Cerita pertama gan, maaf ya kalo ada typo. kalau ada kesamaan tokoh ataupun alur, baca dulu sampai abis baru nyimpulin ya, thank you manis.
*****
The feelings got lost in my lungs
They're burning, I'd rather be numb
And there's no one else to blame
So scared I take off and I run
I'm flying too close to the sun
And I burst into flamesBut you, make me wanna act like a girl
Paint my nails and wear perfume for you
Make me so nervous
That I just can't hold your hand.-- Demi Lovato, Heart Attack
*****
Seorang gadis berlari menyusuri koridor dengan tatapan tajamnya dan tangan yang mengepal. Tidak ada senyuman manis dan sapaan yang biasanya terlontar dari bibir manis itu.
Banyak orang yang sedang melintas memilih untuk memberikan jalan untuk Anara. Langkah gadis itu memasuki parkiran motor yang mulai sepi karena jam pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu.
Langkah gadis itu menuju salah satu orang yang bisa Ia andalkan sekarang.
"Raka!" panggilnya saat melihat orang yang Ia tuju sedang duduk manis diatas motor.
"Kenapa ibu negara?"
"Pinjem motor lo."
"Buat apa?"
"Gue butuh sekarang, tolong."
"Oke." Raka langsung memberikan kunci motornya pada Anara.
Gadis itu dengan sigap menaiki motor Raka dan mulai menjalankannya perlahan keluar dari lingkungan sekolah. Saat sudah berada dijalan raya, Ia mulai menambahkan kecepatannya tidak memperdulikan pengendara lain yang sudah mengumpat karena tingkahnya.
'Tahan Al, gue tau lo bisa lawan mereka semua setidaknya sebelum gue dateng.'
Anara dengan lincah menyelip beberapa mobil didepannya. Mungkin terdengar mustahil seorang gadis sma bisa membawa motor ninja segitu lincahnya, namun tidak untuk Anara. Ini sudah biasa untuknya.
Hanya perlu beberapa menit untuk gadis itu sampai dimarkas yang mungkin lebih cocok disebut gudang itu. Ia langsung menabrak pintu depan markas karena tahu kalau markas tidak dikunci.
BRAK
Bunyi tabrakan kencang dari arah pintu mengalihkan fokus semua orang. Seorang gadis dengan baju seragam SMA favorit di Jakarta dengan mudahnya menghancukan pintu markas mereka, dan sialnya lagi menggunakan motor ninja yang kelihatannya baru saja dibeli.
"Wow, lo tipe cewek brutal ya?"
Riko tidak memperdulikan kondisi pintu yang hampir terlepas itu. Anara lebih menarik perhatiannya.
"Iya dong. Gak kaya lo, cowo banci." Jawab Anara tersenyum miring. Gadis itu turun dari motor dan mulai menghampiri Al yang sedang terkepung. Kondisi Al sangat jauh dari kata baik-baik saja. Banyak darah yang tumpah diseragam putihnya.
"Beneran banci rupanya, Gak bisa ya satu lawan satu?"
"Bacot lo! Hajar aja hajar!"
Seluruh anggota Raskal yang ada disana, kurang lebih lima belas orang menyerangnya secara bersamaan. Bahkan tiga orang yang tadi melawan Al pun sudah ikut menyerangnya.
Riko tersenyum puas karena yakin Anara tidak mungkin selamat melawan anggota Raskal sebanyak itu. Apa lagi disini tidak ada yang membantunya.
Berbeda dengan Anara yang sepertinya sangat menikmati para lawannya.
Satu persatu anggota Raskal tumbang. Hal ini membuat Riko cukup pesimis. Pria itu kembali menghubungi beberapa anggota Raskal untuk datang, namun tetap saja Anara bisa menghadapi semuanya.
Tanpa berpikir panjang, Riko mengeluarkan pisau lipat, kemudian berjalan kearah Al yang sedang menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya.
Ia mengunci pergerakan tangan Al kemudian menyodongkan pisau lipat itu tepat didepan leher Al.
"Lo cukup nyerah dan serahin diri lo sama gue, atau nyawa dia melayang."
Anara yang sudah selesai membersihkan para tikus kecil yang berusaha menyerangnya menatap Riko dengan senyuman sinisnya.
Jujur saja melihat senyuman itu membuat mentalnya cukup goyah. Gadis ini terlalu berbahaya untuk diusik.
"Gue saranin lo untuk mikirin cara lo masih bisa hidup kedepannya."
"Lo nekat sama gue, dia yang mati. Lo cukup serahin diri lo sama gue."
"Lo yakin dia yang bakal mati? bukan lo?"
"Gue kasih lo pilihan untuk menyerah, atau dia mati ditangan gue."
"A-anara," Panggil Al dengan suara seraknya. Namun sepertinya gadis itu tidak menggubrisnya.
"Lo lucu tau gak? Pikirin gimana cara lo bisa pulang hidup-hidup dari markas lo sendiri."
Ketiganya hanya berjarak beberapa langkah. Ini bukan hal sulit untuknya membalikan situasi.
Anara dengan cepat menendang tangan kanan Riko yang memegang pisau, kemudian menarik Al kebelakangnya. Al yang ditarik begitu saja mencoba untuk seimbang agar tidak terjatuh. Tubuhnya sungguh lemas karena dipukul dari berbagai arah, terlebih tadi Ia sendiri.
Anara melangkah maju, memberikan pukulan serta tendangannya pada tubuh Riko tanpa bisa dihindari sama sekali. Lehernya, rahangnya, perut, dada, lutut, tulang kering, tubuhnya benar-benar terasa mati rasa.
"Gimana? masih mau nanya gue nyerah atau Al mati? Gimana kalau gue yang balikin. Lo nyerah, atau mati?"
"Gue gak sudi nyerah karna Bragos!"
"Bahkan lo bisa sekarat saat ini juga."
"Raskal gak akan pernah nyerah sama Bragos, ingat itu!"
Anara hanya tersenyum miring. Tangannya masih cukup gatal untuk menyerang orang didepannya. Tidak perduli Ia sudah sekarat atau belum, yang penting puas!
Melihat musuhnya sudah tidak sadarkan diri, Anara memilih untuk tidak melanjutkan kegiatannya. Gak asik nyiksa orang kalo udah gak sadar, gak ada efeknya.
"Gitu doang pingsan, lemah." Ujar Anara, kemudian memutar tubuhnya hendak membantu Al berdiri.
Sedangkan Al yang mendengar ucapan gadisnya langsung melotot saat dilihatnya Riko sudah tidak sadarkan diri dengan tubuh yang penuh dengan bekas pukulan.
"Sayang, dia gak mati kan?"
"Enggak kok, mungkin koma doang."
*****
Jan lupa vote gan, see u next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE
Novela Juvenil"Gue benci deh sama lo." "Iya, gue tau lo cinta sama gue." "HALU NAJIS!" Sepaket kisah penuh teka teki, takdir yang mempertemukan untuk sebuah perpisahan? atau takdir perpisahan dengan awal sebuah pertemuan yang indah? Kisah yang indah namun rumit...