Part 7

65 52 0
                                    

Pagi ini jendela Hiro dibiarkan terbuka sehingga seekor gagak dapat terbang masuk ke kamarnya dan hinggap di atas lemari Hiro.

Seperti biasa ibu Hiro selalu saja meletakkan dan merapikan baju-baju Kenzo yang baru saja di cuci di lemarinya, tetapi dia tidak pernah meletakkan dan merapikan baju-baju Hiro di lemarinya.

"Hiro! Rapikan bajunya! Di usia seperti ini saja, dia tidak peduli padaku, apalagi jika dia sudah besar nanti. Cih! Tidak ada yang peduli padaku ataupun yang kulakukan untuk mereka setiap harinya." Kata ibunya sambil melemparkan baju-bajunya ke wajah Hiro.

"Tidak ada yang peduli kepada orang-orang sepertiku, tetapi orang-orang seperti mereka selalu minta dipedulikan. Apakah hanya aku, atau dunia semakin kejam setiap harinya? Kurasa dunia makin kejam setiap harinya." Gumam Hiro sambil menuju ke kamarnya untuk menata baju-bajunya.Hiro sama sekali tidak menyadari seekor gagak itu daritadi hinggap di atas lemarinya karena sibuk berkata pada dirinya sendiri.

"Anak kita tidak ada yang berguna selain Kenzo. Lihat anakmu itu, tidak pernah mau membantu orangtuanya seperti anak orang lain yang selalu rajin membantu orang tuanya. Anakmu selalu cuek dan sibuk dengan ponselnya. Dia menjadi suka marah karena ponsel bodohnya itu." Kata ibunya kepada ayahnya.

"Dia mau aku belajar setiap hari tanpa henti, rajin membantu mereka, bersikap ramah dan bahagia seolah tak ada yang terjadi padaku? Tapi maaf, aku tak bisa menjadi orang lain yang bukan bagian dari diriku. Orang tuaku membuatku gila, semakin harinya. Masalahnya bukan ponselnya, tetapi masalahnya ada di diri mereka, tapi mereka selalu menyalahkan yang lain. Mereka merasa diri mereka benar, dan tidak mau disalahkan." Gumam Hiro yang masih merapikan bajunya. Sedangkan ibunya terus-terusan mengomel kepada aayahnya soal Hiro.

"Mereka selalu menyalahkan yang lainnya atas apa yang terjadi denganku, seperti menyalahkan teman-temanku, ponselku, pengaruh orang lain, dan apa yang aku gambar. Aku bosan dengan perasaan seperti aku terjebak dalam pikiranku. Aku bosan dengan perasaan seperti aku terbungkus dalam kebohongan. Aku bosan dengan perasaan seperti hidupku adalah permainan sialan. Aku benar-benar ingin mati di malam hari. Hanya waktu yang ada dalam pikiranku, saat aku sendirian, suara-suara itu mengatakan bahwa aku harus membunuh diriku untuk menghentikan rasa sakit ini." Gumam Hiro

"Asal tahu saja, saat sibuk dengan ponselku, aku tidak bermain game ataupun sibuk di media social seperti anak-anak lainnya tetapi aku sibuk menulis sebuah cerita. Aku bukan malas, tapi aku hanya lebih suka mengerjakan urusanku sendiri, aku malas dengan kebusukan kalian, aku lebih suka mengerjakan pekerjaanku sendiri daripada pekerjaan kalian yang tidak ada gunanya, buang-buang waktu, dan hanya menghasilkan kerugian bagiku. Mungkin aku bisa mendapatkan uang dan bekerja sendiri nantinya, dan sukses tanpa kalian. Aku sibuk mencariku karirku sendiri, bukan sibuk untuk mengurusi karirmu. Ketika aku sibuk dengan membangun karirku, kalian selalu saja sibuk menghakimiku, dan menghujatku padahal kalian tidak tahu apa yang sebenarnya aku lakukan. Aku tidak peduli kau memberikan kue buatanmu atau tidak padaku, karena aku memang tak berharap kau memberikannya. Aku selalu melakukan apapun untuk membuat kalian bangga, hanya saja kalian tak pernah melihat aku berusaha. Kalian selalu meminta lebih dan lebih, kalian tidak pernah puas. Kalian serakah. Senyuman busukmu mengingatkanku pada kebencianku, kepura-puraaan kalian membuatku muak. " Kata Hiro pada dirinya sendiri.

Dia orang yang sok religious dan selalu saja berbicara omong kosong soal dosa, tetapi dirinya sendiri selalu menghakimiku seakan-akan dia tidak melihat dosanya sendiri. Batin Hiro sambil keluar dari kamarnya, dan turun dari tangga untuk pergi ke ruang tamu. Bersamaan dengan gagak itu yang langsung keluar dari kamar Hiro lewat jendela terbuka dan berpindah hinggap ke pohon yang berada di dekat rumah Hiro.

Pernah suatu kali ada seorang anak kelas 8 bunuh diri karena depresi, dia selalu saja menuliskan sesuatu tentang tekanan yang Ia dapat di media sosialnya, dia tertekan denan banyaknya tugas, dia tertekan karena ia kesepian, dan tak ada yang mau memberi ia bantuan. Sedangkan orangtuanya sibuk bekerja, dan saat ibunya melihat apa yang ia tulis di media sosialnya, ibunya menganggap itu adalah lelucon dan bualan, dan dia juga suka menonton film horror. Banyak yang mengaitkan bahwa anak itu bunuh diri karena terinspirasi film horror padahal menurutku dia hanya ingin rasa sakitnya selesai, dia ingin penderitaanya berakhir, dia lelah dengan semuanya, karena itu dia ingin mengakhiri hidupnya, jadi menurutku bunuh dirinya sama sekali tak ada kaitannya dengan film horror, namun masih banyak orang tua yang berfikiran sempit bahwa anak itu dirasuki iblis dari film horror yang Ia tonton. Menurutku pendapat mereka sama sekali tak masuk akal, dan inilah yang menjadi salah satu contoh kenapa seorang anak malas menceritakan masalahnya kepada orangtuanya, orang tua terkadang tidak menganggapnya masalah serius, orangtua juga malah marah ketika menceritakan masalah kita atau bahkan menganggap kita sebagai anak kurang, dll. Apalagi jika aku menceritakan masalahku pada orangtuaku, masalah adalah mereka sendiri, mereka terlalu membuatku tertekan dan terluka, dan jika aku membicarakannya kepada mereka yang pasti mereka menyiksaku, Jadi itulah aku malas dengan orang tuaku.

The Cursed ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang