~HAPPY READING~**
•
It's all over
•Aylen menatap pantulan dirinya pada cermin. Tangannya bergerak meraba area leher yang dipenuhi kissmark. Tidak hanya disana, banyak tanda merah di bagian tubuh lain yang tertutupi pakaian yang ia kenakan. Rambut hitam legamnya terurai indah saat ikat rambut yang ia kenakan dilepas begitu saja.
Aylen kembali menatap cermin. Membidik matanya sendiri. Raut wajah datar terpampang disana. Flat, tidak mengekspresikan apapun.
Ia lalu menyelipkan beberapa anak rambut kebelakang telinga dengan gerakan anggun. Dalam posisi duduk dengan dua kaki menyilang, Aylen menelisik setiap inci wajahnya didepan sana.
Kekehan kecil terdengar sinis. "I thought you were a total bitch." Gumam Aylen pada refleksi dirinya di cermin.
Ponsel yang sejak tadi tergeletak diatas meja rias terus berdering. Berbagai notifikasi masuk namun Aylen mengabaikannya. Puluhan pesan dan panggilan tertera dari nama kontak 'Galvazka', dan beberapa diantara itu berasal dari teman-temannya.
Aylen melirik ponselnya lalu berdecak kesal. Ingatan kemarin malam kembali melintasi pikirannya. Wajah tampan Galvazka yang dibanjiri keringat terus menghujaminya tanpa perasaan. Mata pemuda itu yang menatapnya sayu.
Dan satu hal yang terus Aylen ingat adalah tato yang menghiasi bagian pinggang kanan Galvazka. Bagian yang selalu tertutupi celana itu digambar berbagai tato yang terlihat menyeramkan yang Aylen tidak mengerti dengan jelas bentuknya. Aylen juga baru mengetahui jika dibagian bahu kanan Galvazka terdapat tato huruf G dan A. Selama ini Aylen tidak begitu memperhatikan saat Galvazka shirtless.
Aylen menggelengkan kepalanya mencoba membuang semua memori itu. Dia sudah bertekad untuk melupakan semuanya termasuk lelaki itu. Aylen meraih ponselnya lalu memblokir dan menghapus semua kontak diponselnya kecuali nama Hera, Ira, dan Zevanda.
Ponsel kembali diletakan sedangkan tubuhnya bangkit berjalan menghampiri tempat tidur king size miliknya. Baru saja berbaring, terdengar suara pintu terbuka.
Vina melangkah memasuki kamar putrinya. Aylen terlihat berbaring memunggungi. Wanita itu mendekat dan mendudukan diri di pinggiran ranjang. Tangannya bergerak mengelus lembut surai putrinya.
Aylen menatap Vina datar dengan posisi tidur menyamping.
"Papa seorang pebisnis yang dikenal oleh berbagai kalangan. Jika orang lain tahu dua anaknya memiliki hubungan khusus, itu akan memperngaruhi nama baiknya sebagai seorang yang disegani. Keluarga kita akan menjadi sorotan. Papa sudah berusaha menutupi namun jika kalian terus berlanjut semuanya tidak bisa terkendali. Maka dari itu kami terpaksa harus memisahkan kalian demi kebaikan keluarga kita dimata umum."
"Nama baik kalian aman karena aku udah gak ada apa-apa sama dia."
"Kalian bisa menerimanya?"
"Itu yang Mama sama Papa mau kan?" Aylen balik bertanya sinis.
"Itu akan lebih baik Aylen. Kami sudah sepakat menjodohkan kamu dengan anak dari rekan Papa. Mama yakin Alden bisa membantu kamu melupakan Galvazka."
"Sebulan lagi aku lulus. Aku bakal lanjut study di London sesuai mimpi aku. Gak akan ada perjodohan atau pertunangan. Kalian bisa membatalkan sekarang juga."
"Ay-
"Cukup Ma!"
"Apa kalian gak puas udah hancurin hubungan aku dan sekarang kalian mau ngatur hidup aku?" Aylen tertawa sinis. "Gak! Ini hidup aku. Udah cukup sampe disini kalian ngatur, seterusnya aku bisa atur sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCELTA (Belum Revisi)
Teen FictionSCELTA PUBLISH ULANG BUKAN REVISI *** Scelta (Italia) = Pilihan Dia Galvazka. Sosok pemuda angkuh dan arogan yang benci aturan, tidak pernah mendapatkan teguran. Sebuah keselarasan tercipta ketika dipadukan dengan gadis semacamnya. Tak ada aturan a...