°²⁰° d ú ä p ū l ú h

61.6K 5.5K 336
                                    

Double up YAIY mari tepuk tangan seikhlasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double up
YAIY mari tepuk tangan seikhlasnya

Karena chap sebelumnya ada yg protes karena gaada si adek, jd tadi aku baru ngetik chap ini. yang penting ada adek nya walopun pendek</3

vote komen jangan lupa, biar up nya ga sebulan kemudian( ꈍᴗꈍ)

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Adek ingin begini,"

"Adek ingin begitu,"

"Ingin ini, ingin itu banyak syekaliii~"

"Semua smua SEMUAA dapat dikabulkan, hik-, dapat dikabulkan dengan kantung ajayibbbb!!"

"ADEK INGIN TELBANG BEBAS, DIANGKASA!!" Kedua tangan penuh lemak nya terangkat penuh semangat "HEY BALING-BALING BAMBU!!"

Kepala nya miring ke arah kanan dan kiri sesuai bait lagu yang dinyanyikan "Lalala~ Adek sayang syekaliii, dolaemoonn,"

Gara yang sedang menyembunyikan wajah nya di perut si bungsu, menahan tawa gemas nya. Adik nya ini, benar-benar semangat jika menyangkut kartun favorite milik nya.

Terlampau gemas. Gara tidak bisa lagi menahannya. Maka, untuk melampiaskan rasa kegemasannya, Gara menggigit pelan perut penuh lemak itu.

"Ung?" Nuka menunduk, fokus nya terhadap tayangan kartun di depan hancur seketika saat merasakan geli dari arah bawah.

Wajah Gara benar-benar tenggelam di perut si adik, Nuka hanya bisa melihat surai hitam abang nya yang berantakan.

"Abang? Abang pelut adek geliii, jangan gigit-gigit," Nuka mendorong wajah si sulung dengan keras. Usaha nya sia-sia tentu saja. Tak ada pergeseran yang berarti dari usaha keras sang adik. Gara malah semakin menenggelamkan wajah nya di perut penuh lemak itu.

"Nanti adek bilangin ayah, abang nakal,"

"Eh? Sekarang udah bisa ngaduan? Adek diajarin siapa?" Gara mendongak, menumpukan kepala nya di atas kedua kaki sang adik.

"Ajalin ayah," dengan raut serius nya, Nuka menirukan suara sang ayah "Kalau ada yang nakalin adek, bilang ayah. Nanti ayah hukum,"

"Kaya gitu," Sekarang, raut nya kembali berubah. Tatapan nya kini seakan-akan sedang menakuti Gara "Hiiii abang nanti dihukum sama ayah,"

"Abang gak takut tuh sama ayah," Gara bangkit dari pangkuan sang adik. Duduk bersandar di punggung sofa, lalu menarik sang adik untuk duduk di pangkuannya.

"Abang gak takut??" Nuka mendekatkan diri nya, lalu berbisik "Ayah kan selem kalau malah,"

"Ayah seram?" Nuak mengangguk semangat

"Iya!!, adek kemarin lihat lagi ayah malah malah di telepon,"

"Itu masalah pekerjaan dek," Gara berucap lembut seraya mengusap surai hitam sang adik yang mencuat.

Arnuka's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang