Shawn Mendes - It'll Be Okay🎶
~HAPPY READING~
***
•
"OUR TIME HAS VALUE"
~ Galvazka J. G. ~
•
Keputusan akhir membuat kemudi mobil berputar ke kanan mengajak empat roda melintasi jalanan yang terbentang ditengah cahaya gelap malam hari. Pesta Prom Night sepertinya akan kehilangan satu tamu undangan.
Berbeda arah dari yang seharusnya ia lewati, Galvazka melajukan mobilnya ke suatu jalanan yang sedikit lenggang. Jalanan yang semula datar mulai menanjak. Tebing curam disisi kanan dan kiri jalan memperlihatkan pemandangan kelap-kelip lampu malam kawasan dataran rendah dibawah sana.
Hawa dingin malam sama sekali tidak berpengaruh bagi pemuda yang saat ini mengenakan tuxedo hitam. Jari-jari panjangnya menggenggam erat kemudi dengan mata elang menyorot jalanan didepan sana. Rambut pirang gelap itu tertata rapih berbeda dari biasanya yang selalu dibiarkan berantakan.
Visualisasi seorang pangeran sangat pantas disematkan pada pemuda satu ini. Ketampanan yang seolah tidak pernah sirna di berbagai keadaan. Wajah yang terpahat sempurna bagaikan magnet yang mampu mengalihkan setiap tatapan.
Darah campuran yang dimiliki sang Bunda memberi pengaruh bagi visual seorang Galvazka. Wanita yang melahirkannya memiliki gen seorang pria berdarah Eropa, sebut saja sang kakek. Jangan tanyakan lagi bagaimana bisa Galvazka memiliki kulit putih bersih dan rambut pirang gelap. Hidung mancung selaras dengan rahang kokoh menambah kesempurnaannya.
Sampai ditempat tujuan, pemuda yang terlihat maskulin dengan tuxedo hitam itu keluar dari Porsche Cayman miliknya.
Galvazka berjalan menapaki puncak bukit. Sial sekali, langkah santai itu mampu menghasilkan kesan gagah berwibawa. Dengan dua tangan berada dalam saku celana, Galvazka menatap ke bawah bukit tempatnya berdiri saat ini. Mata pemuda itu terpejam menikmati hawa malam yang begitu terasa menyapa kulit wajahnya. Menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya bersamaan dengan mata yang kembali terbuka.
Seulas senyum terbit di bibir indahnya. Mengingat kisah yang pernah terukir ditempat ini. Janji yang pernah disaksikan ribuan bintang. Pelukan hangat yang mengalahkan hawa dingin malam. Permohonan yang sempat disetujui sepenuh hati. Pernyataan yang mewakili sebuah perasaan. Dan kesepakatan yang yang didengar langit malam.
Galvazka tertawa kecil. Bisakah semuanya abadi? Bisakah kisah itu terulang kembali? Jika ada kesempatan, Galvazka tidak akan membiarkan semua itu hanya sebatas kenangan saja.
Kepalanya mendongak, sekilas bayangan gadis itu seperti tergambar pada langit di atas sana. Mengukir senyum cantik ke arahnya. Gadis itu terlihat bersinar diantara bintang-bintang diatas sana. Tidak, Galvazka tidak akan membalas senyuman itu. Dia hanya imajinasi belaka. Yang Galvazka inginkan sosok nyata.
Pemuda tampan itu kembali menundukan kepala, berusaha mengalihkan dunia hayalan payahnya. Galvazka melirik jam tangan yang terpasang di pergelangan tangannya. Hembusan napas pelan seolah menggambarkan jika ia sedang mencoba bersabar dengan waktu yang begitu cepat berjalan.
Kenapa secepat itu? Bahkan Galvazka belum merealisasikan keinginannya. Dibelenggu rasa tidak yakin membuatnya terus menimang-nimang. Galvazka berpikir jika dia tidak mencoba maka hasilnya tidak akan pernah dia ketahui. Bagaimana jika ternyata keinginannya bisa terwujud? Berpikir lama hanya membuang waktunya. Galvazka segera mengambil ponsel dari dalam saku celana lalu mulai mengetikan sesuatu. Setelah memastikan pesannya terkirim, Galvazka menghela napas lega. Semoga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCELTA (Belum Revisi)
Teen FictionSCELTA PUBLISH ULANG BUKAN REVISI *** Scelta (Italia) = Pilihan Dia Galvazka. Sosok pemuda angkuh dan arogan yang benci aturan, tidak pernah mendapatkan teguran. Sebuah keselarasan tercipta ketika dipadukan dengan gadis semacamnya. Tak ada aturan a...