28 || Penghianat.

5 3 0
                                    

Cerita pertama gan, maaf ya kalo ada typo. kalau ada kesamaan tokoh ataupun alur, baca dulu sampai abis baru nyimpulin ya, thank you manis.

*****

"Hai, Anara!"

"Hai, Sara." Ucap Anara tersenyum sinis. Karna pada nyatanya orang terdekatmu adalah musuh terbesarmu sendiri. Inilah alasan mengapa Anara tidak percaya kepada siapapun selain Al dan Rivaldo. Bahkan kedua orang tua nya pun tidak tahu apapun tentang Anara dan masalalunya.

"Kaget gak gue ada disini?" Tanya Sara dengan nada bangga.

"Enggak kok. Gak sama sekali malah." Jawab Anara santai. Musuh-musuhnya memilih untuk melawan yang lain saja. Berdiri didekat Anara terlalu berbahaya. Kharisma gadis itu bahkan melebihi Al yang sudah penuh emosi dikepalanya. Berdiri didekat Anara bahkan bisa membuat para musuhnya bergetar ketakutan.

Senyuman yang ditampilkan gadis itu sangat berbeda. Senyuman dingin yang penuh dengar sirat penuh dendam. Ini Anara yang sebenarnya. Gadis tanpa ampun dan penuh hasrat membunuh.

Rivaldo yang baru saja tiba meneguk ludahnya kasar. Entah monyet siapa yang sudah mengembalikan Anara yang dulu. Siapa saja yang mengusiknya sama saja memohon untuk mati.

Rivaldo berlari membelah kerumunan orang yang terus memukul satu sama lain. Ia hanya perlu mencari Anara. Gadis yang sudah dianggapnya sebagai adiknya sendiri.

"ANARA! JAGA JANJI KAMU!" Teriak Rivaldo dari jarak yang masih cukup jauh. Ia takut terlambat sampai disebelah Anara. Al yang sedang kalang kabut melawan musuhnya tersentak. Ia terlalu fokus melawan musuhnya sampai melupakan gadisnya tanpa sadar.

Rivaldo sampai tepat waktu. Saat Anara akan maju melawan Sara, Ia langsung menggenggam tangan gadis yang sudah Ia anggap seperti adiknya sendiri. Memeluknya kuat agar emosinya tersalurkan. Anara tersadar, emosinya mendadak tidak stabil saat sahabatnya datang, sebagai musuhnya sendiri. Sekalipun Ia tidak percaya pada kedua sahabatnya, tidak bisa dipungkiri bahwa kenangan mereka juga cukup banyak untuk dikenang.

Anara mulai melepaskan pelukan itu. Rivaldo yang menyadari Anara sudah dapat mengendalikan emosinyapun ikut melepas pelukannya. Al melihat itu, namun Ia mengerti. Rivaldo pernah menceritakan semuanya tentang Anara yang dulu padanya. Jadi Ia tidak mungkin salah paham.

"Emosi lo gak stabil ya Nar? Aduh gak bisa dong buat lawan gue?" Ejek Sara menahan rasa ketakutannya. Bohong jika Ia tidak takut merasakan Aura Anara tadi. Tapi demi menjaga imagenya didepan semua orang, Ia kembali berusaha memancing emosi Anara.

"Lo bisa bacot kalo satu pukulan lo bisa kena gue. Tapi kalo nangkis pukulan gue aja lo gak bisa, Tutup mulut sampah lo." Balas Anara yang mulai menghampiri Sara. Tangannya mengepal kuat siap menghabisi lawannya. Sara ketakutan duluan saat satupun anak buahnya tidak ada yang mau maju.

Riko yang melihat itu langsung maju berniat menyerang Anara dari belakang. Dengan sigap gadis itu memutar tubuhnya dan langsung menendang tulang belakang Riko tepat ditengahnya. Bunyi patahan tulang terdengar sangat jelas. Tidak sampai disitu, Anara langsung menendang kepala Riko kuat. Bahkan baru dua serangan, pria itu sudah pingsan.

sepuluh orang datang berusaha menyerang Anara bersamaan. Namun semuanya sia-sia. Gadis itu terlalu gesit untuk ukuran seorang wanita remaja. Pukulan dan tendangan dari Anara tidak dapat dihindari sama sekali. Berbanding terbalik dengan mereka yang tidak dapat meloloskan satu pukulan pun menyentuh tubuh Anara.

Anara memandang keatas, tepat dimana Sara naik keatas pohon. Matanya melotot melihat pistol dengan merk Smith and Wesson Model 29 Revolver, .44 Magnum itu berada ditangan gadis itu. Apalagi sasarannya...

AL!!

Anara berlari meningglkan belasan orang yang terus berdatangan memborongnya. Tangannya menggenggam kuat tangan Al kemudian menarik pria itu jatuh bersamanya keatas aspal bertepatan dengan bunyi pistol itu berbunyi.

Suara teriakan seseorang mengalihkan fokus semua orang yang ada disana, Darko, pacarnya Sara. Ia yang terkena timah panas dari kekasihnya sendiri.

Jantung Al berdegub kencang. Anara menyelamatkan nyawanya secepat itu? Dan bahkan kondisi mereka saat ini sangat berbeda jauh. Al yang penuh dengan luka pada wajahnya, dan Anara yang masih bersih tanpa luka.

Bunyi sirine polisi terdengar nyaring. Sara yang posisinya berada diatas pohon panik karena takut untuk turun. Seluruh anggota Raksal bubar meninggalkan ketuanya dan wakilnya yang sudah terkapar lemah tak berdaya didepan markas Bragos.

Setelah seluruh anggota Raskal pergi, Raka menghampiri mereka panik. Luka di tubuhnya hampir sama banyaknya dengan Al.

"Kalian gak apa-apa? Tadi gue make toa poskamling supaya mereka pada bubar." Jelas Raka terengah engah. Rivaldo yang baru saja memeriksa denyut nadi milik Darko langsung menghampiri mereka.

"Itu mayat satu sama temennya mau di apain?" Tanya Rivaldo santai seperti tidak ada dosa dari ucapannya.

"Riko buat aku ya?" Suara Anara membingungkan semua orang kecuali seluruh anggota Stamrat dan Rivaldo. Mereka yang sudah mengenal Anara sejak awal pasti tau apa yang ingin gadis itu lakukan.

"WOI TURUNIN GUE!!!" Teriak Sara yang masih bergelantungan diatas pohon.

"Raka, lo urus dia deh. Si Darko bawa balik aja ke markas Raskal, nanti gue suruh anak Stamrat, Kalo si Raka biar urusan gue sama bang Valdo." Perintah Anara yang enggan menatap Al. Biarlah urusannya dengan Al ditunda sebentar.

Al dan Rivaldo saling menatap. Sejujurnya keduanya kasihan dengan nasib Riko setelah ini. Karena sehabis ini, mungkin Riko akan benar benar berlutut untuk minta di bunuh.

*****

Jangan lupa Votenya brodi, see you next part!!!

HATE OR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang