Part 5 Ex-

14.5K 675 60
                                    

Votement ya!❤

*
*

Dentuman musik memekakan telinga menyapu tempat ini. Bunyi gelas kaca beradu bersama gerakan manusia selaras dengan irama. Mungkin saja para penikmat tidak dalam keadaan sadar. Pengunjung tengah mencari hiburan, atau dengan kata lain mencari kebebasan. Atau yang lebih logis melepas kepenatan. Berharap segala masalah usai, namun nyatanya tidak benar-benar hilang. Hanya terlupakan dalam beberapa saat sebelum kesadaran kembali menguasai diri.

Entahlah itu mungkin alasan bagi orang yang memang sudah terjun dalam kehidupan yang lebih dewasa, namun bagaimana dengan empat remaja yang duduk di sofa pojok klub ini? Alasan logis apa yang bisa di berikan atas keberadaannya di tempat yang seharusnya tidak di jamah remaja seusianya.

"Woahh baru balik aja udah tau klub elite daerah sini", sindir Jeevan yang tak lain dan tak bukan pastinya untuk Galvazka.

Galvazka meneguk gelas berisi alkohol di tangannya, nampak acuh dengan sindiran Jeevan.

"Lagi kacau dia" Timpal Dean yang sepertinya mengetahui alasan temannya tiba-tiba mengajak mereka ke tempat ini.

Juan dan Jeevan tak bisa untuk tidak penasaran. Ada apa dengan Galvazka? Bisa-bisanya mereka tidak tahu sedangkan si curut Dean sepertinya mengetahui sesuatu.

"Kenapa lo?", tanya Juan heran.

Galvazka meneguk alkohol yang kelima kalinya. Pemuda itu malah menyenderkan punggung pada senderan sofa dan menutup mata dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Jeevan dan Juan semakin di buat penasaran. Mereka sudah sangat jarang melihat Galvazka sekacau ini. Mereka bersahabat sejak kecil, jadi sifat dan gelagat masing-masing dari mereka sudah dihafal betul. Dan Galvazka terlihat sedang memiliki masalah.

Jangan salah, selama Galvazka tinggal di Amerika bukan berarti selama itu mereka tidak bertemu. Jeevan, Dean, dan Juan bahkan mengunjungi Galvazka setiap kali libur sekolah tiba. Sambil holiday-an gitu.

"Heh kenapa?" Tanya Juan beralih pada Dean karena sepertinya Galvazka tidak berniat untuk menjawab.

"Ex"

Dahi Juan mengerut tanda bingung melanda dirinya. "Maksudnya?"

"Sekolah di Mahanta"

Deg!

Tak hanya Juan, Jeevan pun sama terkejutnya. Pantas saja Galvazka terlihat sangat kacau hingga menghabiskan lima gelas wine.

"Tau dari mana lo?" Kini giliran Jeevan bertanya.

"Gue ketemu dia pas di toilet. Kaget juga gue bisa ketemu lagi"

Juan terdiam lalu melirik Galvazka dengan mata yang sudah tertutup rapat.

"Kacau" Batin Juan lalu mengusap wajahnya kasar.

____________________________________

"Eh itu Galvazka kenapa?"

Dua gadis dengan dress hitam minim menghampiri Jeevan, Dean, dan Juan yang sedang memapah Galvazka yang sudah tepar menuju mobil.

Alis Jeevan terangkat "siapa?"

Agatha tersenyum manis "kita sekelas btw"

"Oh iyakah ga kenal"

Senyum Agatha meluntur. "Isshh gue secantik ini masa ga keliatan di kelas" batin Agatha menggerutu.

"Kan belum kenalan, kalian juga baru tadi masuknya"

Agatha dan Clara kembali mengulas senyum simpul.

"Duluan lagi mau bawa dia ke mobil berat banget anjir"

Mereka akhirnya berlalu melewati Agatha dan Clara ditempatnya. "Kek nya bakal susah deh Tha" Ucap Clara pada Agatha.

"Gue gabakal nyerah" Agatha tersenyum miring lalu menyusul para pemuda tadi menuju mobil.

"Ehh tungguin gue".

Juan membukakan pintu mobil sedangkan Jeevan dan Dean membantu Galvazka masuk kedalam.

"Encok gue nih". Keluh Dean setelah berhasil membawa Galvazka kedalam mobil.

Jeevan terduduk di tanah saking lelahnya. "Besok kita minta ongkos sama Vazka pokoknya"

Sedangkan Juan yang terlihat biasa saja langsung menuju kursi kemudi. "Lemah lo pada"

Iyalah orang dia dari tadi hanya mengikuti dari belakang sedangkan mereka bersibaku memapah Galvazka.

"Bacot"

Agatha dan Clara kembali menghampiri mereka. "Cape ya? Mau gue bantu?" Tanya Agatha melihat Dean dan Jeevan terduduk ditanah.

Juan yang sudah berada di kursi kemudi memutar bola matanya malas. "Mak lampir", batinnya.

Dean tersenyum. Melihat itu Agatha segera menyodorkan tangannya kepada Dean. Dan Clara buru-buru melakukan hal yang sama ke arah Jeevan.

Jeevan dengan jailnya meraih tangan Clara dan menariknya kuat hingga gadis itu terhuyung kedepan sedangkan dirinya dengan sigap menghindar kesamping.

"Clara yaampun gimana sih?" Panik Agatha membantu Clara menyeimbangkan diri sehingga tidak sampai terjatuh.

Jeevan pura-pura panik "eh kan kan yang cantik ga usah bantuin segala kasian cantiknya ilang kalo sampe nyungsep"

Jeevan memegang bahu Clara sok perhatian "gapapa kan?"

Clara tersenyum gugup merasakan tangan Jeevan menyentuh bahunya "gapapa kok"

Dean terkekeh melihat drama yang diciptakan Jeevan. Jelas sekali Jeevan sengaja melakukannya. Gadis itu malah kesenangan. Bodoh sekali.

Dean lalu bangkit. "nama lo siapa?". Agatha segera menyodorkan tangannya "gue Agatha".

Jabat tangan itu diterima Dean namun tak lama dia beralih pada Clara yang langsung di sambut gadis itu "Clara".

Jeevan malah berlalu menuju mobil dan duduk dikursi penumpang depan.

"Udah malem woi!" Teriak Jeevan dari dalam mobil.

"Yaudah gue duluan"

Agatha dan Clara tersenyum mengangguk lalu menyadari sesuatu saat mobil akan mulai berjalan.

"Tunggu! kita belum kenalan Juan" Suara Agatha menghentikan laju mobil yang di kemudian Juan.

Juan menegok ke arah Agatha "gausah, denger barusan", ucapnya datar lalu segera menancap gas.

Setelahnya, mobil melaju kencang meninggalkan dua gadis yang masih berdiri di tempatnya. Clara heboh "bahu gue di pegang masa". Sedangkan Agatha menampilkan smriknya menatap mobil yang mulai menghilang "gue mau Juan juga"

***

Jangan lupa bintang di pojok kiri bawah xixi!!❤

SCELTA (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang