Pls vote + comment!
***
"Eh Aylen baru pulang kamu?" Tanya sang mama melihat anaknya memasuki rumah.
Aylen menghampiri mamanya yang sedang membawa nampan berisi tiga gelas minuman dan makanan ringan.
"Buat siapa ma?"
"Itu temen-temen kamu pada di atas udah nungguin dari tadi. Kenapa kalian ga pulang barengan? Kamu malah pulangnya terakhir?
Aylen menghela napas mendengar pertanyaan beruntun yang di layangkan sang mama.
"Tadi ada urusan, Aylen ke atas."
Langkah Aylen terhenti saat suara mamanya kembali menginterupsi.
"Eh kalo gitu bawain sekalian."
Aylen menarik napas dalam-dalam. Mereka selalu menyusahkan!
Gadis itu berlalu pergi dengan membawa nampan yang dititipkan kepadanya.
Sampai tepat di depan kamarnya, Aylen menendang pintu kuat-kuat hingga menimbulkan suara gebrakan yang sangat keras.
Brakk!
Pintu terbuka menampilkan tiga gadis berseragam putih abu-abu menyengir menampilkan deretan gigi kearahnya.
"Udah ketebak kalo ngegas gini pasti bukan tante Vina."
Aylen memasuki kamarnya dan segera meletakkan nampan yang di bawanya di tengah-tengah para manusia yang sedang duduk melingkar di atas karpet.
"Makasih ya mbok," celetuk Zevanda sambil cengengesan.
"Gatau diri lo pada."
Mereka semua segera menyerbu hidangan yang dibawa Aylen. Sementara sang pemilik kamar berlalu mengganti pakaiannya.
"Lo kemana aja tadi lama banget?" Tanya Hera saat melihat Aylen sudah kembali dengan baju hitam oversize dan celana hot pans.
"Kan gue bilang ke toilet."
"Ke toilet lama banget, berak lo ya?"
"Macet tadi."
Bohong. Sebenarnya dirinya menunggu lama di toilet karena tidak ingin bertemu Dean lagi. Dia sampai harus memastikan beberapa kali apakah Dean sudah pergi atau belum.
"Katanya mau pada langsung pulang?" Tanya Aylen sambil berjalan ke arah kasurnya.
"Ditengah jalan tiba-tiba si Hera ngajakin main katanya gabut juga di rumah ga ada siapa-siapa."
"Dih kok gue, Orang lo yang ngebet pengen kesini supaya dikasih makan kan?"
"Biasa nyokapnya lagi arisan jadi tidak terurus deh dia", timpal Ira. " Seperti gembel", lanjutnya.
Sedangkan Zevanda hanya menyengir karena memang begitu adanya.
"Woi anak baru masuk IPA 1 masa, bahaya nih ada si Agatha pasti caper banget tuh lonte," ucap Zevanda dengan mata terfokus pada layar ponselnya.
"Hah masa sih? Ga jauh dari kita dong."
Ira kembali uring-uringan seperti tadi "gue gamau lewat sana ah."
XII IPA 1 dan 3 hanya terhahalang satu kelas yaitu IPA 2. Jadilah kelas tersebut berdekatan. Hanya saja mereka memiliki koridor masing-masing yang terhubung dengan koridor menuju lapangan. Koridor kanan tepat di depan kelas IPA 1 dan koridor kiri terhubung dengan IPA 3 sementara IPA dua memiliki akses keduanya untuk memilih jalan karena berada di tengah-tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCELTA (Belum Revisi)
Roman pour AdolescentsSCELTA PUBLISH ULANG BUKAN REVISI *** Scelta (Italia) = Pilihan Dia Galvazka. Sosok pemuda angkuh dan arogan yang benci aturan, tidak pernah mendapatkan teguran. Sebuah keselarasan tercipta ketika dipadukan dengan gadis semacamnya. Tak ada aturan a...