night all🌝
VOTE + COMMENT!~HAPPY READING~
***
Seribu mimpi buruk lebih baik dari satu kenyataan pahit
~Author~
Sesuai jadwal, hari senin ini semua siswa melaksanakan Ujian Akhir Semester. Semua berjalan lancar hingga jam pulang berbunyi.
Kringgg....
"Yang sudah kumpulkan!"
Jeevan menghembuskan napas lega mendengar bunyi bel pertanda berakhirnya ujian. Pemuda itu tersenyum puas melihat lembar jawaban yang terisi penuh. Jeevan segera membereskan kertas yang berserakan dilaci mejanya. Sudah pasti pemuda itu mencontek. Jika tidak maka dipastikan lembar jawabannya kosong, tidak akan tergores tinta sama sekali.
Teman sebangkunya, Galvazka, sejak tadi sudah lebih dulu menyelesaikan pekerjaannya. Pemuda itu terlihat tenang menelungkupkan kepala diatas meja. Jangan ditanya lagi, Galvazka memang cerdas.
Sedangakan Jeevan? Tidak cerdas tapi cukup pintar. Pintar mencontek maksudnya.
"Sttss... Sttss... "
Jeevan menoleh kebelakang mendengar suara Dean. "Nomor dua?" Tanyanya berbisik takut jika guru pengawas mendengarnya.
Jeevan tersenyum pongah. "Tolol lo mah ah. Masa gak tahu."
"Heleh modal nyontek aja belagu."
"Yang pinter mah beda gak usah ngiri lo!"
"Satu lagi elah cepet!"
"Yang belakang diam! Kalo sudah langsung kumpulkan! Lebih baik cepat pulang dari pada bikin rusuh!" Tegur guru pengawas.
Jeevan menampilkan senyum tengil. "Gue duluan ya bro, Dadah!" Ucapnya lalu bangkit berjalan angkuh menghampiri meja guru.
"Awas lo setan!"
Guru tersebut menyernyit menatap Jeevan penuh selidik. "Kamu sudah selesai?"
"Udah dong Bu, kan saya pinter."
"Nyontek sama siapa?"
"Ngerjain sendiri lah, no contek-contekan club."
Sumpah Jeevan mengerjakan semuanya sendirian. Tanpa mencontek pada siswa lain apalagi sampai membuat club. Dia hanya membawa kertas catatan. Itu saja kok. Jadi benarkan dia mengerjakan sendiri tidak kelompok?
"Ibu gak percaya sama kamu."
"Yeu si ibu mah da teu percayaan."
"Nya henteu lah. Kamu mah kan tukang nyontek." Ucap guru tersebut mengikuti gaya Jeevan berbahasa Sunda.
"Serius Bu kagak ini mah." Kekeuh Jeevan membela diri, mengacungkan dua jari membentuk huruf 'v'.
"Awas aja kalo kamu ketahuan nyontek ibu kasih nilai nol!" Tegas guru tersebut penuh penekanan diakhir kalimat.
"Iya dah terserah ibu di bakar juga gakpapa ikhlas saya mah." Pasrah Jeevan menyerahkan lembar jawabannya.
Pemuda itu lalu berlalu pergi sambil terus menggerutu. "Kie salah kitu salah. Heran aing mah."
Tidur Galvazka terganggu akibat suara berisik di depan sana, kepalanya terangkat menatap malas kearah dimana sumber suara berasal.
Galvazka mendengus kesal. "Berisik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCELTA (Belum Revisi)
أدب المراهقينSCELTA PUBLISH ULANG BUKAN REVISI *** Scelta (Italia) = Pilihan Dia Galvazka. Sosok pemuda angkuh dan arogan yang benci aturan, tidak pernah mendapatkan teguran. Sebuah keselarasan tercipta ketika dipadukan dengan gadis semacamnya. Tak ada aturan a...