¤ 15 - Back to Those Days...

2K 152 90
                                    

"Matilda ada di halaman samping rumah."

Julian pergi ke halaman samping dengan setumpuk novel yang dibawanya. Ia berhenti dan melihat Tillie sedang duduk di bawah pohon sambil membaca sebuah komik. Gadis itu sedang kesal setelah tahu Julian akan pergi ke Jepang untuk melanjutkan pendidikannya. Julian menghampirinya lalu ikut duduk di sampingnya.

"Aku akan memberikan semua buku ini untukmu. Jagalah dengan baik," kata Julian sambil menepuk tumpukan buku tadi. "Aku akan pergi jauh untuk belajar, tapi nanti aku akan kembali. Saat hari itu datang, kau pasti sudah seusiaku sekarang—atau mungkin lebih. Aku akan ke sini untuk mencarimu dan menjadikanmu istriku. Berjanjilah kau tidak akan menikahi laki-laki lain selain aku."

Tillie hanya melirik ke arah Julian lalu kembali tenggelam dalam komik di tangannya. Julian mengusap rambut Tillie dengan sedih. Padahal akan cukup lama hingga Julian bisa bertemu dengannya lagi, tetapi gadis itu justru kesal, dan mengabaikannya di hari terakhir mereka bertemu. Bahkan Tillie tetap berada di kamarnya saat Julian berpamitan untuk pulang ke Newport.

Berada jauh dari Tillie tentu saja membuat Julian rindu. Namun, perjalanan yang cukup jauh, dan kesibukan kuliahnya membuat Julian jarang pulang ke UK. Ia hanya bisa menghubungi orang tua Tillie untuk menanyakan kabarnya. Namun, Julian tidak pernah sekali pun berkesempatan untuk berbicara dengan Tillie.

"Tillie baru masuk sekolah menengah, dan dia agak kesulitan dengan pelajarannya. Kuharap kau tidak mengganggunya sampai dia ujian untuk lulus nanti," kata Mom saat Julian menghubunginya.

Julian menurutinya, walau sebenarnya ia merasa sedikit gelisah. Selama ini Tillie sering bergantung padanya, jadi ia bertanya-tanya jika Tillie sedang sakit atau membutuhkannya. Julian berharap Tillie tidak menyimpan sakit atau keluh kesahnya sendiri. Jadi, Julian menitipkan nomor telepon dan alamatnya selama di Jepang, kalau-kalau Tillie ingin menghubunginya.

Namun, selama Julian berada di Jepang, tidak sekali pun Tillie mencarinya. Julian hanya menerima kabar Tillie dari orang tuanya yang sesekali mengunjungi orang tua Tillie di Brighton. Rick juga tidak lagi menemui Tillie karena mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Demi menepati janjinya pada Mom untuk tidak mengganggu Tillie sementara waktu, Julian bahkan tidak mengunjunginya ke Brighton saat ia berkesempatan pulang ke UK.

Julian menyibukkan diri dengan kegiatan di universitas. Ia bahkan bergabung dengan sebuah band di kampus dan membiarkan rambutnya panjang. Setelah lulus kuliah, Julian kembali meneruskan pendidikan di bidang Bisnis dan Manajemen. Ia juga tidak pulang ke UK setelah Mom mengeluhkan Tillie yang sulit diatur selama di sekolah menengah. Julian sangat rindu, tetapi Mom meminta Julian untuk menunggu sebentar lagi karena Tillie akan segera menghadapi ujian kelulusan.

"Tidak bisakah aku bicara dengannya sebentar saja?" pinta Julian putus asa saat ia menghubungi Mom.

"Tidak bisa. Anak itu tidak mau belajar, kerjanya bermain setiap hari," tolak Mom. "Dia juga bilang tidak mau melanjutkan sekolahnya setelah kolese. Mau jadi apa anak itu nanti?"

Akhirnya Julian hanya bisa meminta Mom untuk mengirimkan foto terbaru Tillie. Julian tersenyum melihat Tillie sedang berpose di depan sebuah museum. Anak itu sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Semua orang selalu memuji kecantikan Annie, tetapi hanya Tillie yang terlihat oleh Julian. Binar jahil juga masih terlihat di matanya, membuat Julian semakin tidak sabar untuk bertemu dengannya.

Julian sangat menjaga foto itu dan membawanya ke mana-mana. Ia akan memandanginya sebelum tidur, saat baru bangun tidur, saat lelah karena belajar, saat sedang menunggu kelasnya dimulai, dan di setiap waktu luangnya. Julian mengirimkan kartu ucapan kelulusan untuk Tillie beserta kado boneka Okiagari Koboshi, sebuah boneka tradisional Jepang yang akan langsung berdiri tegap walau didorong jatuh.

Because It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang