-
-
-
-
-
-
-"Bang, adek pelit nih gak kasih ganti saluran tv nya."
Kenzo mengadu dengan suara keras, di samping nya ada Nuka yang masih anteng menonton series kartunnya, mengacuhkan Kenzo sepenuhnya.
Saat ini mereka telah usai makan malam.
Darren, Nath serta Jevran langsung pergi menuju ruang kerja untuk membicarakan beberapa pekerjaan, Allicia mendapat telfon dari temannya, sementara Arbani bersama Johan dan Semesta yang memutuskan menginap malam ini sedang mengobrol ringan di depan sana.
"Kaltun nya bagus abang, adek suka." Nuka menyerngit "Kalo adek suka, abang halus suka juga."
"Ih maksa," Kenzo tersenyum geli "Abang bosen sayang, episodenya cuma diulang-ulang." Kenzo menyerukkan kepalanya masuk ke dalam lekukan leher Nuka
"Bang Bani aja gak bosen," Nuka menatap Arbani, memelas "Iya kan bang?"
Yang ditanya hanya mengangguk, menyetujui ucapan si bungsu. Jika boleh jujur, sebenarnya ia juga bosan. Namun, saat ini sebaiknya dia harus berbohong demi adiknya.
"Tuh kan bang!" Nuka menoleh cepat ke arah Kenzo, menjulurkan lidah nya "Wleee."
"Nyebelin banget bayi." Kenzo memasukkan kepala Nuka ke dalam dekapannya, menempatkannya tepat di ketiaknya. "Rasain ketek abang."
"Aaaak bang, lepasin adek," Nuka memberontak, semakin geram saat mendengar tawa Kenzo yang menggelegar
"Ken udah, adek nanti gak bisa nafas." Suara Arbani terdengar tak jelas di telinga Nuka, meskipun begitu ia dapat mendengarnya
Nafas Nuka terengah-engah saat Kenzo melepaskannya. Tatapannya semakin tajam menatap Kenzo yang masih terdapat sisa tawanya
"Serem banget liatin abangnya dek, iiih takut." Kenzo bergidik ketakutan, melihat si bungsu yang masih melayangkan tatapan tajam yang malah terlihat menggemaskan
Nuka mengerucutkan bibir nya, tangannya mengambil remote tv dan menggenggamnya erat.
"Ganti ya?"
"Gak abang, no-no." Nuka menggeleng keras, menyembunyikan remote tv dibalik bajunya lalu mendekapnya erat.
"Abang gak bisa ganti, lemot nya adek ilangin." Nuka bergumam kecil, ia sedang berbicara sendiri
Kenzo terkekeh kecil, tangannya merayap ke perut gembul Nuka, lalu menusuknya dengan satu jemarinya
"Gak ilang kok, ada di perut adek."Nuka menyentak jemari Kenzo, lalu berucap dengan nada penuh keyakinan "Bukan loh bang, di pelut adek gak ada apa-apa."
Nuka menjauh dari Kenzo, mengupayakan sebaik mungkin untuk memberi jarak antara dia dan Kenzo. "Jangan dekat-dekat adek,"
Selagi tubuh nya yang masih mundur, ia menatap ke arah depan "Abang," Tangannya merentang, ingin segera digendong dan menjauh dari Kenzo
Arbani akhirnya bangkit, menghampiri Nuka lalu membawanya untuk berpindah di single sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arnuka's Life
Ficção AdolescenteUsia nya memang baru menginjak tahun ke lima, namun, siapa sangka bahwa ia sudah harus mencicipi bagaimana kehidupan yang keras. Tubuh ringkih nya yang penuh dengan lebam serta bekas cambukan. Padahal, hanya tubuh ini yang ia miliki untuk tempat ber...