Cerita pertama gan, maaf ya kalo ada typo. kalau ada kesamaan tokoh ataupun alur, baca dulu sampai abis baru nyimpulin ya, thank you manis.
*****
It's you, babe
And I'm a sucker for the way that you move, babe.
And I could try to run, but it would be useless
You're to blame
Just one hit of you, I knew I'll never be the same.*****
"Alfikra, gue mau bicara sama lo." Sara yang tiba-tiba datang entah dari mana.
"Mau lo apa?"
"Jelasin semuanya." Ucapnya mantap. Sorot matanya seperti orang yang sudah muak dengan hidup yang Ia jalani. Apa lagi setelah kehilangan pacarnya karena ulahnya sendiri.
"Apa yang mau lo jelasin?"
"Pertama gue mau minta maaf buat kalian semua. Jujur gue iri Anara selalu lebih baik dari gue. Entah tentang otak, fisik, relasi, atau apapun itu, dia selalu lebih baik dari gue. Dan dari situ gue benci sama dia."
"Bahkan ketika dia bisa dapetin lo, gue gak bisa Al. Gapai salah satu diantara kalian aja rasanya mustahil buat gue, karna fokus kalian selalu Anara, Anara, Anara dan Anara." Lanjut Sara yang mulai terisak. Semua bukan keinginannya. Hatinya yang terus merasa iri akan semua pencapaian Anara membuatnya benci.
"Bahkan ketika dia selalu bantu lo kapanpun lo butuh, lo bisa benci sama dia Sar?"
"IYA! Dia selalu bantu gue dengan semua cara yang dia punya. Semua cara yang sama sekali gak bisa ada diotak gue, tapi dia bisa."
"Lo cewek gila, Sar."
"Menurut lo lebih gila siapa Al kalau kita sahabatan, gue rusak, Vio rusak, cuma dia yang belum? Gue iri Al dia masih sempurna sedangkan gue udah ancur!"
"Lebih gila lo lah! Gue udah larang kalian berdua gak masuk ke bar malam itu karna hari ini ada party tanpa busana besar-besaran disana. Tapi kalian tetap masuk." Anara yang baru saja kembali dari kantin menjawab pernyataan Sara. Ia mendengar semuanya.
"Bahkan sekalipun lo udah rusak, gue yang usahain nama baik kalian udah aman, tapi ini balasan lo?"
"Lo gak ngerti Nar!"
"Apa yang gue gak ngerti dari lo Sar? Lo pikir dimana gue pas kalian hancur? Gue bahkan milih bantu kalian dari pada keluarga gue sendiri Sar!"
"Anara, maaf."
Sara terisak ditempat. Seluruh pemain basket yang melihat kedua gadis itu penuh tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Gue cuma mau kasih tau lo satu hal---
---Nama baik lo udah rusak karena ulah lo sendiri. See? Banyak orang disini." Bisik Anara pelan. Tepat ditelinganya.
Sara yang semakin terisak berlari meninggalkan lapangan indor. Banyak tanda tanya yang muncul diantara mereka. Bagaimana bisa seorang sahabat membenci sahabatnya sendiri hanya karena rasa iri tak beralasan?
"Sayang, kamu maafin sara?"
"Jauh sebelum dia minta maaf."
"Ucapan kamu tadi?"
"Kadang, menjatuhkan mental seseorang untuk membawanya sadar dari dunia benci itu bukan hal yang buruk."
"Aku bangga sama kamu."
*****
Sejak saat itu, Sara enggan menampakan wajahnya pada Anara. Bahkan sara meminta wali kelasnya untuk pindah ke kelas yang cukup jauh dari kelasnya yang lama. Rasa malu benar-benar menyelimuti hatinya. Seharusnya Ia tidak sebodoh itu mengecewakan sahabatnya.
"Nar, lo liat Sara gak?"
"Gak, Vi."
"Lo udah maafin dia?" Anara hanya mengangguk. Ia ingin segera pulang kerumahnya dan mendinginkan badan serta pikirannya didalam bathtub.
"Nar."
"Ya?"
"Lo bisa janji sama gue?"
Anara menatap Vio bingung. Perasaan itu kembali menghampirinya. Apa yang sebenarnya akan terjadi?
"Janji apa?"
"Jangan tinggalin gue. Kalo lo mau pergi ajak gue Nar."
"Pergi kemana sih?"
"Gue gak tau. Gue takut kehilangan sahabat sebaik lo."
"Kalo itu lo tenang aja."
Jawab Anara yang masih ragu dengan ucapannya sendiri. Setiap kali membahas kata janji, Ia selalu takut mengecewakan banyak orang. Termasuk dirinya sendiri.
Vio yang mendengar jawaban Anara terseyum memaklumi. Dirinya saja tidak yakin dengan ucapanya, bagaimana bisa Ia berharap Anara menjawabnya dengan jawaban yang meyakinkan.
Tidak lama setelah itu, bel pulang berbunyi nyaring. Anara langsung membereskan seluruh peralatan menulis diatas mejanya. Ia berpamitan dengan Vio untuk pulang lebih dulu karena Al pasti sudah menunggunya.
"Anayang!" Anara yang merasa namanya diubah itu membalikan wajahnya. Mencibirkan bibirnya saat tahu kalau yang memanggilnya kekasihnya sendiri. Kalau tau gitu Ia akan terus berjalan membiarkan Al berlari mengejarnya dari belakang.
"Anayang itu apa?"
"Anara sayang."
"Gak ada yang bagusan dikit?"
"Itu udah bagus."
"Terserah lah, males." Ucapan Vio tadi cukup memperngaruhi moodnya.
"Mau coklat?" Mendengar kata coklat keluar dari mulut Al, gadis itu langsung membalikan wajahnya semangat.
"Mana?"
"Kamu badmood ya?"
"Mana coklat aku?"
"Belum beli, hehehe."
*****
Jan lupa vote nya, see u next part!

KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE
Подростковая литература"Gue benci deh sama lo." "Iya, gue tau lo cinta sama gue." "HALU NAJIS!" Sepaket kisah penuh teka teki, takdir yang mempertemukan untuk sebuah perpisahan? atau takdir perpisahan dengan awal sebuah pertemuan yang indah? Kisah yang indah namun rumit...