Part 38

16 48 0
                                    

Saat di perjalanan, Hiro langsung memasangkan earphonenya di kedua telinganya supaya ketika ada orang yang melihat Hiro berbicara, orang itu tidak akan mengira Hiro gila kalau dia bicara sendiri. Tapi orang itu pasti mengira kalau dia sedang bicara di telepon melalui earphonenya.

Setelah itu, Hiro mengeluarkan kucing hitam itu dari tasnya yang langsung berubah dengan wujud manusia kembali.

"Apakah itu... Sullyvan?" Tanya Hiro kepada Hector yang sepertinya marah dan masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Iya. Tapi itu Dio." Jawab Hector

"Maksudnya?" Tanya Hiro tak mengerti maksud dari perkataan Hector.

"Dio menyamar dan mengambil wujud Sullyvan tadi. Dia juga membuat seluruh kelas bisa tiba-tiba ingat dan tiba-tiba melupakan namanya. Seperti contohnya... seperti tadi... mereka mendadak ingat seakan-akan mereka punya ingatan lain kalau ada murid albino yang bernama Sullyvan di sekolahmu, tapi jika kau tanya kepada para senior di sekolahmu tentang anak bernama Sullyvan... Mereka pasti bilang tak ada anak yang bernama Sullyvan." Jelas Hector

"Bajingan itu... berani-beraninya dia mengambil wajah kakakku untuk digunakan oleh orang kotor sepertinya." Kata Hector sambil mengepalkan tangannya.

"Semoga saja dia tidak melihatmu atau mengetahui kalau aku berteman denganmu." Kata Hiro.

"Semoga saja... masalahnya akan bertambah buruk kalau dia tahu." Kata Hector

"Oh iya! Kulihat kau pandai melukis?" Tanya Hiro mengalihkan topik untuk menenangkannya.

"Ya, lumayan. Bagaimana kamu tahu?"

"Tentu saja dari lukisan kakakmu. Kutebak kau yang melukisnya karena kamu sendiri yang menggambar semua monster yang ada di buku serammu." Jawab Hiro

"Aku merasa hidup saat melukis sesuatu ataupun menggambar. Menggambar ataupun melukis sesuatu bisa menenangkan pikiranku untuk sesaat. Entah kenapa... aku menyukainya. Hampir sama seperti menulis cerita dengan akhir yang bahagia. Terkadang kita pasti membayangkan awal dan akhir bahagia untuk kita." Kata Hector

"Akhirnya! Ada seseorang yang sama denganku! Maksudku, hobi kita sama. Kita hanya punya satu hobi yang berbeda, yaitu... aku suka seni bela diri, sedangkan kamu suka berteman dan mengamati makhluk-makhluk tak kasat mata ini. Selain itu... hobi kita sama. Aku juga senang menggambar, menulis cerita... hanya saja ceritaku tidak bisa hidup. Tapi, entah kenapa itu membuatku merasa nyaman, memperoleh ketenangan, dan kedamaian, serta membuatku merasa senang." Kata Hiro

"Mungkin suatu hari cerita itu akan hidup." Balas Hector

"Maksudmu?" Tanya Hiro yang langsung mendadak takut.

"Itu hanya kiasan. Maksudku, mungkin saja cerita bahagia yang kamu tulis itu terjadi di kehidupan nyatamu suatu hari nanti." Kata Hector

"Musim salju telah turun seperti ini... entah kenapa selalu membuat suasana hatiku merasa senang. Biasanya aku dan yeman-temanku di China selalu memberikan kado untuk satu sama lain, meskipun terkadang hari itu bukan hari natal. Bagaimana denganmu?" Tanya Hiro sambil berjalan menelusuri jembatan dengan jalanan yang sedikit beku dan dihiasi salju di pinggirnya.

"Yah, aku juga sedikit senang dulu saat aku bersama kakakku... kami juga saling memberikan kado satu sama lain. Tapi semenjak kami tiada... aku tak bisa bertemu dengannya lagi. Dan, setiap musim salju, ataupun musim semi... memori tentangnya yang masih kuingat, selalu menyakitiku di dalam, aku sangat merindukannya. Tapi hari ini aku lumayan senang berkatmu. Terimakasih." Kata Hector sambil melihat-lihat ke bawah jurang yang disertai dengan perairan yang telah membeku di bawah.

The Cursed ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang