Part 44. Strange

5.4K 286 2
                                    

JB - Off My Face🎶
Hola! Don't Forget To Vote + Comment!

~HAPPY READING~

***

Aylen menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Gadis itu berlari menghampiri mamanya dimeja makan. Vina menatap heran putrinya yang langsung saja menyambar sandwich ditangganya tanpa permisi.

"Kesiangan pasti." Komentar Vina melihat Aylen memakan sandwich dengan tidak sabaran dalam posisi berdiri. Aylen hanya menanggapi dengan anggukan membuat Vina menggeleng tidak habis pikir.

"Oh iya bilang sama Alva makasih buat oleh-olehnya."

Aylen kembali mengangguk. "Baik banget anak itu. Bener-bener calon mantu idaman." Gumam Vina sambil tersenyum malu-malu membuat Aylen melirik sang mama.

"Papa pulang hari ini loh."

"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk"

Vina menepuk pelan punggung putrinya. "Pelan-pelan makannya ampun deh."

"Beneran papa pulang?"

"Iyalah ngapain mama bohong."

Papa pulang? Jujur Aylen senang, sangat senang. Hanya saja bagaimana jika semuanya menjadi rumit. Galvazka sering mengunjungi rumah ini dan papa sebentar lagi akan kembali tinggal disini. Oh tidak! Tolong tenangkan pikiran Aylen.

"Kamu ngapain bengong, udah jam berapa ini?"

Aylen tersadar dari lamunannya dan seketika terbelalak kaget. Dia terlambat!

"Aylen berangkat ma." Ucap Aylen seraya mengalami tangan Vina dan bergegas pergi.

"Hati-hati Ay!" Teriak Vina saat anaknya berlari keluar rumah dengan terburu-buru.

SMA Mahanta melakukan aktivitas pembelajaran seperti biasa setelah dua hari libur. Termasuk kelas XII IPA 1 yang sudah mulai melangsungkan pmbelajaran sejak pagi tadi.

Galvazka duduk menyandarkan punggung dibangku pojok terlihat menatap malas seorang guru yang sedang membagi kelompok didepan sana. Sesekali beberapa siswi terlihat mencuri pandang kearah pemuda tampan berekspresi datar itu. Galvazka duduk kalem tanpa peduli meskipun dia tahu mereka terus meliriknya.

"Berarti untuk nama yang tersisa, Jeevan, Keisha,  Galvazka, dan Agatha, kalian satu kelompok." Tutur guru berkepala plontos seraya membenarkan kacamata yang bertengger dihidungnya.

Agatha dan Keisha saling menatap. Agatha terlihat menyeringai kearah gadis itu membuat Keisha mengalihkan tatapannya tidak suka.

Seraya tersenyum senang, Agatha melirik Galvazka. "Akhirnya gue ada kesempatan deketin dia." Batin Agatha seraya menaikan sudut bibirnya.

Jeevan menyenggol bahu Galvazka yang duduk disebelahnya. "Satu kelompok men."

Galvazka tampak diam tidak perduli sama sekali. Dia tidak masalah satu kelompok dengan siapapun. Toh dirinya tinggal menyuruh mereka mengerjakan semuanya. Jika membantah, tahu sendiri akibatnya.

"Ingat harus sudah selesai minggu ini. Karena hari senin kalian sudah harus Ujian Akhir Semester."

"Gak ah pak males." Ceplos Jeevan.

"Apa kamu bilang Jeevan?" Tanya guru tersebut menatap tajam Jeevan yang sudah cengengesan.

"Saya bilang siap pak. Udah tua budek lagi." Ceplos Jeevan tanpa dosa.

Semua murid tertawa mendengar penuturan Jeevan sedangkan guru berkepala plontos itu menghela napas pelan. Sabar, dia harus sabar jika tidak ingin terkena serangan jantung dadakan.

SCELTA (Belum Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang