Part 37

17 47 0
                                    

Setelah puas bermain perang bola salju, Hector pun akhirnya duduk di atas nisan milik orang lain, sedangkan Hiro berbaring di tumpukan salju untuk membuat malaikat salju.

Hiro pun menggerakkan lengan dan kakinya seperti sedang melakukan jumping jacks, lengannya di atas kepala dan digerakkan ke samping, kakinya keluar dan kemudian ke belakang. Dia pun menekan dengan lembut kepalanya ke dalam salju untuk membuat lekukan untuk kepala malaikat salju. Kemudian, dia bangun perlahan; mencoba untuk tidak merusak ciptaannya yang luar biasa. Dia meluangkan waktu sejenak untuk mengagumi kerja kerasnya.

"Kau memang anak yang aneh." Kata Hector sambil tersenyum dan tertawa melihat tingkah laku Hiro.

Hiroshi pun menatap Hector dengan tatapan tidak mengerti.

"Aku hanya bersenang-senang. Seperti inilah biasanya aku dan teman-temanku bersenang di musim dingin." Kata Hiro sambil menyernyitkan dahinya.

"Membuat malaikat salju? Apa gunanya?" Tanya Hector

"Yah... intinya, kamu harus mencoba untuk membuat sesuatu di salju, seperti mencetak sesuatu di atas salju, dan mencoba untuk tidak merusak kerja kerasmu." Kata Hiro

"Aku tidak punya waktu untuk punya teman yang akan membantuku membuat malaikat salju." Kata Hector

"Oh iya... aku lupa kalau kamu tidak punya teman, tapi aku bersedia dengan senang hati menjadi temanmu." Kata Hiro sambil menahan tawanya.

"Sialan." Umpat Hector sambil menunjukkan jari tengahnya kepada Hiro

"Kau tahu? Orang-orang seperti kita. Terlahir berbeda. Terlahir dengan cara yang unik sendiri-sendiri. Dan kebanyakan orang membenci sesuatu yang berbeda. Mereka lebih suka sesuatu yang terlihat normal. Tidak cacat. Dan... tidak memiliki bakat yang aneh. Mereka ingin semuanya terlihat sama. Karena itu... setiap mereka melihat ataupun bertemu dengan orang yang sangat berbeda dengan mereka. Mereka langsung membencinya. Mereka langsung memperlakukan orang-orang berveda dengan buruk karena mereka merasa dirinya paling benar. Mereka terus menekan kita. Dan itu sangat menjengkelkan bagi orang berbeda seperti kita. Pertamanya, kita semua mencoba untuk sabar dengan perlakuan mereka. Karena kita memiliki harapan bagi mereka untuk merubah pandangan mereka terhadap kita..."

"Tapi mereka tidak akan pernah berubah sejauh apapun kamu berusaha disukai oleh mereka. Mereka tidak akan berubah, tak peduli seberapa besar kamu berharap. Kita selalu mencoba untuk bersabar dan memaafkan mereka. Tapi mereka makin menjadi-jadi. Kesabaran kita juga ada batasnya. Dan saat kita mulai marah dan membalas mereka, mereka malah menyalahkan semuanya kepada kita. Itu tidak adil." Tambah Hector sambil melempar bola salju ke langit.

"Mereka yang memulainya, dan malah kita yang harus mengakhirinya. Mereka seenaknya menjatuhkan tanggung jawab kepada kita, dan meminta kita melakukan hal yang mereka inginkan." Lanjut Hiro sambil melempar bola salju ke arah semak-semak.

"Mereka tidak pernah merasakan apa yang kita rasakan, karena itu... Persetan dengan mereka! Persetan dengan keluarga sialan! Persetan dengan mereka yang membunuh kakakku! Persetan dengan para hakim yang membunuhku! Persetan dengan semuanya!" Kata Hector sambil melempari bola salju itu ke beberapa nisan yang ada disana.

"Hiro lakukan ini! Hiro lalukan itu! Kamu harus begini! Kamu harus begitu! Enak saja! Mohoh maaf, tapi aku tidak akan terus menerus menurut kepada mereka. Aku lelah diperlakukan seperti sampah hanya karena aku tidak sama seperti mereka! Aku lelah diperlakukan seperti budak terlebih kepada orangtua sialanku!" Teriak Hiro sambil melempari bola salju ke pepohonan.

"Terkadang aku bertanya-tanya... Apakah mereka tidak pernah menjadi anak-anak dan berada di posisi seperti kita?" Tanya Hector

Mereka melewati makam-makam nisan yang tertutup salju itu. Karena jalanan di area pemakaman tertutup salju, Hiro sampai tak melihat batu pembatas makam yang tertutupi salju tebal itu, sehingga dia langsung terjatuh terjungkal ke depan.

The Cursed ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang