Cerita pertama gan, maaf ya kalo ada typo. kalau ada kesamaan tokoh ataupun alur, baca dulu sampai abis baru nyimpulin ya, thank you manis.
*****
Sejak kejadian waktu itu, tidak ada yang berani datang melabrak Anara lagi. Bella bahkan sudah pindah sekolah karena para fans Anara --yang cowok terus menjelek-jelekannya dengan balasan Anara kemarin seperti 'main sama om-om aja bangga'. Dari situ pun dengan senang hati para siswi ikut-ikutan juga. Lumayan bisa bully tukang bully.
Apa lagi di snap lambesmabun yang dengan sengaja memvideokan aksi Bella yang sedang menggunakan dress mini di sebuah club ternama di Jakarta dengan posisi sedang bersama pria berdompet tebal. Hal itu semakin meyakinkannya untuk keluar dari smabun.
Anara yang mendengar tentang Bella pindah sekolahpun hanya tersenyum menanggapi topik itu. Menurutnya tidak ada untungnya untuk menanggapi urusan manusia tidak jelas seperti Bella.
Tomi, Papa Anara yang mendengar berita tentang Bella yang mengata-ngatai anaknya sempat tidak terima. Dan tanpa sepengetahuan Anara, Tomi mulai menggoyangkan perusahaan milik keluarga Bella. Bahkan Andre, ayahnya Al pun melakukan hal yang sama. Katanya 'ayah gak terima calon menantu ayah dikatain seperti itu!' Jadi bisa di bilang, orang belakang Anara itu cukup berbahaya.
Info terakhir yang sampai ditelinga Al dan Anara pun hanya Bella yang memutuskan untuk pindah keluar negeri dan perusahaan keluarga Bella yang diambang kebangkrutan. Lagian, salah milih musuh. Mampuskan!
***
Pagi ini, Anara mengerutkan keningnya bingung. 30 menit lagi sekolah sudah tutup tapi kenapa Al belum datang menjemputnya? Sejak keduanya berpacaran, Al selalu menjemputnya bila ingin pergi kemana-mana, terutama kesekolah. Mereka selalu berangkat 45 menit sebelum pintu gerbang sekolah di tutup supaya bisa sarapan bersama dikantin.
Karena takut terlambat, Anara memilih untuk memberi tahu Al kalau Ia sudah kesekolah duluan. Kemudian Anara mengambil kunci motornya dan mulai menjalankannya menuju sekolah.
Setelah sampai dan memarkirkan motornya, Anara mulai melangkah dikoridor menuju kelasnya. Gadis itu semakin bingung saat membuka pintu kelasnya, Vio dan Sara belum ada. Biasanya kedua sahabatnya itu selalu datang lebih awal. Tapi kenapa hari ini terasa aneh?
Bahkan sampai bel pulang pun Vio dan Sara tidak masuk. Di kantin juga tidak ada para inti Bragos yang duduk atau menyapanya. Anara gelisah sendiri. Ia memikirkan apa kesalahannya sampai mereka seperti ini. Namun setahunya Ia tidak melakukan kesalahan apa-apa.
"Annisa!" Panggil Anara yang cukup dekat dengan gadis itu. Ya karena double date yang katanya 'terencana' itu.
"Iya Nar?" Balas Annisa lembut.
"Lo tau gak anak Bragos pada dimana?" Tanya Anara yang langsung menghampiri Annisa.
"Gak tau Nar, Raka juga gak ngomong apa-apa."
"Oh gitu ya? Yaudah deh makasih ya." Balasnya kemudian berjalan menuju parkiran. Memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini.
"Anara!" Panggil seseorang yang sepertinya teman seangkatannya.
"Iya?" Balas Anara kemudian menolehkan wajahnya kebelakang.
"Al manggil lo di markas, katanya bareng gue aja." Ajak siswa yang menggunakan seragam smabun itu.
"Oke." Anara yang percaya-percaya saja langsung mengikuti siswa yang dari name tag di seragamnya namanya Bayu.
Saat Bayu sudah menjalankan motornya, Anara bingung karena ini bukan jalan menuju markas Bragos. Ini lebih mengarah kejalan gudang pinggir kota yang dulu sering Ia datangi untuk mencoret ataupun memecahkan kaca-kacanya.
"Ini mau kemana sih Bay?"
"Markas lah!" Jawab Bayu sedikit kencang agar suaranya terdengar.
"Ini bukan arah markas Bragos anjir!" Ucap Anara yang cukup bingung dengan Bayu. Ia sering melihat Bayu di sekolah karena mereka seangkatan, tapi Ia tidak pernah tau kalau Bayu ini anggota Bragos atau bukan.
Bayu yang diam membuat Anara melakukan hal yang sama. Menurutnya tidak ada yang perlu ditakutkan kalau hanya ke gedung tua di pinggiran kota. Toh, Ia punya banyak kenalan disana. Diculik sekalipun mudah untuknya meloloskan diri.
Sesampainya disana, benar dugaan Anara. Ini gedung tua pinggiran kota. Tapi kenapa seperti tidak ada orang? Sejak dulu sekalipun tidak ada dirinya, selalu ada yang menjaga gedung tua ini bergantian supaya tidak ada yang sok berkuasa didalamnya. Tapi ini?
Anara dengan langkah beraninya mulai masuk kedalam gedung tua itu. Keadaannya masih sama seperti terakhir kali Ia datang, hanya saja sedikit lebih berdebu.
"Lo mau tau satu fakta Nar?"
Pertanyaan Bayu mengalihkan fokus Anara. Gadis itu berbalik menatap Bayu bingung.
"Apa Bay?"
"Gue suka sama lo."
Anara terkekeh sinis. Bayu itu sebenarnya ganteng, cuma bukan standartnya. Sekalipun Bayu cinta mati, Ia tidak perduli karena dihatinya sudah ada yang mengisinya. Al, dan seseorang.
"Bahkan lo gak bisa kasih satu pukulan pun ketubuh gue Bay, bisa lo ngomong gitu?" Ejek Anara. Menurutnya memancing emosi lawan akan membuat lawan itu kurang berfikir jernih dan mengambil keputusan tanpa tau akibatnya. Sehingga mudah mendapatkan kelemahan lawan.
"Bahkan kalau lo bisa keluar dari sini dalam kondisi masih hidup aja udah bersyukur Nar." Balasnya tidak terima.
Setelah Bayu mengatakan itu, beberapa pria yang sepertinya sudah lulus sekolah itu masuk kedalam gedung itu. Anara dengan santainya tersenyum sinis. Lawannya cuma segini? Terlalu mudah.
Delapan lawan satu. Dengan orang yang lebih tua darinya, belum tentu mereka bisa selincah seorang Anara bukan?
Delapan orang termasuk Bayu mengelilingi Anara. Mereka menganggap remeh gadis itu. Saat bayu mulai menyerang, Anara menghindar. Begitu juga saat seluruh orang suruhan Bayu menyerangnya, Ia terus menghindar. Tergetnya saat ini pipa kecil yang berada di ujung gedung. Ia akan mencoba mundur sampai ketempat itu untuk mengambil alat bantu untuknya menyerang.
Dengan terus menghindar, Anara berhasil mengambil apa yang Ia inginkan. Tangannya memutar pipa itu dengan cepat, kemudian menusukan pipa tersebut ke perut salah satu orang suruhan Bayu itu. Kakinya menendang dada yang lainnya, kemudian memutar pipa tersebut dan memukul kepala dua orang sekaligus dengan kedua ujung pipa yang Ia pegang.
Tersisa empat orang lagi. Dengan semangat Anara menekan pipa tersebut ketanah dan memutar tubuhnya menendang kepala salah satu diantara mereka sampai menabrak tembok. Ia menunduk saat Bayu menyerangnya dari belakang. Dengan senyum sinisnya, Anara menendang lutut Bayu kemudian memukul kepala bayu keras.
Dua orang tersisa. Saat Anara hendak melayangkan pukulan pada keduanya, seseorang memeluk Anara dari belakang. Anara yang masih bersemangat menghabiskan orang-orang suruhan Bayu itu bergerak memberontak.
"Hei, it's me."
Suara itu...
Rivaldo Brakara.
****
Jan lupa vote nya gan, see u next part!

KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE
Teen Fiction"Gue benci deh sama lo." "Iya, gue tau lo cinta sama gue." "HALU NAJIS!" Sepaket kisah penuh teka teki, takdir yang mempertemukan untuk sebuah perpisahan? atau takdir perpisahan dengan awal sebuah pertemuan yang indah? Kisah yang indah namun rumit...