29 || Just Vionara

9 4 0
                                        

Cerita pertama gan, maaf ya kalo ada typo. kalau ada kesamaan tokoh ataupun alur, baca dulu sampai abis baru nyimpulin ya, thank you manis.

*****

Mata Riko bergerak terbuka perlahan. Rasa sakit ditubuhnya tidak dapat dijelaskan lagi. Bahkan rahangnya membiru akibat tendangan Anara. Saat sudah sadar sepenuhnya, Matanya melotot saat menyadari kedua tangan dan kakinya dirantai. Rasa takut menyeruak kedalam hatinya.

"Eh lo udah bangun?" Tanya Anara yang baru saja masuk. Langkah kakinya diikuti Rivaldo dan Al dibelakangnya. Kedua pria itu memandang Riko iba, namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Anara perlahan mendekat kearah Riko. Gadis itu menatap Riko dari atas sampai bawah, tidak ada yang menarik.

"Nomor kesukaan lo berapa?" Tanya Anara memasang wajah polosnya, Seperti ada yang akan terjadi namun Riko tidak tau apa. Lagian pertanyaan mudah seperti ini dijawab saja bukan?

"Tiga."

"Oke. Artinya tiga pertanyaan, untuk yang bener lo beruntung, kalo salah li kena hukuman tiga kali." Ujar Anara santai. Al mendengar itu meneguk ludahnya. Sebelumnya Anara sudah melarang keras Al untuk ikut. Namun dengan keras kepalanya pria itu tetap memaksa untuk ikut.

"Coba lo bayangkan sebuah kecacatan, menurut lo dimana?" Tanya Anara santai. Riko mengerutkan keningnya tidak mengerti. Kenapa pertanyaan Anara begitu mengerikan?

"Kaki atau tangan."

"Lo bahkan terlalu lemah untuk ukuran seorang manusia." Jawab Anara kemudian menendang kaki pria itu kuat. Tangannya diputar kebelakang sampai bunyi patahan tulang itu kembali terdengar. Riko terus berteriak kesakitan. Ia tidak pernah membayangkan akan terjadi hal seperti ini.

Rivaldo memilih keluar karena tidak bisa menonton ini lebih lanjut. Berbeda dengan Al yang masih berusaha menahan diri untuk tetap menyaksikan apa yang diperbuat pemilik hatinya itu.

"Pertanyaan kedua."

"Kalo lo didalam club, lo bakal milih cewek dengan baju ketat tapi masih perawan, atau cewek dengan baju longgar tapi udah gak perawan." Tanya Anara lanjut.

"Gua bakal ambil dua-duanya." Jawab Riko terbatuk-batuk. Ia berharap jawaban dengan logika negatif bisa menyelamatkannya dari siksaan gadis didepannya ini.

"LOH KOK BENER SIH!" Teriak Anara tidak terima. Aturannya itu Riko harus selalu salah.

"Oke, pertanyaan terakhir."

Riko terus berbatuk menahan sakit pada sekujur tubuhnya.

"Pisau lima ribu, atau pisau lima puluh ribu?"

"Pisau lima ribu."

Pertanyaan classic memang, tapi Anara tau kejahatan Riko masih ada batasan, jadi Ia hanya memberikan pukulan ringan, tidak sampai melukai tubuhnya yang lain.

Pukulan ringan Anara itu minimal patah tulang.

"Oke, lo lolos kali ini---

---Tapi gak lain kali." Lanjut Anara. Gadis itu melangkah keluar dari dalam ruangan itu bersama dengan Al. Riko akan diurus oleh anak buahnya dengan dokter pribadi Stamrat.

"Nar," Panggil seseorang dari luar. Gadis itu berlari menghampiri sahabatnya kemudian memeluknya etat.

"Gue gak nyangka Sara kaya gitu." Ucap Vio yang masih sesenggukan. Ia pikir persahabatannya itu tidak akan ada yang berniat buruk, apa lagi circle mereka yang sangat terbatas. Namun ternyata tidak.

"Lupain aja." Jawab Anara yang sepertinya enggan membahas mantan sahabatnya itu. Pengkhianat akan selalu menjadi pengkhianat untuknya. Ia melepaskan Sara kali ini, tapi tidak lain kali. Kesempatan kedua untuk semua orang itu akan selalu ada, tapi tidak untuk ketiga kalinya.

"Vi."

"Iya Nar?"

"Gue bisa minta sesuatu?"

"Apa?"

"Jangan ada Sara, just Vionara."

"Tanpa lo minta pun gue maunya juga kaya gitu Nar." Balas Vio yang langsung mengambil ponselnya dan membubarkan grup yang di dalamnya ada Sara.

Al yang melihat interaksi keduanya membuat rasa tidak enak menjalar dihatinya. Bagaimanapun juga Ia sudah menyakiti perasaan Anara saat di kantin tadi pagi.

Al berdiri dibelakang Anara, Vio yang menyadari pergerakan Al memilih untuk pamit kebelakang. Anara langsung membalikan tubuhnya menghadap Al, sedetik kemudian Al memeluk tubuh Anara erat. Ia merasa bersalah akan tindakan bodohnya tadi pagi, dan sudah seharusnya Ia minta maaf.

"Jangan minta maaf." Ujar Anara duluan. Ia tidak ingin Al minta maaf padanya sekalipun Al sempat membuatnya cemburu setengah mati.

"Tapi aku harus minta maaf."

"Ya aku gak mau kamu minta maaf."

"Kenapa?"

"Bahkan setelah tau sifat kotor aku aja kamu masih bertahan, untuk apa kamu minta maaf? Itu udah cukup buat aku." Jawab Anara tersenyum.

Al mengecup kening Anara kemudian menghirup aroma vanila dari rambut gadisnya yang selalu membuatnya tenang itu cukup lama. Rasa hangat itu mengisi hatinya. Rasa ingin saling memiliki, Rasa tidak mau melepas satu sama lain.

"Al."  Panggil Anara pelan.

"Hm?"

"Kamu harus banyak belajar bela diri di markas Stamrat." Ujar Anara memberi saran. Ia tidak suka Al yang memiliki luka diseluruh tubuhnya.

"Kenapa?" Tanya Al bingung. Menurutnya Ia bisa melawan sepuluh orang sekaligus, tapi mengapa gadisnya memberikannya saran seperti itu?

"Kamu masih kurang lincah buat menghindar dari serangan."

"Oke nanti aku latihan---

---Tapi pelatihnya harus kamu."

*****

Jan lupa votenya gan, see u next part

HATE OR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang