°¹¹° s é b é l á s

84.3K 7.2K 112
                                    

------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-
-
-

"Kapan?,"

Gara menoleh, mendapati Arbani yang bersandar membelakangi pagar balkon rumah sakit.

"Semalam," netra nya bergulir ke arah bawah, menatap taman rumah sakit yang dipenuhi berbagai tanaman hijau.

Hening, Arbani tidak menyahut lagi. Kening nya berkerut seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Ku kira akan lebih lama lagi,"

"Tadi nya," Gara menoleh dan mendapati Arbani menatapnya tidak mengerti.

Gara menyeringai "Saat ayah masih keras kepala untuk tidak ingin menemui nya dulu, tiba-tiba adik muncul di belakang ku,"

"Kau tau?," Gara tersenyum tertahan "Aku yang membuatnya keluar ruangan dan mengikuti ku,"

"Maksud mu?,"

Mengangkat bahu sedikit, Gara melanjutkan "Aku sengaja membuat pergerakan berlebih saat bangkit dari ranjang, berharap ia akan terganggu dari tidur nya dan mengikuti ku,"

"Dan, hal itu terjadi begitu saja sesuai keinginan ku," Tersenyum tertahan saat mengingat ayah nya yang menangis tersedu-sedu semalaman dengan Nuka di dekapannya.

Arbani menghela nafas pelan dengan tatapan menerawang ke arah atas "Bagus lah, jika abang tidak menggunakan cara seperti itu, mungkin saat ini ayah masih dengan keras kepala nya tidak mau menemui adik,"

"Ya, dan si keras kepala itu masih akan tenggelam dengan rasa bersalah nya,"
Lalu hening, tidak ada yang kembali membuka suara. Kedua nya larut dalam pikiran masing-masing.

"Bang," Arbani memutar tubuh ke arah samping, melihat Gara yang sedang memejamkan mata merasakan sapuan angin.

"Tentang adik, bagaimana?,"

Kedua mata itu terbuka cepat, rahang nya mengeras dengan mata yang semakin menajam. Total paham kemana arah pembicaraan ini.

"Aku akan mencari cara untuk menyembuhkannya, bahkan jika itu menukar dengan nyawa ku, akan aku lakukan,"

°°°

Jika ini mimpi, maka, Nuka akan dengan senang hati hidup dalam buaian mimpi yang begitu indah ini.

Namun, hal hal indah ini ternyata bukanlah sekadar buaian mimpi.
Ini nyata.

Dekapan hangat ini begitu nyata.
Netra nya bergulir ke arah atas, mendongak untuk melihat lebih jelas wajah seseorang yang kini sedang terlelap.

Seseorang yang semalam penuh menangis tersedu sedu dan membisikan penyesalan dan kerinduan.

Dia, adalah ayah nya.

Ayah kandung Nuka yang selama ini Nuka tunggu kehadirannya. Pikiran negatif di kepalanya kini sudah sirna sepenuhnya.

Tidak ada lagi pemikiran tentang ayah nya yang membenci kehadirannya, karena nyata nya, kalimat sayang selalu terucap terus menerus dari mulut sang ayah semalam penuh.

Arnuka's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang