Kejahatan Sempurna
Itu bukan dengan pisau
Hatiku dia robek
Saat dia membawaku
Ke pintu kematian
Itu bukan tangannya
Itu membuatku terbunuh
Tapi dia telah membunuhku
Semua sama
Emas dan tidak berperasaan
Tanpa penyesalan
Dia mengubahku
Mayat berjalan
Dan saya dipenjara
Dalam rasa sakit ini
Sedangkan dia tanpa
Sedikit menyalahkan
Bebas melakukannya
Lagi-lagi.
--------------------------------------------------------------
Kebenaran Tentang Monster
Sebenarnya ini,
Setiap monster
Anda telah bertemu
Atau akan pernah bertemu,
Pernah menjadi manusia
Dengan jiwa
Itu selembut
Dan cahaya
Seperti sutra
Seseorang mencuri
Sutra dari jiwa mereka
Dan mengubahnya
Ke dalam ini.
Jadi saat Anda melihatnya
Monster berikutnya,
Ingatlah selalu ini
Jangan takut
Hal sebelum Anda
Takut akan hal itu
Itu yang menciptakannya
Sebagai gantinya.
--------------------------------------------------------------
Sendirian
Sejak masa kanak-kanak saya belum pernah
Seperti yang lainnya; saya belum melihat
Seperti yang dilihat orang lain; Saya tidak bisa membawa
Kesukaan saya dari mata air biasa.
Dari sumber yang sama belum saya ambil
Kesedihanku; Saya tidak bisa bangun
Hatiku bersukacita pada nada yang sama;
Dan semua yang saya cintai, saya cintai sendiri.
Kemudian di masa kecil saya, di waktu fajar
Kehidupan yang paling penuh badai ditarik
Dari setiap kedalaman baik dan buruk
Misteri yang masih mengikatku:
Dari semburan air mancur,
Dari tebing merah gunung,
Dari matahari yang mengelilingi saya bergulir
Dalam warna emas musim gugurnya,
Dari petir di langit
Saat melewati saya terbang,
Dari guntur dan badai,
Dan awan yang terbentuk
(Ketika sisa surga berwarna biru)
Dari iblis dalam pandangan saya.
--------------------------------------------------------------
Aku hanya perlu mengirimkan aroma kematian, seekor gagar terbang mencari aku dan meminta agar jiwaku melebur dalam dirinya. Karena setiap gagak yang pernah melebur bersama jiwa Tuhan, saatnya nanti, akan mengalami reinkarnasi menjadi sebatang beringin.
--------------------------------------------------------------
Dalam pandanganmu, mungkin kau akan katakan bahwa diri aku ditempa dari tembaga atau emas. Atau bahan logam lain. Tidak. Sama sekali tidak. Aku dilahirkan, dari percikan api neraka dan semburan air surga, lalu diperam langit. Bukan diadakan. Sebab, sejak awal saya punya sejarah sendiri. Itu adalah kata Akvan
--------------------------------------------------------------
Aku dipakai sebagai alasan untuk mengikat. Karena hidup itu pada hakikatnya memberi, maka dengan segala keluasan aku memberi hidup yang abadi ini. Dari dulu, sejak aku dipakai pertama kali, segala kebaikan dan keburukan tentang aku sering keluar dari mulut orang-orang. Aku dipuja sebagai pengikat, tapi pada akhirnya aku dicampakkan karena pengkhianatan. Padahal, sebetulnya, merekalah pengkhianat sesama.
--------------------------------------------------------------
Sang Eksekutor dan Katapel
Dalam diri saya bersemayan dua jiwa sekaligus, seorang algojo dan gladiator. Saya tidak melengkapi diri dengan tameng, pedang, tombak. Apalah perlu semua itu jika dalam diri ada perbudakan? Saya merdeka, karena itu saya tidak memerlukan perlengkapan itu. Kali ini saya hanya memerlukan sebuah katapel untuk mengeksekusi seekor gagak yang, menurut saya, sungguh meresahkan warga. Yang bagai mengisahkan cerita kelam. Saya kira ia mengambil jiwa. Saya menduga kuat ia adalah jelmaan iblis jahanam. Toh, jika misalkan dalam dirinya juga bersemayam Roh Tuhan, Penguasa Langit dan Bumi—karena ia juga merupakan ciptaan Tuhan atau karena ia terlahir dari sabda lewat sebuah tiupan—saya tetap katakan ia adalah iblis.
--------------------------------------------------------------
Sungguh, ini baru pertama terjadi di kampung ini sejak warga menghuni tahun 1981. Tiga ekor gagak mengikari kampung, berkoak-koak. Jiwa membunuh saya yang sebetulnya sudah tertidur, terbangun kembali, dan bagai memanggil saya untuk segera menuntaskan hasrat itu. Cara terbaik hanyalah membunuh karena, kalau tidak, rasanya kepala saya dipenuhi banyangan kelam, hitam, dan pekat. Saya tidak bisa tenang, bahkan dalam tidur, saya bermimpi dikejar hasrat itu.
--------------------------------------------------------------
Betul juga seperti kata orang, ketika seseorang memiliki hasrat dan tidak mendapatkannya, seumur hidupnya jadi gila untuk mengejarnya. Saya bisa gila jika tidak mencapai hasrat itu. Hasrat saya betul-betul melewah. Saya harus membunuhnya.
Jiwa membunuh saya sudah ada sejak saya masih muda. Dalam diri saya mengalir darah pemburu. Sudah ratusan babi hutan meregang nyawa di tangan saya. Ribuan kera. Jutaan burung dan juga manusia.
Walaupun saya bukan pembunuh seperti seorang penguasa yang sudah melintang buana, saya percaya bahwa saya bisa membunuh seorang cenayang. Dan, jika dalam diri burung itu bersemayam jiwa seorang cenayang, maka saya tahu apa yang mesti dibuat.
‐--------------------------------------------------------------------
Saya melumuri katapel dengan sepahan sirih pinang, yang sudah saya campur dengan akar bahar. Saya melafalkan mantra lalu menengadah ke langit. Inilah rahasianya. Dengan sepahan sirih pinang saya meminta restu leluhur, Nitun Lolon, (yang mewakili kehidupan di darat), dengan mengunyah secuil akar bahar saya meminta restu dari Harin Botan, sekeriap yang hidup dalam laut (yang mewakili kehidupan di laut), dan dengan merapalkan mantra saya meminta restu dari langit.
Jika permohonan saya mendapat restu dari leluhur, Nitun Lolon, Harin Botan, dan Tuhan, alam akan bekerja sama membantu saya mewujudkan hasrat besar ini. Alam tidak akan mengirimkan angin untuk menggoyangkan dahan-dahan. Hujan tidak mungkin turun mengaburkan pandangan.
Dan, semua berjalan sesuai dengan rencana. Alam menjulurkan tangannya, merestui. Amin, amin, amin.
Apa perlu saya menceritakan bagaimana kronologi saya mengeksekusi seekor gagak? Saya kira, seekor gagak pun bisa menceritakan riwayat kematiaannya. Bahkan mungkin ia lebih baik dari saya. Ia bisa jadi pendongeng yang baik, ya, semua itu hanya untuk menutup riwayat kelam tentangnya yang sudah telanjur mendapat predikat cenayang.
Jadi, saya hanya perlu menceritakan bagaimana batin saya.
Saya berdoa. Ah, tepatnya saya tidak berdoa karena saya jarang beribadah. Lebih tepatnya merapalkan mantra agar jiwa saya menjadi murni. Karena, seperti kata orang, yang bisa membunuh seorang cenayang haruslah memiliki jiwa yang murni agar bisa menembus sihir-sihir yang menjadi tameng mereka.
Begitu selesai saya merasa sangat ringan. Langkah saya begitu gontai, lepas bebas. Bahkan saya merasa telah berubah menjadi kapas. Segala rasa sesak bagai pupus. Semua menjadi lebih benderang. Saya bagai dilanda kasmaran. Ya, kasmaran pada pembunuhan.
Saya menunggu kehadirannya.
Ia datang di hadapan saya. Menyerahkan diri.
Saya menyambutnya dengan wajah semringah.
Selamat datang kematian, bisik saya.
Ia menatap saya, mengangguk, seperti ingin mengatakan, lakukan sekarang.
Saya melihat isi otaknya memburai.
Saya bukan katapel yang dipakai oleh Daud saat berhadapan dengan Goliat pemimpin Bangsa Filistin. Saya tidak dilahirkan, tapi diadakan oleh seseorang. Sesosok lelaki yang celaka. Memang awalnya ia membuat saya bukan untuk membunuh si gagak. Tapi, saya dipakainya untuk membidik dan melontarkan batu ke arah kera saat berburu.
Maka, saat menerima tugas suci ini, saya merasa akan memberikan sesuatu yang berarti untuk kehidupan manusia.
Terpujilah kayu yang telah menunaskan dahan bercabang yang dipakai untuk mengikat kedua ujungnya dengan karet, terpujilah karet yang telah dipakai untuk bisa mengikat pada ujungmu dengan kulit, terpujilah kulit yang dipakai untuk melontarkan batu, dan terpujilah batu yang dipakai untuk bahan melontar.
Kata-kata memang sulit keluar dari mulut saya, tapi sekiranya kau percaya bahwa di dunia ini segala sesuatu dimungkinkan. Maksudnya, dimungkinkan untuk diceritakan dan menceritakan dirinya sendiri.
Maka ketika saya diberi kesempatan menceritakan sebuah kejadian dan saya terlibat di dalamnya, saya merasa terhormat sekali. Apalagi menerima tugas suci ini—menghabisi riwayat hidup seekor gagak. Karena itu, saya berjanji, akan memberikan yang terbaik, tidak memelesetkan lontaran batu dari kepala burung laknat itu.
Saya renjana bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan harapan. Sekalipun, mungkin di mata sebagian orang, ini tindakan ekstrem karena akan mendatangkan mala petaka bagi si penembak, membunuh seekor gagak adalah jalan terbaik. Saya tetap mendoakan yang terbaik untuk sang eksekutor. Mendoakan keselamatannya, anak dan istrinya.
Jika kemudian ia mendapat kutuk, saya bersedia kutuk itu dilimpahkan kepada saya.
‐--------------------------------------------------------------------
Sang Pemenang
Kami adalah jiwa dengan rupa-rupa karunia.
Mengertikah kau akan hal ini? Siapakah sesungguhnya lebih mulia, Iblis, Malaikat, atau Tuhan. Para gagak menunggu jawabanmu pada hari ke-666, saat matahari begitu dekat dengan bumi, sebelum kalian sama-sama hangus dalam tiada.
O, Dewa Api, datanglah, binasakan tubuh fana ini, remukkan jiwa latah ini. Jangan biarkan kegelapan melampui kodratnya. Tapi, jika engkau tak berkenan, biarkan semua tetap dalam bara, tetap mendongakkan kepala, tanpa harus tunduk pada dunia ini. Jika diperbudakkan, maka jadilah perbudakan tapi, jika ada kebebasan, maka jadilah kebebasan.
O, Dewa Air, datanglah, padamkan bara, alirkan ketenangan dalam tubuh ini. Kuasalah diri dengan ketenangan. Tapi, jika engkau tak berkenan, biarkan semuanya seperti ini. Korban dan tak berkorban, dunia tetap seperti ini.
Wahai Nitun Lolon, rasuklah jiwa ini agar tanah tetap disembah. Wahai Harin Botan, kuasalah jiwa ini agar sembah tetap terarah ke laut.
Iblis, Malaikat, dan Tuhan, rupanya sedang berperang. Damailah. Damai di bumi dan di langit.
