Ep. 22

89 11 0
                                    

Seungmin nekat membeli eskrim sendirian –seperti orang yang sudah lama tak punya kekasih, iya jomblo gitu maksudnya. Memakai kaos coklat lengan panjang, dengan celana yang juga panjang berwarna hitam, tak lupa juga topi hitam menutup rambut dan juga mata. Seungmin duduk di depan toko eskrim –menikmati dinginnya eskrim varian rainbow sherbet.

"Pelengkap, semua orang tak mungkin untuk memperhatikan seorang pelengkap. Sekalipun mereka itu penting," gumannya masih melahap sendok demi sendok eskrim.

Seungmin beberapa kali mendapatkan pujian dari pelatih dance maupun vokal atas improvisasinya. Tapi tidak untuk orang-orang luar. Dari era wannabe hingga penampilan Golden Child di acara survival pun jarang membicarakan namanya. Padahal member dan para pelatih selalu menganggap Seungmin sebagai killing part. Mungkin itulah takdir Seungmin sebagai pelengkap –tak bisa meminta lebih untuk menjadi pusat perhatian. Berulang kali Seungmin memikirkan hal itu, berulang kali pula tidak ada perubahan.

Ia menghela nafas berat seraya membiarkan sendok menancap pada eskrim yang belum ia habiskan. Melihat sekeliling dengan mata yang sedikit terhalang oleh topi miliknya,
"sebenarnya diriku ini selalu dicoba untuk menonjol hanya saja belum waktunya," guman Seungmin. Rasanya seperti gila dia bermonolog menenangkan diri sendiri.

"ASTAGA!! ANJ-..," Seungmin terkaget bukan main melihat ada sosok di sampingnya dengan senyum cerah layaknya iklan pasta gigi.

"Gila mau nyebut nama hewan!!" balas Jangjun seraya menyerobot eskrim Seungmin.

"Hyung!! Gimana ga kaget! Ya Tuhan ampuni dosaku ini telah berkata kasar"

Jangjun tertawa melihat kelucuan Seungmin yang kaget akibat ulahnya.

"Darimana hyung tau aku disini?" Tanya Seungmin heran atas kehadiran hyung rapper tersebut.

Dengan mulut yang penuh melahap eskrim, Jangjun mencoba menjawab, "Dong-..," ia terhenti sejenak karena hampir menyebut nama Donghyun.  Anak main dancer itulah yang memberitahu Jangjun bahwa Seungmin pergi sendirian.

"Apa hyung?"

"Tadi aku liat kau pergi jadi aku ikutin. Beli eksrim ga ngajak-ajak reseh banget," jawab Jangjun sedikit bercanda –ia mengubah jawaban,
"Min, aku tau kalau kau masih memikirkan posisimu di grup. Memikirkan soal kualitasmu dalam grup kita," pembahasan mulai serius.

"Mau kapanpun, kalau orang-orang tidak membuka hati ya tidak akan mau mengetahui lebih dalam. Bukankah ini sama halnya pada grup kita? Mau bagaimanapun prestasi kita, orang luar tidak akan peduli hyung," jawab Seungmin. Ia menganggap dirinya seperti Golden Child yang diantara banyak grup populer.

Jangjun diam, memikirkan bahwa itu seperti bayangan dalam bayangan.

"Tenang hyung, aku sadar bahwa kalian mencoba untuk tetap menonjolkan aku. Tapi aku sadar diri juga, sebenarnya aku hanya anak baru jadi ada yang lebih pantas dariku"

"Jangan sebut kau adalah anak baru, kau itu member Golden Child sekarang. Kita sudah memasuki 3 tahun. Tidak ada anak baru atau lama. Lagipula jaman predebut kau memiliki jam terbang yang berbeda, kau hanya telat bergabung, bukan telat memiliki bakat,"
"kau juga pantas untuk populer dengan bakat dan pengalamanmu itu," ucap Jangjun.

Entah sampai kapan masalah Seungmin bisa tuntas. Embel-embel anak baru selalu menjadi tokoh utama dalam pikiran Seungmin, tokoh yang membuat ia harus mewajari atas kualitas bakatnya pada grup.

*

Kini bulan Juni telah berjalan. Segala persiapan comeback diselesaikan, rencana konser juga disiapkan. Semua member aktif latihan dari pagi hingga tengah malam.

"Kau habis ngapain sih Sungyoon hyung?"
"Timeline rame banget bahas hyung, apa hyung ketahuan pacaran?"
"sama siapa? Emang bisa deket sama cewek?" Rentetan pertanyaan oleh Jangjun.

Sungyoon sibuk bermain smartphone-nya walau banyak pertanyaan dari Jangjun. Mereka berdua tengah beristirahat di sela latihan malam.

"HYUNG!!! HYUNG ADA HUBUNGAN SPESIAL SAMA SIAPA??" Teriak Jangjun kesal.

"Jangan ngaco deh," jawab Sungyoon santai.

"Ya makanya dijawab ini kenapa?"

Sungyoon sebenarnya enggan menjawab dengan apa yang sedang ramai di kalangan Goldenness. Bukan sebuah rumor buruk, melainkan soal fans service yang ia lakukan pada beberapa fans. Sungyoon sangatlah aktif untuk membalas pesan dan menotice fansnya belakangan hari ini.

"Sungyoon hyung rajin banget sih membalas fans. Tapi tidak semua sih, beberapa aja," sahut Seungmin masuk ke ruang latihan dengan membawa 3 es kopi.

"Makasih min," ucap Sungyoon menerima kopi pemberian Seungmin.

"Eh jadi ini masalahnya soal balasan fans?" Tebak Jangjun.

Sungyoon mengangguk membenarkan, "sekalipun tidak membalas, aku membaca semua pesan mereka"

"Sayangnya kalo hyung balas pesan fans tuh mayoritas orang yang sama, makanya rame nih pada cemburu yang belum pernah. Fans Sungyoon hyung tuh hampir 50% populasi Goldenness," balas Seungmin.

"Sepertinya masalah bukan soal cemburu doang deh," tambah Jangjun
"ada yang takut Sungyoon hyung justru merasakan luka jika membaca pesan yang menyedihkan dari fans. Tidak semua fans selalu memberikan pesan yang hangat, bisa aja ada hal kasar"

Sungyoon tersenyum, "aku paham kok, aku berusaha mungkin ada untuk mereka. Kalau ada yang buruk cukup tanggapi saja dengan santai. Aku yakin mereka tidak bermaksud untuk melukaiku. Aku suka dengan cerita dari Goldenness, melihat sisi mereka dengan membaca pesan mereka."

Jangjun merampas smartphone milik Sungyoon dan melihat isinya,
"Astaga... Notifnya sampe 99+ inipun baru di satu aplikasi. Belum pesan yang antri di fancafe," ucap Jangjun

Sungyoon dengan wajah garang balik mengambil smartphone-nya lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

"Jangjun hyung ga sopan banget asal rebut handphone-nya, dia marah bisa akhir jaman," guman Seungmin setelah melihat sikap kasar Sungyoon yang pergi begitu saja.

"Biasanya juga ga gitu dia," ucap Jangjun mulai ketakutan.

Sungyoon sudah tahu apa yang ramai belakangan hari ini tentangnya yang menimbulkan perpecahan dalam fandom Goldenness. Ia tak menyangka bahwa bisa berimbas seperti ini padahal hanya bermaksud menghibur fans dan juga mengobati perasaan sepinya. Secara pribadi ia juga suka membaca dan ingin membalas semua pesan, tapi waktu terkadang hanya bisa membaca saja.

***

Our New Steps - Golden Child's New StepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang