Hai!
Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!
Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa 😍
Udah belomm??
Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?
Pakai love "💛" di lapak ini, ya!
Happy reading, Men <3
***
“Kehilangan itu hal yang biasa. Dalam kehidupan, kehilangan itu sudah wajar dirasakan.”
— Sasi Tarina ; Kita & Mesin Kopi
☕☕☕
"Kak Ditto?" panggil seseorang yang tangannya mendaratkan tepukan halus pada bahu Ditto.
Ditto menoleh, sedikit terkejut dengan kehadirannya.
"Hai, Kak," sapa gadis berambut kepang dua tersebut.
Gadis manis yang berseragam sama dengannya itu, berjongkok di sebelah Ditto. Membuat Ditto sedikit menggeser posisinya.
"Aku turut berduka cita, ya, Kak. Maaf karena waktu itu nggak sempat ngucapin ke Kakak, soalnya di rumah Kakak ramai banget sama anak sekolahan," tuturnya.
Ditto mengangguk singkat. "Thanks," balasnya.
Sasi tersenyum canggung. "Kak, kehilangan itu hal yang biasa. Dalam kehidupan, kehilangan itu sudah wajar dirasakan. Kak Ditto yang sabar, ya?" ujarnya.
Lagi-lagi hanya anggukan singkat yang Ditto berikan untuk Sasi. Ditto mengusap matanya yang sempat basah tadi, lalu menoleh ke arah Sasi.
"Lo ngapain di sini?" tanyanya.
"Aku mau ke makam mamaku. Mamaku juga dimakamkan di sini," jawab Sasi.
Ditto mengerutkan keningnya. "Mama?"
Sasi mengangguk. "Iya, mamaku. Meninggal waktu ngelahirin aku," katanya.
"Aku sempat kaget kemarin kalau ternyata ibunya Kak Ditto juga dimakamkan di sini," ungkapnya.
Ditto kembali mengalihkan pandangannya pada batu nisan Citra. "Kita sama, ya, Sas? Sama-sama kehilangan seorang ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA & MESIN KOPI
Novela Juvenil"Katanya ratu sekolah, tapi kok tinggal kelas? Sekolah mana? Tadika mesra?" Begitulah kalimat pada pertemuan pertama dari Ditto untuk Reanna. Reanna Sifabella, gadis dengan berbagai julukan. Mulai dari ratu bullying hingga ratu sekolah. Kecantikann...