"Katanya ratu sekolah, tapi kok tinggal kelas? Sekolah mana? Tadika mesra?" Begitulah kalimat pada pertemuan pertama dari Ditto untuk Reanna.
Reanna Sifabella, gadis dengan berbagai julukan. Mulai dari ratu bullying hingga ratu sekolah. Kecantikann...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai!
Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!
Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa
Udah belomm??
Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?
Pakai love “💛” di lapak ini, ya!
Happy reading, Men <3
***
Untuk apa keluarga, jika keberadaannya saja tak pernah membuat bahagia?
— Kita & Mesin Kopi
☕☕☕
Langit pada malam itu seperti kelimpahan tinta hitam. Gelap berduka, seolah ikut merasakan apa yang kini tengah dirasakan penghuninya.
Reanna menutup kedua telinganya saat suara lantang dari ayah dan mamanya terus terdengar dari luar sana. Reanna bukan gadis yang cengeng, tapi mendengar orang tuanya bertengkar karena masalah pekerjaan, membuat Reanna terpaksa harus membuang air matanya.
Beginilah suasana rumahnya. Kalau tidak sunyi seperti tak berpenghuni, ramai karena orang tuanya bertikai. Reanna sudah terbiasa.
Baginya, keluarga itu tidak ada. Tidak ada ayah dan mama. Tidak ada. Karena memang begini isi kehidupannya.
Keluarga adalah faktor utama mengapa sifatnya bisa sekejam dan sejahat saat ia di sekolah. Reanna di rumah, berbeda dengan Reanna di sekolah.
Reanna tidak bisa meluapkan semuanya di rumah, maka dari itu sekolah adalah tempatnya meluapkan semuanya. Semuanya. Tanpa terkecuali.
Ia mengusap matanya yang basah. Mengambil cardigan putih yang tergantung di lemari pakaiannya, dan berlarian keluar.
Namun, teriakan mamanya membuatnya berhenti. "Reanna! Mau ke mana kamu?"
"Ke mana aja," ketus Reanna tanpa menoleh.
Halim Arialfa— Ayah Reanna, ikut bersuara. "Kalau ditanya, jawab yang baik! Kamu ngerti sopan santun, nggak, sih?!"
Reanna menoleh dengan mata yang sudah memanas. "Apa peduli kalian? Memangnya Ayah sama Mama peduli, Rere mau pergi ke mana?"
"Rere di rumah aja, kalian nggak peduli. Kalian, 'kan pedulinya kerja terus!" sindirnya.
Halim melotot penuh amarah. "Jaga bicara kamu, Reanna!"