°⁴° è m p ã t

75.4K 7.4K 184
                                    

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-
-
-
-

Panas menjalar pipi Nuka saat mendapatkan tamparan keras dari sang ibu. Telinganya berdengung hebat hingga tidak bisa mendengar jelas bentakan keras ibu nya saat ini.

Belum pulih dari rasa terkejut, suara ibu nya tergantikan dengan teriakan sarat kemarahan yang begitu meluap dari arah kanan lorong.

Keduanya menoleh dan mendapati seorang lelaki sedang membalak tak percaya menatap ke ibu nya. Nuka mengenalnya, dia adalah pria pemilik dompet yang Nuka temukan.

Menoleh ke wajah ibu nya yang menjadi pucat, Nuka tak mengerti mengapa tiba-tiba saja sang ibu menyeret nya dengan kasar. Tidak dipikirkan lagi bahwa Nuka beberapa kali terseret marmer dibawahnya.

Tubuh ringan Nuka memudahkan sang ibu untuk menyeretnya, sesekali bahkan ia melayang kala sang ibu menarik lengan atas nya.

Sebelum melewati pintu keluar, Nuka menoleh ke arah belakang saat mendengar suara menggelegar milik pria di belakangnya.

"TUTUP SELURUH AKSES KELUAR SEKARANG JUGA!,"

Namun na'as, keinginan pria itu tidak dapat terlaksana karena rupanya satpam masih mencerna yang sedang terjadi.Tepat sebelum pria itu sampai di pelataran Mall, sang ibu sudah mendorong Nuka masuk ke dalam taxi. Mobil mulai berjalan setelah sang ibu berteriak ke arah supir untuk cepat jalan.

Menoleh ke arah belakang, Nuka mendapati pria tadi masih mengejar mobil yang ia naiki.

Nuka tidak mengerti. Mengapa pria menakutkan tadi tiba-tiba saja mengejar sang ibu dengan penuh kemarahan.

°°°

"Ada apa ayah tiba-tiba menyuruh kita berkumpul seperti ini?," Masih dengan seragam sekolahnya, remaja lelaki itu duduk nyaman bersandar di single sofa. Kenzo nama nya. Pembawaannya yang tenang dan dewasa seperti tidak mencerminkan bahwa ia masih remaja yang duduk di bangku dua SMA. Namun, sifat jail nya bisa muncul begitu saja dengan tiba-tiba.

Seluruh keluarga nya kini sedang berkumpul. Mereka masih tidak mengerti mengapa sang ayah yang biasanya selalu menolak untuk acara keluarga apapun, kini malah ia yang memerintahkan untuk berkumpul.

"Ntahlah, abang juga sama bingung nya," sautan itu didapatkan dari lelaki dengan pakaian casual nya di sofa seberang. Nama nya Arbani, sudah menjadi mahasiswa kedokteran sejak tahun lalu. Tidak berbeda jauh dengan adiknya, Kenzo, ia memiliki perangai tenang dan dewasa, namun, ia juga memiliki tempramen yang buruk. Ia layaknya danau, tenang namun mematikan.

"Papa tau kenapa ayah nyuruh kita buat kumpul?," Kenzo kembali bersuara, menoleh ke arah papa nya yang sibuk dengan laptop nya sendiri. Dia Jevran, adik satu-satu nya Darren. Sementara, yang dipanggil mengangkat bahu tanpa menoleh.

"Papa juga gatau, padahal pagi tadi ayah mu nyamperin papa ke mall," Lalu menoleh saat merasakan kehadiran seseorang, "Coba kalian tanyakan ke abang kalian,"

Arnuka's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang