"Katanya ratu sekolah, tapi kok tinggal kelas? Sekolah mana? Tadika mesra?" Begitulah kalimat pada pertemuan pertama dari Ditto untuk Reanna.
Reanna Sifabella, gadis dengan berbagai julukan. Mulai dari ratu bullying hingga ratu sekolah. Kecantikann...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai!
Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!
Lagu di mulmed jangan lupa diputar!
Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa 😍
Udah belomm??
Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?
Pakai love "💛" di lapak ini, ya!
Happy reading, Men <3
***
Senja akan mengajarkanmu cara bersyukur dengan menikmati apa yang Tuhan berikan.
— Kita & Mesin Kopi
☕☕☕
Langit sore mengatakan jika sebentar lagi mentari akan kembali ke peraduannya. Burung-burung ramai beterbangan ke sana dan kemari.
Ilalang panjang yang berdiri di tepi jalan, menari ria ketika angin sore menggelitiknya.
Ditto dan Reanna masih berada di atas motor. Rencananya Ditto akan mengajak Reanna untuk melihat matahari terbenam di tepi kota.
"Miskin, ini ngapain berhenti?" tanya Reanna saat keduanya tiba di tepi kota.
Trotoar yang ramai akan orang dengan kedainya masing-masing. Motor dan sepeda yang parkir di sana. Serta mereka yang rela duduk di tepi kota untuk melihat matahari terbenam.
Ditto mengajak Reanna untuk duduk di salah dua kursi tunggal yang berada di dekat kedai makanan sederhana.
"Lihat sunset di sini. Bagus," kata Ditto.
Reanna duduk di kursi yang berada di sebelah Ditto. "Oh, ya? Gue belum pernah lihat sunset," ujar Reanna.
"Lo— lo belum pernah lihat sunset?" Ditto sedikit memiringkan kepalanya.
Reanna mengangguk. "Ayah sama mama gue itu strict banget. Mereka workaholic, tapi over protektif juga."
"Gue aja jarang pulang di atas jam enam sore. Kalau keluar malam pun, pulangnya nggak boleh terlalu larut." Reanna memandang jauh ke depan.
Ia tersenyum simpul. "Padahal mereka aja jarang pulang. Pernah nggak pulang malah," tuturnya.