°⁷° t ū j û h

82.7K 7.7K 512
                                    

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-
-
-
-


"Aku tak akan pernah menyesal sudah membunuh wanita itu,"

Satu tinjuan

"Anak itu? Bahkan dari bayi aku memperlakukannya bagaikan sampah!,"

Dua tinjuan

"Kau tau? di umur nya yang baru menginjak dua tahun, ia bahkan sudah merasakan bagaimana rasa nya tamparan ku!,"

Tiga tinjuan

"Aku tak pernah memberikan makanan yang layak. Aku bahkan selalu memastikan bahwa ia tidak pernah mendapatkan gizi yang baik,"

Empat tinjuan

"Anak itu akan tumbuh sebagai anak yang cacat. Perlakuan kasar kami akan membuat nya memiliki trauma yang besar, dan aku sangat puas dengan hal itu,"

Pada hitungan yang kelima, kaca tebal itu sudah pecah berkeping keping dengan jejak darah yang menghiasi tiap kepingan kaca nya.

Kepalan tangan berlumuran darah itu terlihat begitu menyakitkan. Bau amis yang mengudara membuat siapapun yakin bahwa luka besar itu begitu menyakitkan.

Luka ini, adalah bentuk hukuman atas diri nya sendiri.

Tanpa memperdulikan pecahan kaca yang masih tertanam di tangan nya, Gara membilas nya dengan air dan membalutnya dengan perban. Ia tidak mungkin menemui sang adik dengan kondisi yang seperti ini.

Adik? Gara masih tidak menyangka bahwa mahluk kecil yang tadi berada di rengkuhan nya adalah orang yang sama dengan bayi kecil yang selalu ia gendong lima tahun yang lalu.

Semua nya bagaikan mimpi untuk nya. Ia selalu mengharapkan bahwa adik nya akan kembali, namun, ia tidak menyangka bahwa adik nya kembali dalam keadaan yang mengenaskan. Ia masih mengingat bagaimana dingin nya tubuh kurus itu, bagaimana luka-luka yang menghiasi sekujur tubuh ringkih itu.

Ia dihantui dengan beribu penyesalan. Mengapa ia tidak disana lima tahun yang lalu untuk menyelamatkan ibu beserta adik nya. Mengapa ia membiarkan seseorang menyiksa adik nya dengan begitu kejam. Dan mengapa ia berfikir selama ini bahwa adik nya sudah tiada.

Bayangan-bayangan adik nya yang di siksa terus menerus terputar di otak nya bagaikan kaset rusak. Membayangkan bagaimana adik nya menahan rasa sakit saat menerima segala siksaan.

"SIAL! SIAL! SIAL!," Gara sedang berada di puncak kemarahannya. Jika saja ayah nya tidak menahan nya untuk membunuh wanita sialan itu, mungkin wanita itu saat ini hanya tinggal jasad nya saja.

Gara tidak mengerti apa rencana ayah nya membiarkan wanita itu tetap hidup. Namun, satu hal yang pasti, Gara tau bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Ayah nya adalah seseorang yang tidak waras jika sedang marah, semua hal akan ia lakukan untuk melampiaskan rasa marah nya.
Terkadang bahkan Gara takut hanya untuk menatap tepat di mata ayah nya.

Arnuka's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang