Part 46. The Truth (2)

6.1K 313 7
                                    

Hola! PLS VOTE AND COMMENT 🖤

~HAPPY READING~

***

Seandainya ada pilihan, gue milih bertahan

~Aylen Clemons~


Alden memarkirkan mobilnya di depan gerbang sebuah rumah besar yang nampak kosong. Pemuda itu sengaja memilih tempat yang sedikit tidak terlihat oleh beberapa tumbuhan disekitar agar tidak ada yang mengetahui keberadaannya disini. Rumah itu sebenarnya berpenghuni, hanya saja tidak nampak aktivitas dari luar.

Seorang pemuda berkaos hitam dengan tato dilengan kanannya terlihat keluar dari rumah lalu mengambil sesuatu dari mobil.

Alden terus memperhatikan Erlan dari tempatnya bersembunyi. Sebenarnya rumah ini adalah milik Draka. Sudah beberapa hari Melvin dan Erlan menginap di rumah pemuda itu. Seperti yang diketahui jika Melvin dan Erlan berasal dari luar kota. Namun karena memiliki beberapa urusan disini, dua pemuda itu menginap di rumah Draka.

Saat melihat Erlan kembali memasuki rumah, Alden segera menaiki tembok pagar disebelah kanannya. Dan Hap- Alden berhasil mendarat dipekarangan rumah Draka. Dengan langkah mengendap-endap, Alden mendekati sebuah kaca dibagian samping bangunan bertingkat itu yang ternyata langsung terhubung dengan ruang tamu.

Dari sini dirinya dapat melihat keberadaan Draka, Melvin, dan Erlan yang duduk melingkar diatas karpet. Ditengah mereka terdapat beberapa botol minuman keras yang berserakan dan beberapa cangkang obat yang sudah tidak berisi. Alden tahu jika itu cangkang obat terlarang alias narkoba. Dengan cepat dia segera mengeluarkan ponsel dan memotretnya.

Tidak ingin membuang waktu, Alden segera berlari kembali menuju mobilnya sebelum dirinya tertangkap basah telah menguntit.

Pemuda itu baru bisa bernapas lega saat sudah mendudukan diri didalam kursi kemudi. Dirinya lalu mengecek hasil jepretan tadi. Senyum miring tercetak dibibirnya.

"Habis lo semua."

Pemuda itu lalu melajukan mobilnya meninggalkan area rumah Draka dengan kecepatan tinggi.

Di lain tempat, Aylen bersama tiga temannya sedang membereskan alat tulis mereka setelah mengikuti pembelajaran. Kelas sudah kosong menyisakan mereka berempat saja.

"Kantin gas?" Tanya Zevanda menatap tiga temannya.

"Gas"

"Yok"

"Males"

Semuanya menatap Aylen yang baru saja berucap dengan ekspresi malasnya.

"Kemarin gak sekarang gak lagi? Kenapa sih lo?"

"Dibilang juga males"

"Kemarin Galvazka nanyain lo tau gak."

"Terus?"

"Ya gue jawab dikelas lagi males keluar."

Aylen mengangguk-anggukan kepala. "Oh"

"Kalo hari ini nanyain lagi terus gue jawab males lagi gitu?"

"Masa tiap hari males, terdengar seperti orang tidak memiliki semangat hidup." Ucap Zevanda melebih-lebihkan.

"Gak bakal nanyain, udah tahu." Tutur Aylen santai.

"Asam lambung gue udah di ujung kerongkongan, ayo ke kantin." Ajak Zevanda pada Ira dan Hera.

Ira mengangguk sedangkan Hera melirik Aylen yang sedang menekuk kakinya keatas kursi lalu memainkan ponsel.

SCELTA (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang