Ep. 17

77 13 0
                                    

Joochan dengan jari-jari yang mulai terluka harus menahan sakit karena ia tak ingin kerja keras semua orang terbuang sia-sia.  Donghyun menghadapi rasa takut pada ketinggian, ia juga kunci sebagai pertunjukan pembuka.

Lebih tepatnya setiap member memiliki komposisi penting. Satu gagal, semua gagal. Semua member telah mempersiapkan yang terbaik.

Di larut malam,

"Min, lihat Jangjun kemana?" Tanya Sungyoon pada Seungmin yang sudah rebahan di kasur atas dengan bermain smartphone.

"Dia keluar ga bilang apa-apa," jawab Seungmin.

Sungyoon segera mengirim pesan pada Jangjun, menanyakan keberadaan dirinya saat ini. Tak lama kemudian Jangjun menelpon.

"Hyung~ datanglah kemari"
Tut.. Tut.. Tut..
Panggilan diputus.

"Kemari kemana nih anak? Dikira cenayang apa?" Omel Sungyoon –segera mengambil jaket,
"kalo Daeyeol hyung tanya kemana, bilang aja pergi beli camilan," pamit Sungyoon.

Belum sempat menjawab iya, Sungyoon sudah menghilang,
"ASTAGAAA, nih hyung berdua tengah malam kelayaban. Ini kalo ketahuan Daeyeol hyung yang kena siapa? Gue lagi kan? Semoga Daeyeol hyung ud- YA TUHAN!!"
Seungmin terkaget melihat kehadiran Daeyeol hyung di depan kamar.

"Tuhkan, firasat buruk deh ini," batin Seungmin.

"Kemana tadi Sungyoon?" Tanya Daeyeol dengan tatapan malaikat pencabut nyawa.

"Itu- itu loh apa?" Jawab Seungmin terbata-bata.

"Apa?"

"HYUNG!!! ADA TELPON DARI MANAGER HYUNG!!" Teriak Joochan dari ruang tengah.

Daeyeol melupakan pertanyaannya lalu pergi.

"Selamat..," Seungmin menjatuhkan diri ke kasurnya –terbaring lemas setelah melihat Daeyeol dengan tatapan seram, "mau berkata kasar tapi dosa," gumannya mencoba sabar.

Sungyoon dengan cekatan berhasil menemukan tempat Jangjun, tidak lain dan tidak bukan adalah sungai yang sering mereka datangi di masa trainee. Wajahnya nampak kusut penuh keringat habis berlari-lari, sedangkan Jangjun tanpa dosa tersenyum melihat kehadiran hyung keduanya itu.

"KURANG AJAR!!" Teriak Sungyoon seraya melemparkan jaket yang sudah penuh keringatnya pada Jangjun.

"AH HYUNG~!"
"tapi kau bisa menemukanku kan?" ucap Jangjun sudah tahu yang membuat Sungyoon kesal.

Sungyoon tetap memandangi dengan kesal. Merasa takut dipandangi dengan tatapan seram hyung-nya itu, Jangjun mengalihkan pandangannya ke sungai,
"Sungyoon hyung...," panggil Jangjun lebih halus –tidak seperti biasanya

Sungyoon tersadar bahwa ia diminta datang pasti ada yang ingin diungkapkan Jangjun. Ia segera duduk disampingnya, benar saja Jangjun menangis dengan masih melihat kearah sungai.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Sungyoon.

Jangjun menundukkan kepalanya, mengalihkan pandangan dari hyung-nya –menangis, seperti bukan seorang Jangjun,
"aku takut hyung, aku takut kita gagal untuk ketiga kalinya. Aku takut kita tidak mendapatkan kesempatan besar itu,"
"apa yang harus kita lakukan kalau ternyata kita yang tereliminasi?" oceh Jangjun.

Sungyoon terdiam.

"Hyung...," Jangjun perlahan melihat kearah Sungyoon,
"ini lebih sulit dari menahan tangisanku. Mencoba tidak ada apa-apa itu lebih susah," imbuh Jangjun.

"Kenapa kau berfikir seperti itu? Kau meragukan kemampuan kita?"

"Lebih tepatnya meragukan keberuntungan kita,"
"apapun yang kita lakukan, pasti ada saja penghalang. Seperti takdir menolak kita untuk memiliki jalan yang mudah"

"Setiap manusia akan mengalami fase yang sama hanya berbeda waktu. Mungkin yang lain merasakan fase dengan A-B-C-D, sedangkan kita A-D-B-C. Kenapa? Karena keputusan kita menentukan jalan kemana akan pergi selanjutnya,"
"jika menyembunyikan sesuatu adalah hal sulit bagimu. Sekarang menangislah sesukamu sampai tak ada airmata lagi. Aku tidak ingin kau nanti harus menahan airmata dan menyembunyikan sesuatu di waktu yang sama," saran Sungyoon

Jangjun tersenyum dan menangis kembali dihadapan Sungyoon bak anak kecil,
"HUHUHUHU SUNGYOON HYUNG...,"
banjir airmata di tepi sungai, angin bahkan enggan mengusik kesedihan Jangjun malam ini.

*

30 April 2020, Konferensi pers Road To Kingdom.
Semua grup diperkenalkan satu per satu. Saat giliran Golden Child, mereka melihatkan karisma kuat. Ekspresi wajah begitu serius dengan tatapan tajam, visual mereka tidak kalah saing dengan lainnya. Goldenness sangatlah antusias dengan kehadiran Golden Child yang siap berkompetisi. Dengan kepercayaan yang tinggi, Goldenness berekspektasi bahwa grup dengan julukan 'the perfect idol group' bisa bersaing hingga akhir.

Dalam hati dan pikiran setiap member Golden Child adalah kekhawatiran. Hari ini bisa saja menjadi hari terakhir berkompetisi. Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tampil sudah dipersiapkan dengan apik. Golden Child tetap menaruh harapan bahwa mereka bisa bertahan.

"Ternyata kita tampil ketiga," ucap Jaehyun setelah mengecek daftar urut yang telah ditempelkan di ruangan mereka.

"Urutan grup lain tidak diberitahukan, kita tidak tahu siapa sebelum dan sesudah kita," balas Tag.

"Setidaknya kita bukan urutan pertama, menjadi penampil pertama itu tantangan lebih besar," ucap Jangjun.

Semua mengangguk setuju dan segera bersiap. Penampil pertama jika tidak memukau, sama saja mereka mematikan diri sendiri secara tidak langsung.

***

Our New Steps - Golden Child's New StepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang