Haii!
Jan lupa tinggalkan jejak!
Vote and komen xixi~HAPPY READING~
❤❤❤
Dengan langkah panjang dan cepat, Aylen memasuki kelas yang terlihat kosong. Gadis itu segera menyambar tas-nya dan pergi meninggalkan kelas.
Dia memilih untuk pulang saja, toh jam pulang akan segera berbunyi. Mengenai penghuni kelas, dia-pun tidak tahu kemana mereka. Yang jelas Aylen sangat lelah dan tidak peduli dengan hal itu.
Bahkan sejak tadi dirinya tidak melihat batang hidung teman-temannya. Setelah jam olahraga, kelas memang kosong tanpa adanya pembelajaran. Aylen tidak menginjakan kaki di kelas sejak tadi. Mungkin saja seluruh penghuni kelas sedang berada diluar atau dikantin. Entahlah dia tidak tahu.
Aylen menolehkan kepala ke kanan dan kiri mencari taxi. Hari ini dia tidak membawa mobil sendiri. Tadi pagi dirinya menumpang dengan Hera karena gadis itu menginap di rumahnya semalam.
Kening gadis itu menyernyit melihat sebuah mobil berhenti didepannya. Kaca dibuka menampilkan seorang pria berkemeja putih polos tengah tersenyum menatapnya.
"Ayo om antarkan."
Aylen tersenyum lalu menggeleng pelan. "Aku cari taxi aja."
"Sekalian saya ingin mengunjungi mama kamu."
Menghela napas pelan, akhirnya Aylen memilih untuk masuk kedalam mobil.
Hermando tersenyum senang dan mulai melajukan mobilnya.
"Mama kamu apa kabar?"
"Baik"
"Oh ya Clay bagaimana? Saya jarang sekali bertemu dia. Terakhir saat berkunjung dua minggu lalu."
"Dia lebih sering dirumah kakek. Katanya banyak teman."
Hermando tertawa mendengar itu. "Sekarang Clay masih dirumah kakekmu?"
"Semalam Clay pulang. Tapi katanya kerumah kakek lagi hari ini."
"Ah menggemaskan sekali anak itu."
Mereka tertawa santai. Setelahnya tidak ada pembahasan lagi hingga keheningan menyelimuti.
"Aylen?"
Aylen yang semula menatap jalanan, menoleh pada Hermando yang terlihat serius.
"Kamu kenal dengan Galvazka?"
Deg
Satu pertanyaan itu mampu membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
"Em-emangnya kenapa?"
Hermando terlihat menghela napas. "Kamu tahu dia siapa?"
Aylen memutar otak untuk mencari jawaban. "Dia satu sekolah sama aku. Jelas aku tahu."
Hermando kini menghentikan laju mobilnya dan menoleh menatap Aylen serius.
"Bisa kamu jawab jujur?"
Pikiran Aylen melayang entah kemana. Gadis itu kelimpungan memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aylen mengangguk pelan, "Kenapa?"
"Kamu memiliki hubungan khusus dengan dia?"
Deg
Aylen terdiam selama beberapa detik. Kenapa Hermando bisa menanyakan itu? Apa dia sudah mengetahui ini sebelumnya?
Melihat keterdiaman Aylen membuat Hermando menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCELTA (Belum Revisi)
Fiksi RemajaSCELTA PUBLISH ULANG BUKAN REVISI *** Scelta (Italia) = Pilihan Dia Galvazka. Sosok pemuda angkuh dan arogan yang benci aturan, tidak pernah mendapatkan teguran. Sebuah keselarasan tercipta ketika dipadukan dengan gadis semacamnya. Tak ada aturan a...