Cerita pertama gan, maaf ya kalo ada typo. kalau ada kesamaan tokoh ataupun alur, baca dulu sampai abis baru nyimpulin ya, thank you manis.
****
Setelah kejadian memalukan itu, Al langsung membawa Anara kemobilnya kemudian berjalan kearah pos dan mengisi ijin pulang. Awalnya ditolak tegas karena satpam ini berpikir Al pasti bolos. Namun setelah menyodorkan beberapa lembar kertas berwarna merah itu, dengan senang hati Pak satpam itu mengijinkan Al dan Anara pulang.
Anara yang sedang menunggu didalam mobil hanya berusaha menetralkan rasa malunya. Untung sebagian besar siswa cowok di sekolahnya sedang membolos di wabes, kalau tidak, gak tau lagi Anara mau meletakan wajahnya dimana.
Al yang sudah selesai berurusan dengan pak satpam kebanggan smabun itu langsung kembali kemobilnya dan bergegas pulang. Wajah Anara begitu menggemaskan saat sedang menahan malu seperti itu. Al hanya berusaha menahan tawanya saat Anara mengomel tentang betapa malunya dirinya tadi.
Tak butuh waktu lama, keduanya sudah sampai dirumah milik keluarganya Anara. Gadis itu segera berlari masuk kemudian membersihkan dirinya dan juga pakaian seragamnya.
Al yang melihat itu hanya terkekeh geli. Tangannya bergerak menelpon seseorang untuk menyuruhnya membawakan motor Anara yang tertinggal di sekolah. Merasa tidak punya kegiatan dan pastinya cewek akan berurusan sangat lama dikamar mandi, Al berjalan diseputaran kompleks perumahan yang ditempati Anara.
Saat melihat adanya indofebruari didekat sini, Al langsung melangkah kesana berniat membeli beberapa camilan yang mungkin akan dia makan dirumah Anara menghabiskan waktunya sebelum jam pulang sekolah. Setelah membayar apa yang Ia mau, Al langsung kembali kerumah Anara dan melihat gadis itu sedang tidur-tiduran diatas karpet depan TV.
"Lo dari mana?" Tanya Anara saat melihat Al memasuki rumahnya.
"Indofebruari didepan." Jawab Al singkat kemudian menyodorkan sekantong camilan kesukaan Anara. Entah tahu dari mana.
"Ih sumpah the best ini mah!"
"Iya sama-sama." Cibir Al yang langsumg disambut tatapan tidak mengenakan dari Anara.
"Kalo gak iklas, gausah!"
"Iklas."
"Masa?"
"Iya."
"Boong!"
"Enggak."
"Beneran?"
"Iya Anara."
"Boong dosa loh."
"Iya sayang."
Anara terdiam. Pipinya bersemu merah mendengar kata itu. Sebelum Al menyadari dirinya yang sedang salah tingkah, Ia langsung membuka beberapa camilan yang paling disukainya. Melahapnya perlahan masih dengan kondisinya yang masih setengah tidur itu diatas karpet.
"Al, kalo lo tau masa lalu gue, lo bakal ilfil ga?" Tanya Anara. Mengumpulkan keberanian untuk membahas topik se-sensitif ini menurutnya sangat sulit. Namun kenapa mulutnya sangat susah untuk di rem.
"Masa lalu kan udah kejadian, gak bakalan bisa diubah juga kan? ngapain gue ilfil?" Balas Al bertanya. Menurutnya orang yang terus terpaku pada masalalu akan menjadi orang susah di masa depan.
"Mau dengar cerita?"
"Apa?"
"Dulu gue bukan cewek bener Al. Keluar masuk club tiap malam, balapan, tauran, bahkan dulu gua sering kepinggiran kota buat coret-coret jalan sama tembok pembatas. Kadang gue gak pulang seharian karena males dirumah."
Al diam. Ia cukup kaget mendengar penuturan Anara. Jadi ini jawaban kebingungannya selama ini?
"Dunia malam tuh bener-bener temen baik gue. Temen gue ada kok yang pengedar sama pengguna. Tapi gue gak bodoh buat ngerusak diri gue sejauh itu. Gua masih batasin diri." Tambahnya. Mengingat masa-masa kelamnya dulu rupanya tak seburuk yang Ia bayangkan.
"Sampai akhirnya semuanya kembali normal sejak salah satu orang yang gue sayang angkat bicara. Dia datengin bonyok gue yang pas itu lagi bertengkar. Dia bilang ke mereka. 'Kalo cuma pengen kasih neraka buat anak kalian, jangan pernah berpikir punya hubungan dari awal. Tingkah kalian itu bikin mental dia down.' Gue masih inget Al kata-katanya." Jelas Anara yang tersenyum mengingat itu semua.
"Dia juga bilang, 'Kalau mau bertindak sesuatu pikir darah daging kalian sendiri, gimana perasaannya. Jangan jadi orang tua yang gak punya hati.' Pas itu gue kaget Al, ada yang berani speak up kaya gitu ke bonyok gue, apa lagi posisinya dia ngebela gue." Anara menatap wajah Al yang masih serius mendengarkan ceritanya.
"Setelah kejadian hari itu, orang tua gue instropeksi diri trus minta maaf ke gue. Hubungan keluarga gue juga udah normal, gak kaya dulu. Dari situ gue mulai berusaha buat stop sama pergaulan bebas. Walaupun masih untuk balap liar, karna jujur lepasin itu susah banget. Beda sama yang lain." Anara mengangkat kedua tangannya kemudian melihat telapak tangannya, mengingat bagaimana Ia dengan tangan itu memukul orang, mengingat bagaimana tangan itu dengan bangganya mengangkat botol-botol minuman keras dan meneguknya hingga tandas. Dan lain-lain.
"Tapi tenang aja Al, Gue gak rusak kok."
****
Jangan lupa votenya brodi, see u next part!

KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE
Teen Fiction"Gue benci deh sama lo." "Iya, gue tau lo cinta sama gue." "HALU NAJIS!" Sepaket kisah penuh teka teki, takdir yang mempertemukan untuk sebuah perpisahan? atau takdir perpisahan dengan awal sebuah pertemuan yang indah? Kisah yang indah namun rumit...