Part 38. Necklace

6.8K 358 4
                                    

⚠WARNING⚠
This story contains a few scenes 17+

Jika kalian merasa belum cukup umur, harap bijak dalam membaca. Meskipun disini tidak terdapat adegan yang benar-benar vulgar, karena saya masih membatasinya.

Don't forget to VOTEMENT!

[Tyga ft. Offset - Taste]🎶

~HAPPY READING~

***


Galvazka menompang dagu dimeja makan memperhatikan Aylen yang sedang sibuk merebus mie instan. Senyum pemuda itu terus terpasang di bibir nya sejak tadi. Sorot matanya tertuju penuh pada gadis cantik didepan sana.

"Jadi kita mau belajar gimana?"

Aylen menjawab tanpa menghentikan aktivitasnya. "Ya pake buku lo. Kan buku gue ketinggalan dimobil."

"Kenapa bannya bisa kempis?"

Aylen memang menceritakan jika mobilnya berada dibengkel saat ini. Meskipun dia tidak tahu pasti keadaan dan keberadaan mobilnya itu sekarang.

"Gak tahu, tiba-tiba aja."

Galvazka mengangguk-anggukan kepalanya. "Terus tadi kesini naik apa?"

"Taxi."

Bohong. Seperti yang diketahui jika Aylen bisa sampai disini karena tumpangan dari Alden. Tapi dirinya tidak mungkin menceritakan itu kepada Galvazka. Bisa-bisa dia marah. Aylen jalan bersama Juan yang notabenenya adalah sepupu Aylen saja dia marah, apalagi jika dia tahu Aylen mendapat tumpangan dari Alden.

"Lain kali kalo ada apa-apa telpon gue. Kenapa tadi gak kasih tahu, hm?"

"Ya gue lupa."

"Bangsat gue dilupain." Umpat Galvazka masih dapat didengar Aylen.

Aylen sibuk menuangkan bumbu mie instan kedalam piring. Galvazka bilang jika dia lapar dan yang tersisa hanya ada mie instan saja di dapur. Mungkin begitu jika seoarang lelaki tinggal seorang diri. Dia tidak begitu memperdulikan bahan makanan didapur.

Galvazka bangkit dari duduknya berjalan mendekati Aylen. Pemuda itu berdiri di belakangnya dan mulai melingkarkan tangannya dipinggang gadis itu. Aylen spontan sedikit terkejut dengan ulah Galvazka.

Galvazka meletakan dagunya di bahu Aylen membuat gadis itu mencoba tetap fokus dengan aktivitasnya tanpa memperdulikan pemuda yang sedang memeluknya manja dari belakang.

"Pengen tiap hari dimasakin sama lo."

"Emang gue babu?"

"Iya."

Aylen mencubit pinggang Galvazka membuat pemuda itu mengaduh kesakitan.

"Awsshh.. Sakit anjir."

"Biarin, enak aja gue dibilang babu."

"Canda elah. Babu masa cantik gini."

"Gak usah gombal enek gue dengernya."

Mendengar itu Galvazka malah tertawa terbahak-bahak.

"Awas ah gue lagi sibuk. Katanya laper gimana sih."

Galvazka tidak kunjung menyingkirkan tangannya yang melilit dipinggang Aylen. Gadis itu semakin dibuat risih saat merasakan tangan itu semakin kuat memeluknya.

"Vazka ngapain sih?" Tanya Aylen geram.

Tidak memperdulikan ucapan Aylen, Galvazka malah membenamkan wajahnya diceruk leher gadis itu.

SCELTA (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang