°²⁴° d ú â p û l u h e m p ä t

43.7K 4.2K 569
                                    

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-
-
-
-

Mansion itu senyap, tidak seperti biasanya. Jika pada hari biasa saat jam mereka pulang, si paling bungsu akan berlari menyambut dan berteriak riang. Namun, hal itu tidak terjadi lagi.

Keadaan mansion itu kembali dingin seperti lima tahun yang lalu. Tak ada lagi sarapan bersama, ataupun berkumpul dan berbincang di ruang keluarga. Beberapa bulan belakang seperti hanyalah khayalan.

Seluruh keluarga Narendra terlihat menjauh satu sama lain, tak terkecuali para abang nya.

Nuka tidak mengerti. Ia tidak paham mengapa beberapa hari ini keluarganya selalu marah jika ia berada di sekitar mereka.

Nuka berpikir, mungkin keluarganya lelah setelah seharian berkerja. Namun, tidak. Hal itu terus terjadi hingga hari-hari berikutnya.

Membuat Nuka linglung dan kesepian.

Ia merasa, ia tidak melakukan kesalahan yang membuat keluarganya marah. Ia tidak nakal. Ia selalu menuruti perkataan keluarganya.

Tapi, ternyata hal-hal itu saja tidak cukup.

Nuka berpikir, dengan ia kembali ke pelukan keluarga kandung nya, ia tidak akan merasakan kesakitan lagi.

Namun nyatanya, sakit itu nyata ada nya. Bagai ribuan belati yang menancap tepat di bagian terdalam relung hati nya. Pedih.

Bukankah keluarga nya berjanji untuk tidak membiarkan Nuka kembali meraskaan kesakitan lagi? Namun.. Mengapa mereka sendiri yang mengingkari nya? mengapa mereka sendiri yang menyakiti nya?

Apakah Nuka terlalu banyak meminta
Terlalu manja dan cengeng? Apakah ia menyusahkan?

Jika iya, Nuka akan berubah. Ia takkan lagi menangis dan cengeng, ia akan menjadi anak yang mandiri dan tidak menyusahkan

Ia akan berubah. Yang terpenting, mereka masih ada di sisi Nuka.

Tak apa kembali merasakan sakit, tak apa. Ia hanya ingin berada di tempat yang sama, walaupun eksistensi nya dianggap tidak ada.

"Abang? Main sama Nuka mau?"

"Bang?"

"Jangan rewel, tidak lihat abang sibuk sekarang?" Gara menyentak marah, menyingkirkan tangan mungil itu dari lengannya, lalu, kembali sibuk

Menautkan kedua tangannya canggung, Nuka memang tak terlalu berharap abang nya akan menemani nya, ia sudah tau jawaban yang akan diberikan

"Tapi.. Nuka bosan,"
Gumaman itu dianggap angin lalu bagi Gara, menghilang bagai udara yang berhembus kencang, langsung melebur, menghilang.

"Abang Bani dan bang Ken tidak mau main sama Nuka,"

"Begitupun abang!" Gara dengan marah bangkit dari kursi kerja nya, melewati sang adik lalu menuju pintu

Arnuka's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang