Hola Hai Heyo Привет!
Buenas Noches🌛
Very happy to be able to greet yall again!
Pls Vote And Comment💬
~HAPPY READING~
•••
Hari mulai gelap. Tetesan air hujan membasahi jalanan. Bukan hujan deras, melainkan hanya rintikan kecil berupa hujan gerimis. Galvazka tetap melakukan motornya dibawah rintikan air yang turun dari langit gelap diatasnya. Pemuda itu masih menggunakan seragam sekolahnya.
Sore ini Galvazka baru akan pulang ke apartemennya setelah seharian menghabiskan waktu bersama para sahabatnya di warung Bu Dedeh. Rupanya tiga bulan bersekolah di Mahanta, Galvazka bersama para sahabatnya sudah menemukan tempat untuk pelarian bolosnya. Warung Bu Dedeh terletak tidak Jauh dari belakang sekolah. Dibalik tembok pembatas dibelakang sekolah terdapat gang sempit yang menghubungkan dengan warung tersebut. Hal itulah yang menjadikan tempat itu surganya para pembolos sejati.
Galvazka bisa merasakan ada yang menbuntutinya dibelakang. Pemuda itu melirik kaca spion. Benar saja, tiga orang mengendarai motor sport hitam berjarak tidak jauh darinya.
Galvazka mengeluarkan smriknya kala melihat motor sport yang dipakai mereka. Dari segi warna yang menggabungkan antara warna hitam dan sedikit corak merah, Galvazka bisa mengetahui siapa mereka.
Galvazka menepikan motornya ditepi jalanan yang terlihat sepi. Dan ya, mereka mengikutinya menghentikan laju motor juga.
Galvazka membuka helm tanpa turun dari motor miliknya. Pemuda itu menyeringai kala melihat tiga orang itu menampakan wajahnya setelah membuka helm dan turun dari motor masing-masing.
Dengan senyum meremehkan, Melvin berjalan mendekati Galvazka yang masih setia dalam posisinya.
"Wow, gue kira lo udah mati." Melvin tertawa sinis. "Ternyata masih hidup."
Galvazka memasang ekspresi dingin menatap tiga orang yang berdiri dihadapannya. Dia tidak memiliki minat untuk meladeni.
Tidak mempedulikan ucapan Melvin, kini mata Galvazka menatap satu-persatu meraka. Melvin, Draka, dan Erlan. Draka menampilkan senyum abgkuh kala tatapan Galvazka sampai padanya.
Galvazka mengalihkan pandangannya kembali pada Melvin. "Gue gak ada urusan sama kalian." Ucapnya dingin.
Melvin terkekeh. "Lo udah buat Vano masuk penjara. Jelas lo ada urusan sama kita."
"Dia masuk penjara karena ulah sendiri. Berhenti cari masalah sama gue!" Tegas Galvazka dengan sorot dingin.
"Berhenti cari masalah?" Tanya Melvin lalu mengangguk-anggukan kepalanya. "Oke, Gue ada penawaran buat lo." Ujar Melvin membuat Galvazka menaikan sebelah alisnya.
"Balapan minggu depan. Kalo lo menang, gue pastiin urusan kita selesai."
"Kenapa gue harus terima tawaran lo?" Tanya Galvazka santai.
Melvin terkekeh lalu menatap Draka di samping kanannya. "Gue udah pantau cewek lo. Kayaknya seru kalo main-main sama dia." Ucap Draka menampilkan seringaian tipis.
Tangan Galvazka mengepal kuat mendengar itu. Rahang kokohnya mengeras menandakan pemuda itu sedang menahan emosi. Dia berusaha untuk tidak terpancing dengan permainan mereka dan berakhir mengotori tangannya. Hal yang sangat tidak bermanfaat.
"Kalo lo gak dateng, gue pastiin cewek lo habis sama kita."
Galvazka menarik sudut kanan bibirnya. "Lo ngancem gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCELTA (Belum Revisi)
Genç KurguSCELTA PUBLISH ULANG BUKAN REVISI *** Scelta (Italia) = Pilihan Dia Galvazka. Sosok pemuda angkuh dan arogan yang benci aturan, tidak pernah mendapatkan teguran. Sebuah keselarasan tercipta ketika dipadukan dengan gadis semacamnya. Tak ada aturan a...