Usia nya memang baru menginjak tahun ke lima, namun, siapa sangka bahwa ia sudah harus mencicipi bagaimana kehidupan yang keras.
Tubuh ringkih nya yang penuh dengan lebam serta bekas cambukan. Padahal, hanya tubuh ini yang ia miliki untuk tempat ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HALOO Ada yg kangen sama cerita ini ga si? Malu bgt sebenernya mau update, sampe berdebu ini cerita 😔
Btw sebutin dom kalian dong, siapa tau ada yang se dom sama aku😂 (bukan dom-sub ya kwan" ku🙏 #keep halal) . . . . . . . .
Pekikan kencang dari kaum wanita seirama dengan pantulan bola yang menggema di lapangan. Sorai-sorai semakin keras saat Kenzo mendapatkan bola dan mulai menggiring ke arah ring lawan.
Dan, ya. Kenzo berhasil mencetak poin. Menjadikan lapangan itu semakin ricuh dengan suara pekikan.
"Fans lo makin beringas Ken," Kenzo menoleh sesaat, lalu mengedikan bahu menjawab perkataan sang sahabat, Johan nama nya.
Bunyi pluit terdengar, menandakan waktu rehat sejenak sebelum latihan kembali dilanjutkan.
"Padahal tampang gue sama Kenzo gak beda jauh, tapi fans dia lebih banyak dari gue," Johan memutar mata nya mendengar bisikan Semesta.
"Kadar ketajiran lo masih di bawah Kenzo, thats the point," dengan nada datar Johan menanggapi itu.
"Sial, iya juga," Semesta, atau kerap dipanggil Ata mendengus kesal.
Semua tim berkumpul ke pinggir lapangan, beristirahat sejenak dengan meneguk minuman segar yang sudah disediakan.
"Kita ada waktu 30 menit lagi buat latihan. Abis itu latihan hari ini selesai," Genta datang dari arah samping, membawa papan ujian yang terselip kertas berisikan lembar evaluasi hari ini.
"Ponsel gue dong bang," Pinta Kenzo dari arah ujung, ia masih sibuk mengusap kasar handuk ke rambut yang penuh dengan bulir keringat nya.
"Udah gue bilang Ken, mulai hari ini kalau latihan, ponsel lo abang yang pegang,"
Kenzo mendengus, benar-benar sahabat abang nya yang satu ini. Tipikal manusia yang konsisten dengan perkataannya sendiri.
Tentu saja Genta melalukan itu karena ada sebab nya. Dari awal datang, Kenzo sibuk sendiri dengan ponsel nya. Tidak memperhatikan arahan dari Genta ataupun dari tim nya sendiri.
Saat ditanya, ia sedang menunggu adik nya untuk mengubunginya. Semua nya mengacuhkan nya, mereka menganggap bahwa itu hanya alibi Kenzo untuk absen latihan lagi karena semua nya pun tau bahwa Kenzo adalah anak bungsu di keluarga Narendra.
"Yaudah, lanjut lagi. Gue pengen cepet balik," Kenzo bangkit, kembali menuju tengah lapangan dan mengambil kembali bola berwarna orange tersebut.