Pada saatnya, Iblis bisa jadi lebih baik dari Malaikat dan Tuhan, dan Malaikat bisa lebih laknat dari Iblis dan Tuhan, dan Tuhan bisa lebih jahanam dari Iblis dan Malaikat, dan lebih baik dari Malaikat dan Iblis.
Terpujilah dedemit, danyang, demon, genderuwo, hantu, iblis, leak, lelembut, memedi, momok, pejajaran, popokan, puaka, roh jahat, siluman.
Terpujilah mambang yang kuning, yang merah, yang hitam, yang jingga, yang abu, yang biru, yang hijau. Terpujilah.
Terpujilah jika percaya kembali terbit. Terpujilah bila semua mengelus dada. Terpujilah.
--------------------------------------------------------------
Dan, di bagian belakang buku itu, terdapat sebuah cerita-ceria yang mengerikan.
Kurasa Hector lah yang bertugas menulis cerita seram itu. Dia punya perjanjian dengan Dio. Tapi, yang kutakmengerti adalah tentang kakaknya. Apakah dia juga benar-benar pembunuh? Batin Hiro
Belum sempat mereka membaca cerita itu, mereka langsung mendengar langkah kaki seseorang mendekati ruangan tersebut. Pintu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, dan tampaklah Daniel yang membukakan pintu tersebut. Mereka pun semua langsung cepat-cepat menaiki tangga dan menuju pintu sel tersebut yang terbuka.
“Daniel!” Seru Hiro sambil masih membawa buku tebal yang berada di tangannya.
“Aku kira seseorang sedang menculikmu.” Kata Miles
“Darimana saja kau? Kau menghilang bagaikan hantu!” Tanya Rocky
“Kastil ini luas, bung. Aku tadi pergi ke bagian belakang kastil dan melihat ada pemakaman keluarga Agravain, dekat perairan, mungkin itu sungai atau danau.” Kata Daniel
“Bagaimana kau bisa tahu kita ada disini? Bukannya terdapat pintu rahasia di perpustakaan untuk menuju kesini?” Tanya Phillip
“Aku mendengar suara teriakan kalian dari balik perpustakan, tentu saja aku mencari cara untuk membuka pintu itu.” Jawab Daniel
“Tunggu. Apa kau melihat Caesar dan teman-temannya ke sini tadi?” Tanya Zane
“Ya, tapi aku pergi ke ruangan lain untuk bersembunyi dari mereka dan menunggu mereka untuk pergi dari kastil ini.” Kata Daniel
Mereka pun melanjutkan langkah mereka menyelusuri lorong lukisan dan akhirnya keluar dari lemari yang berisi ruangan rahasia di perpustakan itu.
Setelah itu, mereka semua pergi dari kastil itu, mereka berjalan melewati jembatan, dan menuju mobil mereka. Lalu, langsung melaju pergi pulang ke rumah masing-masing. Malam ini mereka lebih diam daripada malam sebelumnya. Tidak ada sepatah-kata pun yamg keluar dari mulut mereka, saat mereka keluar dari kastil.
Sesampai di rumah, Hiro beruntung karena tidak ada siapapun yang ada di rumahnya sehingga Ia tidak akan mendengarkan omelan atau pertanyaan dari keluarganya. Ia masuk ke kamarnya dan meletakkan buku tersebut di rak bukunya. Sedangkan teman-teman yang lainnya melakukan aktivitas mereka seperti biasa seolah-olah taka da sesuatu yang terjadi. Mereka tidak tahu, dari situlah semuanya mulai berubah. Beberapa dari mereka mulai mengalami kejadian-kejadian yang aneh. Sikap Phillip pun juga terkadang semakin aneh, terutama pada sikap Daniel yang lebih aneh dan menyeramkan daripada Phillip.
***
Zane Alvarez’s POV
Aku ingin mencoba hal baru dan pekerjaan baru sementara, semenjak kejadian geng Caesar yang mengerjai kami saat di kastil, aku jadi malas untuk bekerja di industri perfilmman. Aku ingin mencoba pengalaman baru, jadi aku mendaftar sebagai pelaut biasa di kapal kargo yang bepergian ke Inggris. Pada pelayaran khusus ini, kru adalah sekelompok yang dapat ditoleransi, semua kecuali satu karakter berwajah keras bernama Donald. Dia pelaut yang adil, tapi ada sesuatu tentang potongan jib orang itu yang tidak aku percayai.
Dia tidak akur dengan yang lain dan mereka tidak cocok dengannya. Bahkan pada waktu makan, dia tidak mau bergaul dengan kita semua. Dia hanya melahap makanannya seperti anjing, lalu bangkit dan pergi tanpa sepatah kata pun. Dia sangat tertutup, kebanyakan hanya untuk dirinya sendiri dan selalu bertindak secara agresif. Ada beberapa kali ketika aku memergokinya dengan tatapan kotor, seolah-olah hanya ingin mendapat kesempatan untuk menikam punggungku.
Suatu sore yang suram, ketika kami mencoba untuk bekerja, kabut tebal menyelimuti kami. Itu adalah kabut hitam yang menetes dan aku hampir tidak bisa melihat panjang kapal. Itu menyerap semua cahaya, ke titik di mana aku mengira kami tidak memiliki lampu sama sekali.
Laut sangat tenang dan tidak ada banyak angin sepoi-sepoi di udara. Kapal itu berguling perlahan saat kapten mengarahkan jalurnya. Dek kapal kargo tidak bersuara dan tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian, sekaligus, ada WHACK yang perkasa!
Sesuatu menghantam geladak dan kekuatannya hampir mengguncang seluruh kapal. Itu mendarat dengan dentuman tepat di depan Donald. Dia mengeluarkan jeritan yang akan membuat darah menjadi dingin di pembuluh darahmu.
Teman kedua mulai berteriak bahwa seseorang telah jatuh dari atas dan kapten mengambil lentera dari kabinnya sehingga kami dapat melihat siapa itu. Donald terjatuh dari kemudi dalam keadaan pingsan, lengannya terkulai lemas dan terayun maju mundur seiring gerakan kapal.
Dengan cahaya lentera, kami dapat melihat seseorang atau sesuatu tergeletak di geladak, tepat di depan kemudi. Apa pun itu, dia mengenakan kulit minyak dan ada genangan darah besar yang mengalir keluar dari bawahnya.
Setiap orang dari kami takut untuk mendekatinya. Kami semua tahu seharusnya tidak ada orang di atas sarang burung gagak, jadi tidak ada dari kami yang bisa menjelaskan bagaimana tubuh akhirnya jatuh dan mendarat di geladak. Akhirnya, beberapa kru memberanikan diri untuk membalikkan mayat itu dan melihat wajahnya dengan baik. Mengintip dari balik bahu mereka, aku melihat itu adalah pria bertubuh besar dan jelek, tapi aku tidak mengenalinya sama sekali. Faktanya, tidak ada seorang pun di kapal yang mengetahui siapa dia atau apa yang telah dia lakukan di sana.
Ketika Donald pulih dari pingsannya, kami mencoba untuk menanyainya tentang hal itu, tetapi yang bisa dia lakukan hanyalah mengoceh dengan tidak jelas dan terus memutar matanya yang besar dan tampak liar itu.
Pelaut adalah sekelompok takhayul di saat-saat terbaik dan semua orang di kapal semakin ketakutan. Mereka semua ingin mengangkat tubuh itu ke laut secepat mungkin. Ada yang aneh tentang itu. Sesuatu pasti tidak beres.
Kapten mengira orang itu mungkin penumpang gelap, tapi kapalnya begitu penuh dengan kayu sehingga tidak ada tempat bagi seseorang untuk bersembunyi. Siapapun orang yang meninggal itu, dia tidak pernah berada di kapal saat kami keluar dari pelabuhan.
