Part 30. At The Moment

8K 416 59
                                    

Up lagi!
Vote + comment!

~HAPPY READING~



Plester menempel dipelipis kiri Jeevan. Zevanda tersenyum puas melihat hasil pekerjaannya.

"Yeay selesai."

Jeevan tersenyum melihat wajah binar Zevanda. "Thanks banget."

Zevanda mengangguk. "Panggil gue kalo lo luka. Gue siap obatin hehe." Ucap Zevanda sambil tertawa kecil.

Jeevan ikut tertawa. "Jadi berapa nih mbak?"

"Gratis buat mas nya. Soalnya ganteng."

Zevanda sama sekali tidak ragu mengatakan itu. Benarkan Jeevan ganteng? Jadi dia tidak salah.

Jeevan mengulas senyum mendapat pujian itu. "Kalo gitu bakal jadi langganan nih. Gratis soalnya."

Zevanda tertawa sambil mengacungkan ibu jari tangannya. "Sip. Bagus lebih sering lebih baik."

"Kok baik? Harus sering luka gitu?"

Mata Zevanda membulat. "Eh maksudnya bukan gitu. Kan kalo sering, jadi bisa liat muka gantengnya sering juga" Ucap Zevanda sambil menyengir.

Astaga! Zevanda benar-benar tidak memiliki urat malu.

Jeevan tertawa seraya menggelengkan kepalanya. "Bisa aja lo."

"Eh iya, kenapa kalian bisa berantem?"

Jeevan terdiam membuat Zevanda seketika menutup mulutnya merasa menyesal telah menanyakan itu. "Salah ya gue?" Batinnya.

"Maaf gue ga maksud ikut campur."

Jeevan menatap Zevanda lalu tersenyum tipis. "It's okay. Kita lagi ada sedikit masalah aja."

Zevanda mengangguk paham. "Nanti malem mau jalan?" Tanya Juan.

"Jeevan mau ngajak jalan? Omg gue ga mimpi kan?" Batin Zevanda kegirangan.

"Boleh"

"Nanti gue jemput kerumah. Tanda terimakasih udah obatin gue."

Ingin rasanya Zevanda melompat-lompat saking bahagianya. Tapi sayang dia tidak bisa melakukan itu sekarang, harus jaga image!

Sementara di UKS, Aylen berbaring sambil meremas kuat lengan seragam milik Galvazka. Pemuda itu masih setia duduk menemani Aylen yang sejak tadi merintih kesakitan.

"Masih sakit?"

Aylen mengangguk dan semakin menguatkan remasan tangannya pada seragam Galvazka.

"Tahan ya. Gue lagi nyuruh orang ambil air anget sama obat." Ucap Galvazka lembut seraya mengelus puncak kepala Aylen.

Tidak lama orang yang ditunggu datang membawa segelas air hangat beserta obat pereda nyeri.

SCELTA (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang