Cerita pertama gan, maaf ya kalo ada typo. kalau ada kesamaan tokoh ataupun alur, baca dulu sampai abis baru nyimpulin ya, thank you manis
***
Bel pertanda waktunya pulang sekolah sudah berbunyi. Anara dan kedua sahabatnya, Sara dan Violet membereskan peralatan belajar yang berserakan diatas meja secepat kilat karena ingin pulang lebih cepat.
"Nar, lo gak bawa motor mau pulang bareng kita aja gak?" Tanya Violet menawarkan.
"Gak deh Vi, gua mau ambil motor juga di bengkel. Kan kita gak searah." Balas Anara tidak enak.
"Okedeh, kita duluan ya kalo gitu!" Seru Violet dan Sara bersamaan. Tak lama kemudian Anara pun keluar dari kelas dan melangkahkan kakinya pelan sambil memainkan ponselnya.
5 menit berlalu, tidak ada angkot yang lewat.
10 menit berlalu, tetap seperti itu.
30 menit berlalu, Anggota osis yang rupanya sudah menyelesaikan rapatnya keluar dari gerbang sekolah, Saka, salah satu anggota Bragos menatap Anara bingung. Seingatnya bel pulang sudah dari tadi kenapa musuh bebuyutan ketuanya masih nangkring manis di halte depan sekolahnya?
Senyum manis tercipta saat ide cemerlangnya terlintas. Tangan Saka bergerak mengambil ponsel yang berada di saku celananya dan mulai menelpon ketua tercinta, Al.
"Bos, musuh lo masa lo biarin gini aja?"
"Saha eta?"
"Anara, Queennya Smabun."
"Otw." Balas Al sangat memuaskan untuk ide cemerlang Saka. Setelah itu, Ia Berjalan kearah motornya dan melewati Anara begitu saja. Karena cukup banyak osis yang melewati Anara, Jadilah gadis itu tidak melihat Saka yang sudah berlalu dari hadapannya.
15 menit berlalu, masih tidak ada kendaraan umum yang lewat. Para anggota osis pun sudah tidak ada lagi yang masih berada di sekolah. Kalau di tanya kenapa Anara tidak memesan ojek atau taksi secara online saja, jawabannya hp nya mati.
Sekitar 5 cowok berbadan kekar berjalan kearah Anara. Gadis itu tengah was was kalau para cowok karatan didepannya ini akan menggodanya. Mengambil ancang-ancang kuda-kuda untuk menyerang kelimanya.
"Hai manis." Ujar salah satu preman yang berambut keriting.
"Misi ya om, saya mau pulang." Sahut Anara santai.
"Sama om aja dek, dijamin sampai kerumah dan puas." Balas Preman yang satunya lagi, dengan nada mengejek.
Saat salah satu diantara preman itu hendak memegang bahu Anara, Gadis itu lebih dulu memegang pergelangan tangan preman tersebut dan memutarnya kebelakang. kemudian menendang keras tulang belakang preman itu.
"Kuat juga nih, bisa lah buat kita berlima!" Sahut preman yang berambut keriting itu kembali.
"Langkahi dulu mayat gua!"
Bugh
lemparan helm itu tepat sasaran. Al berlari mensejajarkan posisinya dengan Anara. Keduanya melawan lima preman sekaligus. Anara yang menggunakan celana pendek dari dalam roknya tidak perduli kalau nantinya rok itu sobek. Ia mengangkat kakinya kemudian menendang kepala preman yang mengejeknya tadi, kemudian menarik pergelangan tangan Al supaya mundur karena hampir saja dipukul dari belakang oleh preman botak.
Anara melepaskan tasnya kemudan memukul kepala preman itu dengan helm yang tadi Al lempar. Bunyi tumbukan yang nyilu bila dirasakan.
Tak berselang lama, Al menarik tangan Anara untuk kabur dari sana setelah mengambil tas gadis itu. kakinya berlari cepat diikuti Anara di belakangnya. Kemudian berbelok kearah gang sempit diantara toko toko, dan bersembunyi di belakang tumpukan karton kosong.
Jantung keduanya berdegub kencang karena sehabis lari. Tanpa disadari posisi Al dan Anara begitu dekat. Tangan Anara yang mungil itu memegang bahu Al, sedangkan tangan kiri Al menggenggam tangan Anara, dan tangan kanannya terlingkar manis pada pinggang gadis itu.
Anara yang masih menetralkan detak jantungnya, sedangkan Al yang sedang menikmati ukiran indah Tuhan pada wajah gadis disampingnya ini. Hidung pesek namun imut dengan bulu mata lentik dan pipi yang menggemaskan untuk di cubit, serta bibir pink merah muda tanpa polesan yang menarik untuk di c--- eits, tahan brodi.
Anara yang menyadari dirinya ditatap sedari tadi memalingkan wajahnya menatap Al. Gadis itu terkejut. Jarak wajah keduanya begitu dekat bahkan hidung Al dan Anara saling bersentuhan.
"Daya tarik lo kuat juga. Iman gua gak kuat kalo lo gak berdiri sekarang juga." Ucap Al dengan suara seraknya.
Anara yang mendengar peringatan bahaya bertanda WARNING itu segera berdiri dan merapikan kemeja sekolahnya.
"Thanks udah tolongin gue." Ucap Anara tulus.
"Aman, buat musuh tersayang." Balas Al tersenyum miring.
"Ayo gua anter pulang." Lanjutnya kemudian berjalan keluar dari gang sempit itu.
Anara yang capek setelah melawan 5 preman tadi kemudian lari pun hanya pasrah saja dari pada Ia diganggu preman lagi. Nasib cewek cantik katanya.
Setelah sampai dimotor yang tadi Al parkirkan, Tangannya memutar kunci motor tersebut dan mulai menyalakan mesinnya. Anara naik dengan mudahnya tanpa bantuan Al. Tidak heran sih untuk gadis seperti Anara, naik moge itu sudah biasa.
Al mulai menjalankan motornya santai dengan Anara yang hanya berpegangan pada jaket yang dikenakan Al.
"Al, motor gue gimana?" Tanya Anara dengan suara yang cukup keras.
"Nanti gua nyuruh anak Bragos ambilin." Jawab Al santai.
Anara yang mendengar itupun pasrah pasrah saja selama motornya aman, hatipun tenang.
10 menit berlalu, keduanya sudah sampai dirumah kediaman keluarganya Anara. Classic elegan. 2 kata yang melambangkan Rumah itu.
"Thanks musuh!"
"Yoi, gua cabut dulu." Pamit Al kemudian kembali menjalankan motornya.
"Gak boong, lo cantik Nar. Lo punya daya tarik sendiri yang gak di punyai cewek lain."
***
jangan lupa votenya brodi, see you next part ya!!

KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE
Teen Fiction"Gue benci deh sama lo." "Iya, gue tau lo cinta sama gue." "HALU NAJIS!" Sepaket kisah penuh teka teki, takdir yang mempertemukan untuk sebuah perpisahan? atau takdir perpisahan dengan awal sebuah pertemuan yang indah? Kisah yang indah namun rumit...