Pasangan kedua memberi perintah untuk membuang mayat itu ke samping, tetapi kru yakin ada sesuatu yang supernatural di kaki dan mereka semua takut untuk menyentuhnya. Teman kedua meneriaki yang ini dan yang itu, tetapi dia tidak bisa membujuk siapa pun untuk bergerak sedikit pun.
Tiba-tiba, Donald mulai berteriak seperti orang gila dan lari ke geladak.
“Aku pernah menanganinya sekali, aku bisa menanganinya lagi!” Dia menangis dan dia mengambil mayat itu dan menyeretnya ke pagar.
Tepat ketika dia hendak mengangkatnya ke samping, makhluk itu mengulurkan tangan dengan dua lengannya yang besar dan melingkarkannya di sekelilingnya. Sebelum ada yang tahu apa yang terjadi, mereka berdua pergi bersama.
Saat mereka melakukannya, muncullah tawa paling mengerikan yang pernah kami dengar.
Para kru berkumpul di sekitar, menatap pemandangan yang menakutkan itu dengan mata serangga. Teman kedua meneriaki kami untuk meluncurkan perahu dan menyelamatkan Donald, tetapi tidak ada yang berani naik ke perahu, tidak setelah apa yang baru saja mereka saksikan. Kami melemparkan beberapa pelindung kehidupan ke samping, tetapi kami semua tahu tidak ada di bumi hijau Tuhan yang akan menyelamatkannya sekarang.
Kemudian, kapten memberi tahu kami bahwa, pada perjalanan terakhir yang dia lakukan, ada orang yang sangat besar yang selalu mengganggu Donald dan mendorongnya. Ada darah buruk di antara mereka dan Donald selalu membuat ancaman tentang bagaimana dia suatu hari akan membalas dendam.
Suatu malam yang basah dan kotor, mereka berdua berada di atas sarang gagak sendirian. Di tengah malam, orang besar itu entah bagaimana jatuh dan menghantam dek seperti satu ton batu bata. Ketika mereka menemukannya, dia mati dingin, kata kapten. Lebih mematikan dari empat puluh ikan haring.
Ketika mereka menanyai Donald tentang hal itu, dia mengatakan itu semua adalah kecelakaan yang mengerikan. Tangga tali yang mereka gunakan tiba-tiba putus dan orang besar itu jatuh ke kematiannya. Donald mengklaim dia mungkin telah jatuh sendiri, tetapi untuk anugerah Tuhan.
Namun, tidak ada yang mempercayai ceritanya. Setiap orang yang melihat tangga tali tahu bahwa tangga itu tidak akan lepas dengan sendirinya. Tali itu telah dipotong dengan pisau, tetapi mereka tidak dapat membuktikan apa-apa, jadi mereka harus melepaskan masalah itu.
“Pada akhirnya, kurasa orang besar itu mengurus semuanya dengan caranya sendiri.” Kata sang kapten.
Semenjak kejadian itu, Zane pun langsung berhenti bekerja menjadi pelaut. Dia pun kembali pulang ke Los Angeles untuk bekerja sebentar di industri perfilman.
***
Suatu malam hujan di bulan Oktober, Zane sedang berkendara melewati pemakaman. Dia melihat seorang anak laki-laki berjalan di tengah hujan. Zane berhenti dan bertanya kepada bocah itu apakah dia ingin tumpangan.
Anak laki-laki itu mendekati mobil. Wajahnya pucat, pakaiannya basah dan dia gemetar seperti daun. Dia membuka pintu dan masuk ke kursi penumpang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Zane merasa kasihan pada bocah itu, jadi dia memberinya sweter merah untuk membuatnya tetap hangat. Gigi anak laki-laki itu gemetar dan dia masih menggigil.
Ketika mereka sampai di rumah bocah itu, lelaki itu menghentikan mobilnya. Anak laki-laki itu keluar. Zane menyuruhnya untuk menyimpan sweternya dan berkata dia akan kembali untuk mengambilnya keesokan harinya.
"Siapa namamu?" Tanya Zane.
"Jimmy." Anak laki-laki itu menjawab.
Keesokan harinya, Zane pergi ke rumah bocah itu untuk mengambil sweternya. Ketika dia mengetuk pintu, seorang wanita menjawab. Zane memperkenalkan dirinya dan bertanya apakah dia adalah ibu Jimmy.
“Tentang apa ini?” Dia berkata.
Zane menjelaskan bahwa dia telah mengantarkan Jimmy malam sebelumnya di tengah hujan lebat dan telah memberinya sweter merah untuk membuatnya tetap hangat.
Wanita itu menatapnya dan matanya berlinang air mata.
“Maaf, Anda pasti salah. Anak saya Jimmy meninggal hampir setahun yang lalu. ” Dia berkata.
Zane meminta maaf dan pergi. Dia sangat bingung dan kepalanya berputar-putar. Dia pergi ke pemakaman dan menemukan makam Jimmy.
Berbaring di atas kuburan adalah sweter merahnya.
***
Daniel’s POV
Saat itu tengah malam dan aku berada di kamar tidur. Padahal beberapa hari yang lalu, aku berada di hutan. Dan saat ini aku tidak ingat apa yang barus saja kulakukan beberapa hari yang lalu saat berada di dalam hutan. Aku pun mencoba untuk bersantai. Aku mengganti saluran di TV dan melihat bahwa berita lokal ditayangkan. Di bagian bawah layar, ada peringatan berita terkini.
“Pembunuh berkeliaran… Bersembunyi di sekitar… Polisi memperingatkan semua orang untuk waspada… Tersangka bersenjata dan berbahaya…”
Aku baru saja tertidur ketika aku dibangunkan oleh suara aneh di lantai bawah. Sepertinya ada seseorang di dalam rumah.
Pada saat itu, jantungku mulai berdebar kencang dan aku berkeringat dingin. Menegangkan telingaku untuk mendengarkan, kupikir aku mendengar suara lain. Itu adalah suara pintu yang berderit.
“Itu bukan imajinasiku. Ada penyusup di dalam rumah.”
"Aku harus keluar dari sini, cepat!" Aku pikir.
Aku turun dari tempat tidur sepelan mungkin dan merangkak ke arah jendela. Tubuhku gemetar ketakutan dan aku berharap tidak membuat suara apa pun.
Saat itu, aku mendengar langkah kaki samar menaiki tangga. Kedengarannya seperti lebih dari satu orang. Setiap saat, mereka akan menerobos pintu. Aku harus pergi.
Aku memanjat keluar jendela dan naik ke atap garasi, bergerak secepat mungkin tanpa membuat terlalu banyak suara. Di tepi atap, aku meraih pipa pembuangan dan menurunkan diri hingga aku jatuh ke taman.
Saat aku berhenti sejenak, aku melihat ke jendela tempatku baru saja melarikan diri dan melihat lampunya menyala.
"Hampir saja!" Aku pikir.
Rasa dingin merambat di punggungku saat aku memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika mereka menangkapku.
Daniel berjalan ke dasar taman dan masuk ke hutan. Setelah Daniel bersembunyi dengan aman di dekat pepohonan, Daniel lari. Daniel mendorong lingkungan, tersandung dalam kegelapan, bergerak melalui semak belukar, sampai Daniel tiba di perumahan lain yang sangat dekat dengan hutan.
Sambil memegang kapaknya, Daniel menuju ke rumah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Child
KorkuKenzo Arnius Lee dan Hiroshi Chen Lee adalah kakak beradik yang baru pindah ke Amerika bersama keluarganya. Mereka pindah ke Amerika karena Kenzo mendapatkan biasiswa untuk kuliah disana dan kebetulan ayah mereka mendapatkan pekerjaan yang bagus dis...