-
-
-
-
-
-Hari-hari Nuka berjalan seperti biasa, pagi sampai siang ia akan bermain dengan Kavian, sore hari akan menjadi rebutan keluarganya yang baru pulang dari aktivitas di luar mansion, lalu pada malam harinya akan bergelung di pelukan hangat keluarganya.
Nuka bahagia, hidupnya kini terlimpahi dengan kasih sayang yang dulu ia dambakan.
Bukan lagi bentakan ataupun makian yang dulu selalu ia terima.
Keluarganya selalu menggunakan nada lembut jika berbicara dengan si bungsu. Kesalahan apapun yang Nuka lakukan, mereka hanya menasehatinya tanpa ada bentakan apalagi bermain fisik. Mereka tak ingin Nuka mengingat dengan trauma miliknya yang menyakitkan.
Namun tetap saja, sifat Narendra yang keras masih mengalir deras di darah mereka, mengharuskan mereka untuk menahan gejolak marahnya jika dihadapkan dengan Nuka yang sedang nakal
"Abang bilang tadi ke Adek, apa?"
Nuka berdiri di depan Arbani dengan tangan yang tertaut, wajahnya sih menunjukan rasa bersalah, namun Arbani yakin Nuka tidak kapok untuk melakukan hal yang memang menjadi hobi baru Nuka."Gak boleh main kotol lagi kalau habis mandi.."
"Lalu?"
Nuka mencebik, jemari gempalnya meraih telunjuk Arbani lalu menggoyangnya pelan "Adek suka di taman loh bang, ada ayun ayun, ada katak! Telus ada cacing cacing, Adek suka."
Arbani menghela nafas, "Adek kan sudah bermain disana siang tadi, jika selesai mandi Adek main lagi disana, badan Adek akan kembali kotor. Adek memangnya mau diomel lagi?"
Arbani memberi jeda "Memangnya Adek lupa jika malam nanti kita akan pergi? Ayah dan Abang Gara akan lebih marah jika mereka melihat Adek seperti ini."
Nuka tidak menjawab, ia hanya mengerucutkan bibirnya, tanda rasa bersalah. "Iya, maafin Adek ya bang."
"Jika masih mengulangnya, Abang akan hancurkan tamannya biar Adek bermain di dalam saja."
Meskipun Arbani hanya mengancam, tapi tak menutup kemungkinan jika Arbani akan melakukannya. "Iya, Adek janji. Tapi jangan dihancur tamannya."
"Hm."
"Dimaafin gak Adeknya?"
Arbani mengangguk, menarik tubuh Nuka yang kembali kotor meskipun sudah mandi "Iya, Abang maafkan." Arbani mengecup surai Nuka lembut "Mandi bersama Abang?""Hm! Jemput bebek di kamal bang Gala dulu yah Abang."
"Baiklah, sayang."
•••
"Sampai disana, jangan lepaskan tangan Abang atau yang lain, jangan berlari-lari dan terjatuh, lalu panggil Abang jika terjadi sesuatu."
Nuka mengangguk untuk yang kesekian kalinya setelah mendengar petuah yang sama berulang kali. Ia menarik dasi kupu-kupunya kembali saat merasa tak nyaman di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arnuka's Life
Teen FictionUsia nya memang baru menginjak tahun ke lima, namun, siapa sangka bahwa ia sudah harus mencicipi bagaimana kehidupan yang keras. Tubuh ringkih nya yang penuh dengan lebam serta bekas cambukan. Padahal, hanya tubuh ini yang ia miliki untuk tempat ber...