Part 39. Take Home

7.1K 336 12
                                    

GN all🌝
VOTEMENT YEA BABY<3

~HAPPY READING~

***

"Lainkali jangan beli barang gak penting gini, sayang duitnya." Ucap Aylen seraya memandangi kalung pemberian Galvazka.

"Itu mah penting lah, kan buat lo."

"Gue tau ini gak murah. Dari pada beli kalung gini mending lo tabung duitnya."

Hey, kalung ini memang benar tidak murah. Coba tanyakan pada mbah google, harganya mencapai jutaan rupiah. Aylen rasa untuk ukuran remaja seumurannya, membeli barang dengan jumlah uang sebesar itu cukup mahal.

Galvazka yang sedang mengemudikan mobilnya tertawa kecil. "Itu duit hasil usaha gue sendiri, ya bebas lah."

Aylen menoleh lalu menaikan sebelah alisnya. Mengerti jika Aylen bingung, Galvazka menjelaskan. "Gue kelola resort oma yang di Bali."

"Dia udah serahin bisnis itu sama gue. Dan itu yang jadi alesan gue balik kesini. Gue mau mandiri Ay."

Perlukah Aylen bangga dengan Galvazka? Sungguh, Aylen merasa bangga mendengar itu. Seoarang Galvazka yang dia kenal urakan ternyata sedang bertransformasi menjadi lelaki yang mandiri.

"Jadi lo punya bisnis?"

Galvazka mengangguk. "Ada untungnya juga sih si Fernandez ngajarin gue bisnis dari kecil."

Sedari kecil, Galvazka sudah dikenalkan dengan dunia bisnis. Papanya seorang pebisnis ternama dengan cabang perusahaan dimana-mana. Galvazka yang memang putra tunggal sudah mulai dikenalkan dengan dunia bisnis sejak dini. Saat mulai menginjak SMP, Galvazka bahkan tidak jarang membantu papanya mengelola beberapa bisnis kecil. Untuk ukuran anak yang baru menginjak remaja, strategi bisnis sudah bukan lagi hal yang tabu baginya.

Fernandez tahu potensi yang dimiliki putranya. Galvazka memang pemalas, tapi mengenai kecerdasan, sudah tidak perlu diragukan lagi. Karena itulah dia berusaha mengenalkan dunia bisnisnya agar kelak Galvazka bisa mengelola semua aset yang dia miliki.

"Papa lo rutin tranfer uang kan?"

"Pasti. Enak aja dia lari dari tanggungjawab."

Syukurlah, setidaknya Galvazka mendapatkan nafkah dari papanya. Aylen tahu meskipun pemuda itu tidak membutuhkannya, tapi tanggungjawab seorang ayah harus tetap ada.

"Tapi gak sedikitpun gue makan dari duit dia."

Aylen menyernyit memandang Galvazka. "Terus?"

"Gue investasiin semuanya sama mobil. Gak sudi gue makan hasil duit dia, cih!"

"Mobil?"

Galvazka mengangguk lalu menoleh menatap Aylen. "Mau? Nanti gue beliin pake duit gue. Jangan duit si Fernandez takut haram."

Aylen mendelik. "Enak banget ngomong beli-beli."

"Emang kenapa? Buat cewek gue inih."

"Beli mobil bukan beli baju Galvazka. Enteng banget ngomongnya."

"Yang penting duit sendiri bukan dari ortu."

"Terserah."

Benar juga. Aylen tidak bisa menyangkalnya. Jika itu uang Galvazka, berati uang itu hak Galvazka sepenuhnya. Kenapa dia jadi merasa kekasihnya cukup mapan walaupun masih duduk dibangku SMA.

"Jadi mau?"

"I don't need a car right now. keep your money safe."

"Yaudah belinya nanti kalo kita udah nikah."

SCELTA (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang