkannya. Ditto meniup debu-debu kecil yang menempel pada dokumen tersebut.

Map berwarna biru muda yang bertuliskan “Akta Pernikahan” antara ayah dan ibunya itu, ia buka perlahan.

Ternyata Citra masih menyimpannya. Ditto juga tahu, jika ayah dan ibunya belum resmi bercerai. Ayahnya tidak menceraikan ibunya, dia hanya meninggalkan mereka tanpa alasan yang jelas.

Ditto tahu, karena waktu usianya menginjak enam belas tahun, Citra menceritakan sedikit tentang ayahnya.

Citra bilang, ayahnya tampan. Ayahnya tinggi, gagah, dan— sangat baik. Setidaknya dulu, sebelum pria berlabel “ayah” itu meninggalkan mereka.

"Ditto, ayo makan!" Citra berteriak dari arah dapur, membuat Ditto kelabakan mengembalikan dokumen penting itu ke tempatnya.

Ia menutup kembali lemari kecilnya, lalu berdiri. Merapikan sebentar baju dan celananya yang terkena debu kecil dari lantai, lalu keluar menuju dapur.

"Iya, Ibuku sayang," ujarnya dengan sangat manis.

Citra tersenyum simpul. Tangannya masih sibuk memindahkan oseng-oseng tempe dari wajan ke piring kosong. Ditto membantunya dengan telaten.

"Biar Ditto aja," tawarnya. Dengan cekatan, ia menyuruh Citra untuk duduk saja dan menunggu di meja makan.

Setelah selesai menyiapkan makanannya, Ditto membawa makan malam itu ke meja makan.

KITA & MESIN KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang