41. MENJADI DEWASA

79 23 146
                                    

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Selamat datang di lapak Ditto & Reanna!

Jangan lupa pencet tombol bintang dulu, sebelum bacaaa 😍

Udah belomm??

Udah siap untuk ramaikan komen di setiap paragrafnyaa?

Pakai love "💛" di lapak ini, ya!

Happy reading, Men <3

***

Tidak semudah bermain kelereng. Beranjak dewasa kadang lebih melelahkan daripada lari seratus putaran. Karena kini yang kamu kelilingi adalah kehidupan, bukan lapangan.

Kita & Mesin Kopi

☕☕☕

"Gue langsung balik, ya," pamit Ditto begitu Reanna turun dari motornya.

Gadis itu mengangguk. Ditto hendak kembali menyalakan mesin motornya yang sempat ia matikan tadi.

Namun, perhatiannya teralih pada suara dari dalam rumah Reanna. Samar-samar terdengar pertikaian di dalam sana.

"Pasti ributin kerjaan lagi," celetuk Reanna tiba-tiba.

Ditto menoleh pada Reanna. "Re—"

"Nggak apa-apa. Lo balik aja. Thanks, ya," sela Reanna.

Ditto sedikit ragu, tapi Reanna menyuruhnya untuk segera pulang. Akhirnya ia memutuskan untuk melajukan motornya dan pergi dari sana.

Reanna tersenyum sebentar, lalu melambaikan tangannya sebagai tanda menyuruhnya pulang dengan berhati-hati.

Setelah dirasa Ditto sudah cukup jauh dari area rumahnya, Reanna tidak langsung masuk ke dalam.

Gadis yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu terdiam lesu seraya berjongkok di depan pagar rumahnya. Kedua tangannya ia tumpukan di atas lututnya.

Bahunya bergetar. Wajahnya tenggelam di antara lipatan tangannya. Ada satu tetesan yang jatuh di pipinya.

Jarang sekali mereka pulang pukul enam seperti ini. Namun, sekalinya pulang awal, selalu ada saja yang dipeributkan.

"Katanya nggak apa-apa?"

Reanna mendongak saat suara serak sedikit khas milik seseorang yang ia kenal, mengalun dengan sopan di telinganya.

KITA & MESIN KOPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang