-
-
-
-
-
-Tubuh itu berlarian kesana kemari menunjukan tubuh dengan keadaan yang masih telanjang bulat. Suara tawa riang nya terdengar nyaring mengisi setiap sudut ruangan.
Pipi gembil kemerahan, binaran mata polos dinaungi bulu mata lentik, serta bibir merah cherry nya yang tertawa lebar berhasil menghipnotis semua orang yang melihatnya.
Nuka, bocah mungil itu saat ini kabur dari kejaran mama nya saat sedang di pakaian bedak bayi. Alhasil, wajah dan tubuh nya penuh dengan taburan bedak, membuat nya terlihat terlalu menggemaskan.
"Adek jangan lari-larian sayang, nanti jatuh," Teriakan Allicia terdengar menggema di ruangan itu. Tatapan khawatir nya begitu nyata saat melihat Nuka yang menaikkan kecepatan berlari nya.
Arbani yang baru datang membalakan mata nya terkejut, air muka nya menunjukan kekhawatiran yang begitu ketara. Dengan langkah cepat ia menghampiri Nuka yang masih berlarian, mengangkat dan memasukannya ke dalam rengkuhannya.
"Gaboleh lari-larian, nanti jatuh," suara serak Arbani terdengar rendah di telinga Nuka. Nuka hanya membalas dengan senyuman lebar, dan menaruh dagu nya di bahu lebar milik sang kakak.
"Nah ketangkap," Allicia berkacak pinggang melihat Nuka yang masih telanjang bulat kini hinggap di tubuh tegap Arbani. "Sini, mama pakaikan minyak telon dan baju dulu,"
"Adek mau sama abang," wajah penuh bedak bayi itu ia gesekan ke wajah abang nya lalu tertawa gemas.
Sementara Arbani yang mendapatkan serangan itu tertawa geli, rasa panik akibat melihat Nuka yang berlarian kini tergantikan dengan rasa geli yang menyenangkan.
"Ih adek telanjang gitu jadi mirip tuyul," Kenzo yang baru datang cukup terkejut melihat keadaan adik nya yang telanjang bulat dengan badan yang penuh bedak berada di dekapan Arbani.
"Tuyul tu apa bang?," Kepala nya mendongak keluar dari dada bidang Arbani, menatap polos Kenzo yang kini sudah ditatap tajam oleh Arbani.
Hening. Kenzo menggaruk kepala nya yang tidak gatal dengan otak yang sibuk mencari jawaban. "Tuyul tuh sejenis makanan,"
Tak tahan dengan tatapan maut abang nya, ucapan ngaco itu begitu saja terlontar dari mulut nya.
Sementara Nuka yang mendengar itu membulatkan mulut nya dan menganggukan kepala nya, ia baru tau bahwa ada makanan dengan nama seperti itu.
"Sekarang adek pake minyak telon dan baju nya dulu, kasian loh mama capek dari tadi kejar adek yang lari-larian mulu," Arbani dengan cepat mengalihkan pembicaraan, membawa tubuh mungil itu ke atas ranjang.
"Mama jangan capek-capek," Nuka menyahut pelan seraya menatap Allicia yang sudah berada di hadapannya.
"Iya mama ga capek, tapi adek jangan kabur lagi. oke?,"
"Hm! Nuka ga akan kabul kabul lagi!," Anggukan gemas itu lalu dihadiahi kecupan bertubi tubi oleh Allicia di seluruh wajah Nuka yang kini tertawa nyaring kegelian.
"Udah mama, jangan cium-cium, Nuka geli," Ketiga nya yang mendengar itu tersenyum menahan gemas.
Setelah beberapa saat, Nuka sudah rapih dengan setelan jump suit bewarna baby blue. Rambut nya disisir rapih dengan poni menjuntai menutupi kening nya.
Sudah lima belas hari lama nya Nuka berada di rumah sakit. Setelah memastikan bahwa kesahatan Nuka sudah pulih, keluarga nya memutuskan untuk membawa nya pulang hari ini.
Infus di tangannya sudah dilepas kemarin malam, dokter mengatakan bahwa Nuka hanya perlu istirahat banyak di rumah nanti.
"Abang, Nuka ingin nonton kucing bilu," Kucing biru yang di maksud Nuka adalah Doraemon, kartun favorite baru Nuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arnuka's Life
Fiksi RemajaUsia nya memang baru menginjak tahun ke lima, namun, siapa sangka bahwa ia sudah harus mencicipi bagaimana kehidupan yang keras. Tubuh ringkih nya yang penuh dengan lebam serta bekas cambukan. Padahal, hanya tubuh ini yang ia miliki untuk tempat ber...