Yokk ramein part ini dan jadilah pembaca abadi, jangan cuma nongol sekali abis itu langsung pergi❤
Eeeaaakkk🤣[Klik ⭐ + Comment!]
HAPPY READING GAESS
****
Tap! Tap! Tap!
Bunyi pijakan kaki terdengar beruntun dan tidak beraturan. Tiga gadis berlari tunggang langgang meninggalkan satu temannya di belakang. Langkah membawa mereka keluar dari tujuan awal. Yang tadinya ingin menuju kelas, sekarang entahlah dimana mereka berada. Tidak sadarkah kalian jika ini koridor XII IPA 1?
Sungguh kegiatan yang unfaedah memang, tapi rasanya mereka ingin membuat satu temannya yang tertinggal merasa kewalahan dan menyerah.
Zevanda berhenti di tengah jalan. Gadis itu mengatur napasnya akibat terlalu lelah berlari sambil menumpukan kedua telapak tangan pada lututnya.
"Hadehh.. Ga tahan gue", keluh gadis itu sambil mengusap keringat di pelipisnya. "Woi! Ga cape apa, berhenti napa", lanjutnya berteriak.
Ketiga temannya yang masih berlari dan sibuk tertawa menoleh tanpa menghentikan langkahnya.
"Payah ah si Zevanda". Teriak Hera.
Zevanda sempat ingin membalas, namun gadis itu malah tersentak melihat posisi teman-temannya yang sangat berbahaya.
"Ay berhenti! Hera, Ira berhenti anjing", Zevanda memberi isyarat lewat gerakan tangan dan mulutnya tanpa bersuara.
"Alah ngibulin kit-"
Bugghh..
Aylen menabrak dada bidang seseorang. Dua temannya jelas terkejut melihat siapa orang yang Aylen tabrak.
Zevanda yang melihat kejadian hanya bisa menepuk jidatnya. "Hadeh, gue bilang juga apa"
Kedua pihak yang sempat saling bertabrakan hanya diam mematung. Aylen mendongakan kepalanya begitupun pemuda yang ditabraknya, sedikit menunduk.
Deg!
Dunia seolah berhenti pada masa dimana dua manusia ini dipertemukan kembali. Tidak ada kata yang terucap. Hanya tatapan yang saling bertautan. Tatapan yang tidak terbacakan oleh siapapun selain mereka yang merasakan. Tidak ada kesepakatan sebelumnya, namun ekspresi Keduanya benar-benar sama. Datar.
Bibir keduanya seolah tidak mampu hanya untuk sekedar berujar kata maaf.
Hera dan Ira saling memandang penuh rasa takut. Pasalnya wajah Galvazka sungguh dingin alias datar. Mereka jadi takut Aylen akan terkena masalah. Pemuda didepannya terlihat arogan.
Galvazka masih menatap mata gadis di depannya. Gadis yang dua tahun lalu memutuskan hubungan dengannya. Dan hari ini, untuk pertama kalinya mereka kembali dipertemukan.
Beberapa menit berlalu, akhirnya keduanya saling melangkah berbeda arah meninggalkan tempat dimana mereka saling bersitatap setelah sekian lama. Tanpa kata yang terucap. Keduanya hanya bungkam seribu bahasa.
Hera dan Ira masih cengo ditempat. Mereka kira akan ada hujatan pedas yang keluar dari mulut Galvazka.
"Omaygat Her, gue udah deg-degan parah takut tuh cowok marah sama Aylen"
"Kok mereka malah diem-dieman ya?"
Ira menggeleng tak tahu. "Susul Aylen cepet"
Keduanya segera melangkah menyusul temannya itu. Sementara Zevanda sejak tadi mengigit bibirnya khawatir. Dia tak berani mendekat karena takut melihat wajah pemuda tampan yang ditabrak Aylen. Zevanda rasa, meskipun pemuda itu berwajah datar, tapi terlihat bengis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCELTA (Belum Revisi)
Teen FictionSCELTA PUBLISH ULANG BUKAN REVISI *** Scelta (Italia) = Pilihan Dia Galvazka. Sosok pemuda angkuh dan arogan yang benci aturan, tidak pernah mendapatkan teguran. Sebuah keselarasan tercipta ketika dipadukan dengan gadis semacamnya. Tak ada aturan a...