Dipta memandang tubuh wanita dihadapannya tanpa berkedip, seolah terhipnotis dengan setiap gerak yang dilakukan wanita yang duduk di depan cermin membelakanginya itu. Aina yang merasa dipandangi terus menerus menjadi risih. Dia bisa melihat tatapan tak berkedip Dipta dari cermin di depannya.
“Berkediplah. Apa mata anda tidak perih terus menerus menatap saya seperti itu?” sindirnya tetap dengan memandang bayangan dirinya sendiri di cermin. Menyibukkan diri menghapus make up yang seharian menutupi wajahnya.
Dipta hanya tersenyum tanpa berniat menjawabnya. Tatapannya pun tidak berubah. Tetap terarah pada wanita yang sejak pagi tadi menjadi istrinya.
“Apa anda tidak ingin mandi? Bukankah kita seharian berdiri menyambut para tamu. Kurasa anda seharusnya mandi sekarang. Saya tidak ingin tidur di samping laki-laki yang masih bau keringat.”
Dipta yang masih diam di tempat membuat Aina jengah. Dia beranjak dari duduknya dan meraih handuk berniat untuk mandi.
“Mau kemana?” tanya Dipta seraya melangkah mendekat.
“Mandi. Jika anda tidak ingin mandi biar saya yang mandi.”
“Bukankah kita seharusnya melakukan sesuatu dulu?” tanya Dipta yang sukses membuat langkah Aina terhenti.
“Apa--” pertanyaannya terhenti saat tiba-tiba Dipta sudah berada di depannya dan mengecup keningnya.
“Sekarang baru kamu boleh mandi,” celetuk Dipta dengan senyum tanpa dosanya. Sedangkan mata Aina berkilat menatap tajam laki-laki yang baru saja menciumnya itu.
“Jangan pernah mencium saya tanpa izin lagi. Saya maafkan yang pertama tapi takkan ada yang kedua,” desisnya dengan tatapan penuh amarah lalu melangkah meninggalkan Dipta yang mematung. Ah, sepertinya menaklukkan Aina bukan perkara mudah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Sentuh Saya, Dokter! [PINDAH KE GOODNOVEL]
RomanceWarning : 18+ (Beberapa part berisi konten dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan) SEBAGIAN BESAR PART TELAH DIHAPUS. PINDAH KE GOODNOVEL UNTUK BACA SELENGKAPNYA. * Tak pernah terlintas di benak Aina Zavira bahwa dia akan menikah, apalagi dengan laki...